“Ada orang di dalam?”
Mendengar suara dari dalam, kerumunan merasa hati mereka mendadak dingin. Secara refleks mereka siaga, mengantisipasi situasi tak terduga yang mungkin muncul kapan saja.
“Aku tak boleh datang? Berarti aku harus diam saja di Kota Dachang menunggu kalian datang mencari?”
Langkah Yang Jian terhenti. Ia melirik ke arah Xiong Wenwen.
Xiong Wenwen menepuk dadanya, langsung paham maksud Yang Jian.
Musuh sudah siap siaga di sini. Untuk menghindari kerugian, menggunakan kemampuan meramal sekarang adalah solusi paling aman.
“Liao Fan dan Xu Feng sudah kau habisi. Masalah ini harusnya berakhir di sini. Kami juga tak ingin mengusik seorang komandan tim markas.” Suara rendah itu kembali bergema di dalam rumah kuno yang sepi.
“Masalah ini baru akan berakhir setelah kubantai habis kalian semua.”
"Balasan Yang Jian terdengar dingin, sikapnya tegas tanpa sedikitpun ruang kompromi."
"Yang Jian, jangan tinggi hati. Membantai kami? Kalau kau nekat masuk, mungkin seluruh tim kecilmu akan dihabisi semua di sini. Jika kau pergi sekarang, kontradiksi antara kita akan berakhir di sini. Kami juga berjanji tak akan menginjakkan kaki lagi di Kota Dachang mulai hari ini."
"Menghentikan diri saat situasi masih baik, itu tindakan orang pintar."
Suara itu terus memperingatkan Yang Jian dari dalam rumah kuno.
"Bahkan menampakkan wajah pun tak berani, cuma berpura-pura bicara ingin menakut-nakutiku. Kau kira aku anak tiga tahun? Hari ini, semua orang di gedung kuno ini—satu pun tak akan luput—harus mati."
Yang Jian membalas suara itu sambil menunggu hasil prediksi Xiong Wenwen.
Ia ingin menghabisi mereka dengan jaminan 100% aman.
"Yang Jian, jangan keterlaluan! Ketika aku menjadi Pengendali Hantu, kau masih mengerjakan PR di sekolah! Generasi ketiga keluarga Wang saja tak berani bicara seperti ini pada kami. Apalagi kau? Hari ini cuma ada satu komandan tim seperti kau yang datang. Sekalipun datang tiga atau empat komandan tim, kami tetap bisa membunuh kalian semua! Kami memberi kau muka dengan menasihatimu. Kalau tidak, Kota Dachang pun akan kami habisi!"
Suara lain terdengar, dipenuhi kemarahan dan aura jahat yang mengerikan.
"Siapa yang berkoar? Bahkan nama pun tak berani sebut?" Tatapan Yang Jian berkelip-kelip, suaranya membentak.
"Orang mati tak perlu tahu banyak," jawab suara jahat itu.
Dengan nada dingin Yang Jian berkata: "Kalimat itu memang benar. Sekelompok orang yang sebentar lagi mati—tahu nama kalian pun percuma."
"Yang Jian, percakapan kosong tak berguna. Kau sudah mengumumkan di lingkaran gaib satu jam yang lalu akan menyingkirkan kami. Sekarang kalian datang, kami pun sudah sampai. Hanya saja aku ingin tahu apakah perkataanmu sendiri benar-benar bisa kau tepati."
"Jika ingin bertindak, silakan masuk."
Suara rendah itu terdengar.
Bersamaan dengan itu, pintu gerbang rumah kuno yang telah lama tersegel tiba-tiba mengeluarkan bunyi rantai yang bergoyang. Rantai yang mengunci pintu itu kini melorot dari daun pintu, jatuh ke lantai disertai gema suara berderit.
Daun pintu tebal yang belum membusuk itu perlahan mulai terbuka pada saat-saat ini.
Di balik pintu gerbang rumah kuno terhampar sebuah aula utama. Ruangan itu redup, suram, seakan dipenuhi debu seolah tak pernah dibersihkan bertahun-tahun. Namun anehnya, dinding dan lantai di dalamnya masih terawat sangat mulus - meski usang dan pudar warnanya, sama sekali tak tampak tanda-tanda pembusukan atau kerusakan.
