"Braak!"
Dentuman berat menggema.
Sebuah peti mati logam raksasa menghunjam ke lantai hingga membuat tanah di sekitarnya retak.
Terbuat dari emas dan baja khusus, peti ini sangat keras dan berat - tak mudah dihancurkan dengan kekuatan eksternal sekaligus mampu mengisolasi pengaruh gaib.
Ini adalah pesanan khusus Yang Jian untuk dirinya sendiri.
Tapi sekarang...
Peti logam ini telah dikeluarkan dari Ruang Aman No.1 oleh Xu Feng dan Liao Fan.
"Buka," kata Gu Cheng yang wajahnya bengkak dengan kulit berwarna merah keunguan aneh, bicaranya terasa berat.
"Sekarang?" Xu Feng terkejut.
Gu Cheng berkata: "Tentu. Mau menunggu sampai kapan? Ambil barangnya lalu pergi. Aku tak ingin terjadi kejadian tak terduga jika terlalu lama."
Tatapan Xu Feng berubah-ubah tak menentu.
"Sementara itu, Liao Fan saat ini sudah membawa taksi tua itu ke sini. Dia tidak turun, hanya mengangguk tipis pada Xu Feng: 'Xu Feng, bertindaklah. Jika ada kejadian tak terduga, aku akan mengemudi membawamu pergi. Tapi kurasa mungkin tidak akan ada masalah, lagipula Yang Jian mungkin benar-benar sudah mati. Sebelum mati, pasti dia sudah menangani situasinya dengan baik.'"
"Membuka peti mati mungkin tidak terlalu berbahaya."
Mungkin?
Apa situasi ini bisa diselesaikan dengan mungkin?
Xu Feng diam-diam kesal di hatinya, tapi tak ada cara. Di sini tak ada yang mau bertindak.
Tak ada yang ingin menanggung gelombang pertama bahaya setelah peti mati dibuka.
"Baik, aku yang akan membukanya." Xu Feng menarik napas dalam-dalam. Dia terlihat mulai panik.
Meski tubuhnya melengkung dan hanya tersisa satu lengan, kekuatannya masih luar biasa. Dengan satu tangan dia mencoba mengangkat tutup peti.
Peti mati logam berat itu tergoyang, tapi tidak terbuka.
"Peti ini bukan untuk diangkat, tapi didorong." Gu Cheng melihat sekilas, mencium bau konspirasi. Dia berkata.
Xu Feng mengangguk, mengubah metode. Dengan satu tangan dia mendorong tutup logam tebal itu.
Logam yang menyegel celah tutup peti mulai melengkung tak berbentuk, mengeluarkan suara rengat. Perlahan tutup peti mulai terkoyak membentuk celah.
"Benar-benar akan terbuka."
Di dalam taksi, Liao Fan melihat ke atas, penuh rasa ingin tahu tentang isi peti mati ini. Tapi hatinya juga penuh kewaspadaan.
"Hentikan! Kalian tidak boleh membuka peti mati itu!"
Saat itu Li Yang tiba, dia berteriak marah dan berusaha menghentikan tindakan beberapa orang ini.
Bagaimanapun sudah terlambat satu langkah.
Lawan memiliki Wilayah Hantu, dia tidak bisa lebih dulu sampai ke Ruang Aman No.1.
"Sekarang situasi ini bukan lagi kau yang menentukan, dan seharusnya kau paham situasi. Aku tidak menyumbang ke kalian bukan karena takut membunuh, hanya tidak ingin membuang tenaga untuk orang tak terkait. Jika kau coba menghalangi, sekarang juga aku habisi kau."
Gu Cheng saat itu berbalik badan, menatap Li Yang dengan intens.
Walaupun bicara begitu, alasan sebenarnya adalah dia tidak ingin membunuh penanggung jawab markas.
Asal tidak ada nyawa yang melayang, bahkan jika mencuri paku peti mati, masalah ini tidak akan terlalu serius. Markas hanya akan mengejar Liao Fan dan Xu Feng sebagai pembunuh, bukan memusatkan perhatian padanya.
