Yang Jian menerbangkan helikopter membawa Tong Qian dan Feng Quan kembali ke Kota Dachang.
“Kapan kau belajar menerbangkan helikopter?” Di perjalanan, Tong Qian penasaran bertanya.
Yang Jian menjawab: “Baru hari ini.”
“……”
Helikopter mendarat di Gedung Shangtong, tapi sebelum berangkat Yang Jian sudah memerintahkan semua orang berkumpul di sana.
Sekitar setengah jam kemudian.
Lantai paling atas Gedung Shangtong.
Kantor Yang Jian saat ini sudah dipenuhi orang.
Lebih tepatnya, sebagian besar adalah Pengendali Hantu.
Tong Qian, Feng Quan, Li Yang, Huang Ziya, Xiong Wenwen – total enam Pengendali Hantu. Zhang Han sudah mati dan tidak bisa diselamatkan, ini cukup disayangkan.
“Bos Yang, minuman.”
Sekretaris Zhang Liqin menunduk pelan, tanpa bicara. Dengan hati-hati dia menyodorkan segelas cola, mundur ke samping setelah Yang Jian menerimanya, menjadi bagaikan udara.
“Yang Jian meminum cola, wajah pucat, ekspresi datar, bola mata hitam pekatnya berputar pelan, memancarkan cahaya merah samar.”
Ia menyapu seluruh kerumunan dengan pandangannya, tanpa ekspresi, lalu perlahan membuka mulut: "Sejujurnya, performa kalian sangat mengecewakan. Hanya beberapa Pengendali Hantu biasa, memanfaatkan ketiduranku, bekerja sama bisa menghancurkan seluruh tim kami. Enam! Kami ada enam orang, tapi nyaris dibantai habis oleh tiga orang mereka."
“Bahkan tanpa Gu Cheng sekalipun, hanya Xu Feng, Liao Fan, dan Pei Dong itu saja sudah membuat kalian menderita kerugian besar.”
Kerumunan tetap hening.
Peristiwa hari ini memang mengerikan, benar-benar hampir membuat kami dihabisi semua.
“Ini kesalahanku. Aku yang diawasi. Seharusnya tidak membawa bahaya ke Dachang.”
Feng Quan dengan wajah datar berkata suara berat dan ganjil.
Yang Jian berkata: “Bukan salahmu. Meminta tolonh saat bahaya itu wajar. Investigasimu tentang Kutukan Jam Bandul itu juga untuk mengeksplorasi peristiwa gaib dan memahami musuh tak dikenal. Itu bukan kesalahan. Tapi Tong Qian, sebagai pemimpin tim penyelamatan malah terjebak sendiri, ini sangat tidak seharusnya.”
Tong Qian sangat menyalahkan diri sendiri. Wajahnya berubah beberapa kali, akhirnya diam seribu basa.
“Kemampuanmu menangani masalah terlalu buruk. Ketika Feng Quan yang setingkat Pengendali Hantu ini meminta tolong, seharusnya kau pahami kompleksitas situasi. Kau malah membawa Zhang Han berdua tergesa-gesa ke sana. Kecepatan respon memang bagus, tapi tindakan ini sama saja dengan menghadiahkan nyawa!”
“Bahkan Feng Quan pun berani mereka kejar untuk dibunuh, apakah mereka akan gentar dengan dukungan dari kalian berdua?”
Yang Jian berkata dingin: “Karena aksi nekatmu yang mengorbankan Zhang Han dan membuatmu sendiri terjebak, lawan baru berani langsung meretas Kota Dachang.”
“Intel tim tujuh orang kami bukan rahasia. Melihat Zhang Han tewas, Feng Quan dihabisi, dan dirimu terluka parah, ditambah ketidakhadiranku yang berkepanjangan, orang bodoh pun tahu ini kesempatan. Lagipula sisa anggota kami sudah tak lagi mengancam, kalau aku jadi mereka pun akan mengambil risiko di saat seperti ini.”
“Makanya mereka datang.”
“Sesuai rencana awal, setelah menghabisi Feng Quan mereka akan langsung mundur, sama sekali tak berniat masuk ke Dachang. Aksi cerobohmu, Tong Qian, yang memberi mereka kesempatan ini.”