Justru karena itulah semakin terpancar aura misterius yang menggelisahkan.
Yang Jian tetap berdiri di ambang pintu. Matanya mengintai ke dalam, bahkan mampu menangkap titik-ttitik penerangan redup yang menyala di sudut-sudut ruangan.
Cahaya itu berwarna kekuningan, meredup, seolah setiap saat bisa padam.
Terlihat jelas bahwa rumah kuno era Republik ini masih berfungsi. Meski dari luar terlihat sudah ditinggalkan, nyatanya sejenis kekuatan gaib masih menyelimuti bangunan ini.
Andaikan rumah tua ini benar-benar tak bermasalah, tentu sudah lama mengalami kebocoran dan keruntuhan.
"Kau ragu-ragu? Heh, dari tampaknya si Mata Hantu Yang Jian ternyata cuma segini. Mulutnya besar, tapi saat benar-benar harus bertindak malah mengkerut. Bahkan pintu gerbang rumah kuno ini pun tak berani kau masuki." Suara sarkastik terdengar dari dalam, menunjukkan ekspresi merendahkan.
Tatapan Yang Jian bergetar lemah, tetap tak tergoyahkan. Ia hanya menoleh ke arah Xiong Wenwen.
Tiba-tiba Xiong Wenwen membelalakkan matanya. Wajahnya yang sudah pucat kini terlihat semakin berkerut ketakutan.
"Sudah selesai?" tanya Yang Jian.
"Sarang hantu ini benar-benar mengerikan! Aku, Ayah Xiong, sudah mati dua kali berturut-turut. Kita tak boleh masuk lewat pintu depan, kalau tidak akan kena kutukan misterius. Pengaruh rumah tua ini akan membuntuti kita seumur hidup. Harus lewat tepi jendela..."
Xiong Wenwen berbisik di telinga Yang Jian. Kemampuan meramalkannya menangkap bahaya mengerikan, membuatnya mulai memberi peringatan.
"Begitu masuk, pertama-tama kita harus mengendalikan si rambut putih itu. Dia berdiri di lantai tiga rumah tua. Kalau tidak langsung dihabisi, salah satu dari kita akan mati."
Saat mengucapkan ini, wajah Xiong Wenwen masih terlihat trauma.
Wajah Yang Jian tetap tenang, menyimak setiap informasi yang dibocorkannya dengan serius.
Sementara itu,
di dalam rumah kuno
yang bertingkat tiga ini,
setiap lantai dipenuhi siluet-siluet manusia yang mondar-mandir. Tatapan mereka mengunci pintu tua itu, menunggu kedatangan tim Yang Jian.
Begitu melangkah masuk, mereka akan berhadapan dengan aturan membunuh hantu gentayangan yang pasti berakhir kematian.
"Hanya perlu kurang dari dua puluh detik untuk menghabisi hampir seluruh tim tujuh orang di sini."
"Apakah Yang Jian takut? Dia tidak berani masuk ke rumah kuno ini, mungkin dia mencurigai bahaya mengerikan."
Seorang pria kurus dengan tatapan dingin berdiri di koridor lantai dua, menoleh ke atas sebentar.
Di lantai tiga, seorang pemuda beruban memegang pagar sambil menatap datar ke bawah: "Dia tidak terburu-buru, kenapa kita harus panik? Kalau memang mau bertarung, kita temani saja. Yang Jian dengan kode Mata Hantu ini keunggulannya ada di Wilayah Hantu, tapi rumah kuno ini dirancang khusus untuk menekan Pengendali Hantu pemilik Wilayah Hantu."
"Sebagai pendatang, begitu lonceng berbunyi, mereka juga akan terkena kutukan. Nanti mereka pasti mati lebih cepat dari kita."
"Soal kemampuan sebagai Pengendali Hantu, kita juga tidak kalah."
Pemuda beruban ini sangat percaya diri.
Apalagi, jumlah orang yang berkumpul di rumah kuno ini cukup banyak.
Sekilas dilihat,
Jumlahnya mencapai belasan orang.