Setelah menimbang untung-rugi, di hatinya sudah jelas perhitungannya.
Namun Li Yang tidak menghiraukan, dia tetap memilih menyerbu ke depan.
"Tak tahu diri."
Gu Cheng berkata dengan suara dingin, lalu membuka mulut menghembuskan nafas.
Di dalam Wilayah Hantu seketika muncul bau busuk membusuk di sekitar tubuh Li Yang. Tubuhnya langsung membeku, seluruh badannya terjatuh ke bumi. Wajahnya tiba-tiba memerah, seolah akan sesak napas. Kulitnya berubah ungu kemerahan, dan yang paling ganjil - tak peduli bagaimana dia berusaha bernafas, semuanya sia-sia.
Rasa sesak napas terus bertahan.
"Li Yang."
Huang Ziya bergegas datang, dia melihat Li Yang tergeletak di tanah sambil mencekik tenggorokannya, merobek dadanya, ekspresi kesakitan dan pergulatan yang membuatnya terkejut.
Apa yang sebenarnya terjadi tadi? Kok tiba-tiba Li Yang langsung ambruk tak berdaya?
Meski diserang kekuatan gaib, seharusnya dia masih punya kemampuan melawan.
"Buka peti mati, ngapain masih tertegun di situ!" Gu Cheng menoleh membentak.
Xu Feng mengeratkan gigi, lalu mendorong dengan keras.
Braak!
Tutup peti logam berat itu langsung terbuka. Di dalamnya tidak ada adegan hantu gentayangan bangkit seperti dibayangkan, juga tak terjadi fenomena aneh. Semua terlihat tenang.
Xu Feng melongok ke dalam peti.
Ekspresinya langsung berubah.
Di dalam peti terbaring mayat seorang pemuda yang diam membeku, dingin dan tanpa nyawa. Yang paling ganjil, wajah mayat itu tertutup koran tua yang nampak menempel erat di kulitnya, hanya menyisakan lekuk wajah.
Di samping mayat itu terdapat tombak panjang emas penuh retakan dengan bentuk yang sangat aneh.
Selain itu hanya ada ponsel, power bank, dan kotak kayu merbau tua yang sudah terbuka.
"Benar, ini mayat Yang Jian. Dia sudah mati." Setelah mengamati, Xu Feng menghela nafas lega.
Dia tidak merasakan ciri-ciri kehidupan pada mayat ini, juga tidak menyadari tanda-tanda kebangkitan Yang Jian.
"Yang Jian si Mata Hantu yang begitu termasyhur di lingkaran gaib, tak disangka mati dalam ketidakdikenalan seperti ini."
Gu Cheng yang telah memastikan situasi tiba-tiba muncul di sebelah peti mati.
Setelah melirik sekeliling.
Wajah Gu Cheng yang membengkak menampakkan senyum sinis: "Persiapannya memang sangat matang, memasukkan diri ke peti mati, menyimpan peti mati di ruang aman, hampir bisa dibilang 100% aman. Sekalipun hantu gentayanganmu bangkit setelah kematian, tak akan ada pengaruh sedikitpun pada luar. Hanya saja seharusnya kau tidak membawa barang gaib itu ke peti mati untuk ikut dikubur."
"Orang zaman dulu pun tahu emas dan harta tidak dimasukkan ke peti mati, karena takut pencuri makam membuka peti dan merusak mayat. Sekarang kelihatannya kau juga tidak begitu pintar. Sayang saat masih hidup tidak sempat bertemu, kalau tidak pasti ingin kucoba kemampuan Mata Hantu termasyhur itu."
Dia menghela napas pelan.
Tokoh sehebat ini pun akhirnya mati dalam peti mati, menimbulkan rasa penyesalan tersendiri.
Gu Cheng sambil berdecak kagum tangannya tak berhenti bergerak. Setelah mengamati sebentar dan yakin tidak ada bahaya, langsung meraih tombak panjang emas itu. Jika tebakannya benar, paku peti mati telah menyatu di dalamnya.