“Semua ini memang tanggung jawabku.”
Tong Qian tidak berkilah. Ia memikul tanggung jawab itu sepenuhnya.
Dan itu bukanlah hinaan.
Karena Yang Jian sudah memberitahukan sebelumnya tentang masuknya ke ruang aman nomor satu, serta mengingatkan Tong Qian untuk menjaga Kota Dachang.
Dengan kata lain, selama beberapa hari ketidakhadiran Yang Jian, Tong Qianlah penanggung jawab kota ini.
Yang Jian menatapnya tajam: “Kejadian seperti ini tak boleh terulang. Untuk aksi selanjutnya, kuharap kau bisa menebus kesalahan dengan prestasi. Selain itu, buanglah sedikit kebaikan tak berguna itu. Kebajikan sejati bukan menyelamatkan beberapa orang atau belasan nyawa, tapi menyelamatkan seluruh kota, suatu wilayah, bahkan sebuah negara.”
“Aku paham,” balas Tong Qian. Tatapannya berkelip-kelip, seolah belajar pelajaran berharga dari peristiwa ini.
Yang Jian beralih ke Li Yang: “Bagaimana kabar Kompleks Guanjiang?”
“Komandan tim, semua sudah ditangani. Semua barang gaib dan hantu yang dikurung tidak ada yang hilang. Tapi pintu Ruang Aman No.1 rusak, perlu dua hari untuk diperbaiki. Cermin Hantu sementara disimpan di Ruang Aman No.1. Taksi Hantu itu agak tidak bisa dipahami, sementara disegel saja, tidak berani sembarangan mengutak-atik.”
Li Yang cepat-cepat melaporkan situasi di sana.
“Jenazah Xu Feng dan Liao Fan sudah dikremasi. Gu Cheng itu dikurung dalam peti mati logam, dilas rapat. Seharusnya tidak ada risiko Hantu Gentayangan bangkit. Tapi untuk keamanan, saya suruh angkut keluar dari Kompleks Guanjiang, rencananya akan disimpan di tempat Hantu Ketuk Pintu. Cuma Zhang Hua sudah mati, jadi operasionalnya agak merepotkan...”
“Harus minta markas mengirimkan penanggung jawab koordinasi baru. Soalnya beberapa urusan tetap butuh penengah.” Huang Ziya mengusulkan.
Yang Jian berkata: “Hubungi markas.”
Li Yang mengangguk, langsung menghubungi operator via ponsel positioning satelit. Tak lama kemudian ada tanggapan dari markas.
Yang bertugas adalah Shen Liang.
Li Yang cepat-cepat berkoordinasi dengan Shen Liang, menjelaskan secara singkat kejadian hari ini.
Shen Liang terlihat sangat terkejut, bahkan seperti tak percaya: “Benarkah ini? Xu Feng dan Pei Dong bersama Pengendali Hantu lain menyerang kalian? Bagaimana situasimu sekarang? Perlukah bantuan dari markas?”
Xu Feng adalah penanggung jawab Kota Xiaochun, sedangkan Pei Dong termasuk angkatan pertama penanggung jawab.
Keduanya pernah bergabung dengan markas, ada arsipnya. Jadi begitu disebutkan, Shen Liang langsung paham.
“Shen Liang, tidak perlu basa-basi, kau tahu situasi ini bisa saya selesaikan.”
Yang Jian memotong basa-basi: “Sekarang saya hanya akan mengatakan dua hal, Zhang Hua telah dihabisi oleh Xu Feng, atur seorang staf koordinasi datang ke sini. Hal kedua, setelah panggilan ini saya akan memimpin tim sendiri menuju Kota Dadong.”
“Yang Jian, untuk apa kau pergi ke Kota Dadong?”
Shen Liang tertegun, lalu buru-buru terus mengejar: “Di sana sudah ada seorang komandan tim yang bertanggung jawab, dan tidak ada peristiwa supranatural terjadi. Biasanya jika tidak perlu, pertemuan dua komandan tim dilarang untuk menghindari kontradiksi di antara rekan kerja sebelumnya.”