Ini jumlah yang sangat mengejutkan, apalagi masih ada sebagian yang tidak terlibat. Lagipula ini bukan organisasi ketat, kita semua cuma bertahan hidup dengan mengandalkan Kutukan Jam Bandul. Masalah Xu Feng dan Liao Fan tidak ada hubungannya dengan yang lain, jadi ada juga yang tidak mau mengambil risiko.
"Dia datang!"
Tiba-tiba, seseorang di aula lantai satu membentak.
Cahaya merah tiba-tiba menyala terang dari pintu depan dan tepian jendela, seakan ingin menggerogoti seluruh bangunan tua.
"Namun saat cahaya merah merambat hingga ke bagian tengah aula utama, tiba-tiba terhenti."
"Sebentuk kekuatan gaib menghalangi erosi cahaya merah itu."
"Wajah seluruh kerumunan berubah tegang."
"Ini Wilayah Hantu Yang Jian, dia akan menerobos masuk?"
"Wilayah Hantu-nya tidak beres, dia sudah meretas hingga posisi aula utama."
"Pada akhirnya kekuatan gaib di dalam rumah kuno ini lebih unggul. Wilayah Hantunya ternyata tak mampu mempengaruhi area yang luas, mungkin ini batas kemampuannya."
Rumor-rumor mulai bermunculan.
Tak lama kemudian,
Cahaya merah perlahan mulai memudar.
Proses penghilangannya sangat lambat, menimbulkan kesan ganjil seolah sengaja ditunda.
Di balik cahaya merah yang memudar, beberapa sosok buram bergerak-gerak melengkung mulai muncul. Semakin redup cahaya itu, sosok-sosok itu justru semakin jelas terlihat.
"Tap... tap!"
Bunyi langkah kaki yang jernih bergema di dalam rumah kuno yang sunyi ini.
Dari balik cahaya merah, seorang pemuda berkulit pucat dengan tombak emas retak-retak di tangan muncul bergegas. Di alutnya, sebuah mata hantu berwarna merah darah berputar dengan gelisah, mengintai kegelapan di sekeliling.
Di belakangnya,
Feng Quan, Tong Qian, Huang Ziya, Li Yang, Xiong Wenwen, dan anak hantu muncul satu per satu.
Beberapa orang di aula utama lantai satu spontan mundur beberapa langkah.
Mereka semua mengenali pria ini sebagai Pengendali Hantu termasyhur di lingkaran gaib - Yang Jian si Mata Hantu.
"Yang Jian, kau benar-benar berani masuk?"
Di lantai dua, seorang pria bertubuh kurus dengan suara beraura jahat menggeretakkan gigi sambil merungut rendah.
Dia sangat tidak ingin sampai pada tahap ini, karena pertempuran seperti ini sia-sia bagi mereka. Bagaimanapun juga musuh ini dihasut oleh Xu Feng dan Liao Fan. Meski tim mereka sudah mempersiapkan diri, bahkan jika menang, kebangkitan Hantu Gentayangan setelah kematian tim Yang Jian di sini akan menjadi masalah besar.
Tapi di luar, sangat sulit untuk mengalahkan orang ini.
Lagipula Wilayah Hantu Yang Jian terlalu tak terpecahkan. Dengan kombinasi paku peti mati, mereka mudah dikalahkan satu per satu.
Hanya dengan berkumpul bersama dan berhadapan langsung sambil memanfaatkan kutukan rumah kuno, mereka bisa menghabisi dia.
Yang Jian sedikit menengadah. Dia tidak melihat ke arah pria di lantai dua, melainkan langsung mengunci posisi pria beruban di koridor lantai tiga yang menjulurkan setengah tubuhnya sambil memandang ke bawah.
Xiong Wenwen memprediksi sosok berbahaya itu adalah dia.
"Bertindak." Kata pria beruban itu dengan nada dingin.
"Bunuh."
Mata hantu Yang Jian berputar, langsung mengunci posisi pria beruban itu. Disertai teriakan dinginnya, Wilayah Hantunya seketika lenyap.
Ada gangguan gaib yang mempengaruhi Wilayah Hantunya. Meski masih bisa digunakan, gangguan ini sangat mengganggu adaptasi. Daripada begitu, lebih baik tidak menggunakan Wilayah Hantu.