Tapi apapun bentuk perubahannya.
Barang gaib tetaplah barang gaib, tidak bisa dimusnahkan dengan mudah. Jadi dia hanya perlu mengeluarkannya kembali dari dalam.
“Gu Cheng, kau bilang hanya akan mengambil paku peti mati? Golok kayu bakar itu juga menyatu ke dalam tombak panjang ini, apa kau ingin mengambil semuanya?” Xu Feng menatapnya dan mengingatkan.
“Harus ada urutan kedatangan. Setelah aku mengambil paku peti mati, akan kukembalikan padamu,” kata Gu Cheng.
Meski memiliki kemampuan untuk ingkar janji, dia tidak melakukannya karena Xu Feng dan Liao Fan memiliki orang kuat di belakangnya. Dia tak ingin terperangkap dalam peristiwa Kutukan Jam Bandul itu.
“Kuharap kau menepati janji,” kata Xu Feng; “Kami juga tak ingin berseteru hanya karena sedikit konflik. Ini tak menguntungkan siapa pun.”
Gu Cheng diam, mencengkeram tombak panjang itu dan bersiap mengeluarkannya.
Namun tak lama kemudian alisnya berkerut.
Benda ini seolah menempel di tangan Yang Jian, meski genggamannya tidak erat tapi sulit dilepaskan.
“Sudah mati total masih main trik seperti ini?”
Gu Cheng mengerahkan tenaga penuh.
Tombak emas itu akhirnya terlepas, namun kekuatan dahsyatnya juga membuat mayat dalam peti mati terangkat langsung hingga duduk kaku tegak.
“Gu Cheng, hati-hati!” seru Xu Feng sambil kelopak matanya berkedut.
Meski Yang Jian sudah mati, hantu dalam tubuhnya masih ada. Walau saat ini belum ada tanda-tanda kebangkitan, tindakan Gu Cheng ini berisiko memicu aturan membunuh hantu dalam tubuh Yang Jian, lalu membangunkan mayat itu.
"Yang Jian ini punya pemikiran brilian. Dia ingin mengumpulkan barang-barang gaib untuk menciptakan senjata. Dari tampaknya ini masih setengah jadi, tapi pendekatan seperti ini memiliki visi ke depan yang patut ditiru."
Gu Cheng diam seribu bahasa, tatapannya tertancap pada tombak emas di tangannya.
Mata tombaknya adalah golok kayu bakar, tapi bentuk aslinya sudah tak bisa dikenali lagi, hanya terlihat bilah berkarat yang samar-samar.
Sedangkan paku peti mati tertanam di bagian pangkalnya.
"Saatnya membagi barang-barang," Xu Feng mengingatkan.
Mereka khawatir Gu Cheng akan kabur membawa dua benda gaib itu, mengingat dia menguasai Wilayah Hantu.
Tapi Liao Fan di sampingnya terus menatap Gu Cheng dengan tajam. Jika dia benar-benar kabur, tak ada cara lain selain mengejar dengan mobil - nanti tinggal lihat siapa yang lebih unggul.
Mustahil mereka mengundang orang ini membantu tanpa menyiapkan strategi kontra-serangan.
Di saat seperti ini.
Xiong Wenwen akhirnya tiba terengah-engah. Matanya membelalak melihat pemandangan di depannya.
"Kau terlambat. Peti mati komandan sudah terbuka. Tak perlu diragukan lagi, komandan gagal. Dia mati."
Huang Ziya berdiri di sebelah Li Yang sambil menahan tubuhnya yang kejang-kejang. Tangan satunya mencengkeram kalung kristal yang menghitam di lehernya, berusaha menggunakan Hantu Penipu untuk menyelamatkan Li Yang - tapi efeknya minim, hanya bisa mempertahankan nyawanya sementara.
Wajah cantiknya memancarkan keputusasaan dan kesedihan yang menyayat hati.
Bagaimanapun juga, mulai hari ini tim kecil ini bisa dikatakan telah hancur sepenuhnya.