“Xu Feng, Pei Dong, termasuk Liao Fan si pengendali hantu dari rakyat, semuanya berasal dari Kota Dadong. Mereka satu kelompok yang terkena Kutukan Jam Bandul. Saya tahu tempat itu, jadi hari ini rencana saya adalah mencabut sampai ke akar rumah kuno itu.”
Yang Jian secara gamblang menyatakan tujuannya tanpa tedeng aling-aling.
Di ruang operator markas, ekspresi Shen Liang berubah tak menentu. Tentu saja dia paham maksud sebenarnya kepergian Yang Jian ke Kota Dadong.
Pasti pergi berkelahi.
Tidak.
Pergi untuk membunuh.
“Yang Jian, situasi di sana agak rumit…” ujar Shen Liang.
“Cukup. Selain itu, Lilin Hantu sudah dikirim, tapi sampai sekarang Gunting Hantu belum juga sampai. Mengapa?” tanya Yang Jian lagi.
Shen Liang berbisik: “Cao Yang sedang menangani peristiwa supranatural dan tidak bisa meninggalkan tugas. Dia butuh meminjam barang gaib itu. Tapi Pintu Hantu sedang dalam pengawalan, beri kami waktu beberapa hari. Setelah urusan di sini selesai, Gunting Hantu pasti akan dikirim ke situ.”
“Baik, begitu saja.”
Yang Jian tak melanjutkan percakapan dan bersiap menutup telepon.
Shen Liang kembali buru-buru berkata: "Yang Jian, situasi Kota Dongda memang cukup rumit. Jika kau pergi, markas hanya punya satu permintaan—jangan biarkan situasi jadi runyam."
"Tenang, tidak akan."
Yang Jian mengakhiri komunikasi lalu berdiri: "Bersiaplah, satu jam lagi kita berangkat ke Kota Dongda."
"Kenapa satu jam lagi? Kenapa tidak sekarang?"
Feng Quan bertanya: "Jika bertindak sekarang dan menyerang mereka saat lengah, bukankah lebih baik? Mereka mungkin belum tahu kabar kematian Xu Feng dan kawan-kawannya."
Yang Jian meliriknya, terdiam sejenak, lalu berkata: "Aku ingin memberantas sampai ke akar. Beri mereka sedikit waktu untuk bersiap."
"Sebarkan kabar di lingkaran gaib bahwa tim kita akan ke Kota Dongda untuk membalaskan dendam."
"Terbuka?" Feng Quan tertegun.
"Ya, terbuka." Yang Jian berwajah dingin.
"Tidakkah ini terlalu gegabah? Bagaimana jika mereka balik menyerang?" Feng Quan tampak ragu.
Yang Jian menjawab: "Yang tak punya kemampuan takkan bisa balas. Yang punya kemampuan tak perlu kabar pun bisa menyerang. Hasilnya tetap sama."
"Baik, kalau kau sudah memutuskan, lakukan saja." Kata Feng Quan.
"Sumber daya di tanganku masih tersisa satu Boneka Pengganti Nyawa, tiga Lilin Hantu, tiga guci hantu. Kali ini semuanya akan dikeluarkan. Meski aksi kita terbuka, persiapan tak boleh kurang."
Yang Jian tetap berpikir jernih. Dia membuat persiapan matang.
"Sisa waktu ini, bersiapkanlah kalian."
Kabar rencana Yang Jian memimpin tim ke Kota Dongda untuk balas dendam menyebar di lingkaran gaib, mengobrak-abrik situasi yang semula tenang.
Ye Zhen dari Kota Dahai adalah yang pertama menerima kabar ini.
Jaringan informasi forum gaib-nya jelas sangat kuat.
"Kota Dongda? Yang Jian akan berkelahi di Kota Dongda? Sungguh membuatku bersemangat, aku hampir tidak sabar menunggu. Memang benar, hari-hari tanpa rival terasa sangat membosankan dan hambar."