Selain itu, Wilayah Hantu saat ini tak bisa menutupi interior rumah kuno. Bahkan dengan lima lapisan Wilayah Hantu, dia hanya bisa meretas sampai ke aula utama, jadi tidak terlalu bermakna.
Tapi kondisinya seperti ini, kondisi musuh juga demikian.
Saat itu juga.
Seluruh penghuni rumah kuno merasakan gelombang krisis yang mencekam, bulu kuduk semua orang berdiri tegak pada saat ini.
Karena kekuatan hantu gentayangan sedang dilepaskan sepenuhnya.
Tak ada yang bisa menghindar, semua terkena imbasnya.
"Tidak bagus."
Namun tepat di momen kritis ini, pria beruban di lantai tiga merasakan bahaya mengancam - bukan peringatan dari makhluk gaib dalam tubuhnya, melainkan intuisi tajam hasil tempaan pertaruhan nyawa.
Intuisi itu membisikkan: dirinya telah menjadi target Yang Jian.
Sesaat kemudian.
Deru menggelegar menyambar udara.
Tombak emas melesat dari tangan Yang Jian, menghancurkan pagar kayu lapuk di koridor, dan menancap dalam-dalam di tubuh pemuda beruban itu.
"Wahk!"
Tubuh pemuda itu terlempar ke belakang, darah menyembur dari dadanya yang tertembus, sebelum akhirnya terpaku di dinding bagai kupu-kupu spesimen.
Secara refleks ia berusaha melepaskan diri.
Tapi tiba-tiba seluruh tubuhnya mati rasa, persis seperti mengalami ketindihan hantu - pikiran masih jernih tapi badan tak bisa dikendalikan.
"Kekuatan hantuku diredam... Ini... PAKU PETI MATI?!"
Kepalanya terkulai lemas seperti mayat yang digantung, namun nadinya masih berdetak. Dengan suara serak penuh amarah ia menggeram: "Yang Jian!!"
Berani-beraninya dia...
Langsung menggunakan senjata pamungkas untuk menghabisi dirinya! Padahal wilayah hantunya sedang terganggu, tapi masih bisa melemparkan paku itu dengan akurasi mematikan!
“Serangan ini tidak mengenai sasaran, berarti paku peti mati ini secara tidak langsung diberikan kepada diri sendiri.”
Sayangnya.
Yang Jian berhasil mengenainya. Keberhasilan ini bukanlah keberuntungan, melainkan hasil ramalan Xiong Wenwen yang telah memprediksi hasil ini sebelumnya.
“Tolong seseorang bantu aku mencabut benda ini!” pemuda beruban itu memohon dengan panik.
Namun tak ada teman di sekitarnya. Karena selama ini ia tidak mempercayai orang lain, maka dalam aksi kali ini hanya ada dia seorang di lantai tiga.
Paku peti mati hanya bisa mengendalikan hantu gentayangan.
Hantu itu meredup sehingga tubuhnya kehilangan kemampuan bergerak, kutukan jam bandul pun tidak berfungsi. Saat ini tanda vitalnya masih ada hanya karena kondisi fisiknya baik, belum mencapai titik kritis kematian.
Tapi orang biasa yang dadanya tertembus dan terpaku di dinding, berapa lama lagi bisa bertahan?
Namun Yang Jian tampaknya tidak memberinya kesempatan.
Di senjata yang menancapinya, telapak tangan menghitam yang dingin dan menyeramkan tergeletak kaku dengan pose ganjil.
Ini adalah tangan hantu.
Itupun hanya turunan dari tangan hantu, bukan hantu sejati.
Saat ini.
Tangan hantu yang kaku itu tiba-tiba bergerak, merambat perlahan di tubuh pemuda beruban itu, perlahan membuka mulutnya lalu memaksa memasukkan sesuatu ke dalam.
“Huu huu...”
Pemuda itu berontak, namun tak lama hidung, telinga, dan mulutnya mulai mengucurkan darah.
“Puu!”
Suara seperti sesuatu yang meledak terdengar, jari kaku tiba-tiba menyembul dari bola matanya...
Seekor tangan hantu biasa kini sedang seenaknya merusak tubuhnya.
"Namun dirinya sendiri telah direndam dalam keadaan koma, kesadarannya buram, tanda vital menghilang drastis, lalu dengan wajar menelan napas terakhirnya."