Xiong Wenwen mengerutkan alis, ragu beberapa saat sebelum berkata: "Tidak, kau masih terlalu dini mengatakan ini. Yang Jian... dia tidak mati."
Huang Ziya menatapnya sambil mengangkat kepala: "Kau sedang menghiburku, atau menggunakan kemampuan meramal?"
"Tentu saja ramalan," jawab Xiong Wenwen. "Dan itu baru saja terjadi."
Mendengar itu, Huang Ziya langsung menoleh ke arah peti mati logam.
Pada saat yang sama.
Saat Gu Cheng dan Xu Feng sibuk merencanakan pembagian barang-barang gaib dengan licik, di sebelah mereka...
Mayat yang duduk kaku di dalam peti mati mulai menunjukkan perubahan halus.
Koran berlumuran darah yang menempel di wajah mayat itu perlahan mulai mengelupas, lapuk seperti terkikis waktu, berubah menjadi debu dan lenyap.
Koran merah itu menghilang, meninggalkan bekas noda darah yang mulai memudar.
Wajah muda nan pucat terungkap di dalam kegelapan.
Di dalam peti logam, kotak musik merah itu tiba-tiba retak berderak sebelum hancur berkeping-keping, menyisakan serpihan kayu lapuk.
Keseimbangan mengerikan itu akhirnya runtuh.
Begitu keseimbangan itu hancur...
Aura dingin yang menyeramkan langsung menyembur dari peti mati.
Kegelapan pekat...
Kegelapan itu seperti tinta yang mengalir dari peti logam, merembes ke segala arah dan mengotori lantai.
Pada saat yang sama, di langit muncul seberkas cahaya merah, dan cahaya ini juga menyebar, menggerogoti langit ke segala penjuru dengan kecepatan yang tak terpercaya.
Tiba-tiba.
Gu Cheng yang menyadari keanehan langsung berubah wajahnya, berbalik badan untuk melihat ke belakang.
Xu Feng juga merasakan bahaya mengancam, seolah hantu gentayangan sedang mondar-mandir di sekitarnya, membuat bulu kuduknya merinding. Segera ia menoleh ke belakang secara refleks.
Liao Fan berdiri di sebelah taksi tua itu, saat ini matanya membelalak menatap mayat di dalam peti mati tersebut.
Karena saat ini.
Mayat Yang Jian berdiri.
Tegak berdiri di dalam peti mati.
"Pergi dari sini, Yang Jian hantunya sudah bangkit. Barang ini kubawa dulu, nanti hubungi kalau ada urusan."
Gu Cheng mencoba mengambil kesempatan untuk menyambar tombak panjang di tangannya, langsung membuka wilayah hantu dan berencana kabur.
Dalam kondisi normal seharusnya dia bisa pergi tanpa kesulitan.
Kebangkitan hantu pun membutuhkan waktu sebentar.
Selama tidak diawasi, tidak akan ada masalah.
Karena itulah dia berani membuka peti mati ini untuk menyelidiki situasi.
Namun ketika Gu Cheng hendak pergi, langkah yang baru diayunkannya tiba-tiba membeku.
Karena saat ini langit telah sepenuhnya ternoda oleh cahaya merah.
Wilayah hantunya ternyata menghilang seketika, kekuatan gaibnya ditekan sepenuhnya, bahkan wilayah hantunya pun tidak bisa digunakan.
"Ini... ini bukan kebangkitan hantu biasa... kebangkitan normal tidak secepat ini..." Gu Cheng tersadar.
Sebelum sempat berpikir lebih lanjut.
Di tengah kesunyian, suara yang familiar tiba-tiba terdengar.
"Aku...... siapa?"
Suara itu terdengar agak kaku, namun tidak menyeramkan. Tapi kalimat ini membuat Gu Cheng, Xu Feng, dan Liao Fan merinding bulu kuduk.
Jika bukan karena kebangkitan hantu gentayangan, maka hanya ada satu kemungkinan.
Yang Jian masih hidup.