Ye Zhen sedang menyeruput susu sambil menonton anime. Tiba-tiba ia bangkit sambil terkekeh keras, tak henti mengusap pedang karya seni di pinggangnya, lalu mondar-mandir sambil merenung.
"Haruskah aku ikut campur juga?"
"Sebaiknya jangan. Kali ini dia datang ke Kota Dongda atas nama markas. Jika forum gaib kita ikut campur, ini akan jadi urusan melelahkan dan tidak menghasilkan apresiasi." Manajer buru-buru membujuk, berusaha mengurungkan niat norak Ye Zhen.
Ia juga khawatir Ye Zhen tidak bisa menahan diri dan kembali bertarung dengan Yang Jian.
Jika sampai terjadi perkelahian lagi, sungguh bisa memakan korban jiwa. Mediasi dari markas pun mungkin tidak akan berguna.
"Kau pikir aku akan kalah?"
Ye Zhen berbalik berkata: "Kini pedang sakti telah kukuasai, tak terkalahkan di dunia manusia."
“……”
Sudut bibir manajer berkedut. Ia menahan amarah dalam hati sambil terus membujuk si norak ini untuk mengurungkan niat pergi ke Kota Dongda.
Di sisi lain.
Sebuah vila kosong di pinggiran Kota Dachuan. Tempat ini sunyi sepi, hanya dihuni hantu gentayangan ketika malam tiba.
Kini di siang hari, Li Leping telah pulih secara rasional. Ia memantau gerakan markas dan lingkaran gaib, termasuk informasi ini. Namun perhatian utamanya bukan pada itu, melainkan fakta bahwa Yang Jian masih hidup dan bahkan punya tenaga untuk bertarung dengan Pengendali Hantu lain.
"Apakah dia berhasil mengendalikan kepala bayangan hantu itu? Bagaimana mungkin dia bisa menguasai hantu yang mampu meretas kesadaran orang hidup?"
Li Leping penuh tanya tak terjawab.
"Dulu dia gagal mengendalikan Hantu sehingga menjadi seperti ini, tak disangka dalam waktu singkat Yang Jian ternyata berhasil."
Penanggung jawab kota lain.
Liu San yang berkode nama Manusia Kertas juga memperhatikan informasi ini, hanya bergumam: "Jam bandul itu berani mengganggu jatah Yang Jian? Ini akan menarik."
Sepertinya dia tahu situasi di Kota Dongda, tapi hanya bersikap sebagai penonton tanpa rencana khusus.
……
Masalah ini tidak hanya diketahui penanggung jawab di berbagai daerah, bahkan Komunitas Pengusir Roh di Jepang pun sangat memantau.
Presiden Mitsushima sedang merenungkan apakah akan mengirim Megumi ke Kota Dachang untuk menjalin hubungan dengan Yang Jian, memberikan dukungan sikap agar meninggalkan kesan baik, toh tak perlu pengorbanan berarti.
Lagipula ini adalah Yang Jian si Mata Hantu yang secara terbuka memimpin tim untuk membalaskan dendam.
Informasi ini pasti menarik perhatian banyak pihak.
Tapi banyak yang bertanya-tanya: Orang atau kekuatan seperti apa yang berani mengganggu sosok tingkat komandan tim, apalagi yang sudah memiliki tim Pengendali Hantu?
Wakil Menteri Cao Yanhua setelah menerima laporan terdiam lama, tak tahu harus berkata apa, hanya merasa kekhawatiran yang tak jelas.
"Situasi di Kota Dongda sangat rumit..."
Dia hanya menghela napas, kemudian matanya berkedip sambil menepuk meja dan berdiri: "Suruh Li Jun pergi ke Kota Dongda, beri tahu juga Komandan Wang Chaling di sana untuk bekerja sama dengan Yang Jian. Sudah ada penanggung jawab yang tewas, kita tak bisa membiarkan ini terus terjadi!"
Tak lama kemudian, perintah markas besar disebarkan.
Seorang komandan tim baru muncul dalam pandangan kerumunan.
Kota Dongda, Wang Chaling.
"Nama ini tidak muncul dalam rapat seleksi komandan tim, karena dia adalah komandan tim yang direkrut langsung, tak perlu vote."
