Bersama kepergian Yang Jian dan anggota lainnya dari rumah kuno.
Di lingkaran gaib, sejumlah foto cepat beredar. Dalam foto itu terlihat Yang Jian mengangkat mayat Liu Baimu yang tanpa kepala dengan satu tangan, sementara tangan lainnya menggenggam kepala manusia matinya yang sudah tak beraura.
Selain itu, foto tersebut juga menangkap siluet Feng Quan, Tong Qian, Huang Ziya dan anggota tim lainnya.
"Liu Baimu di rumah kuno Distrik Timur Besar dihabisi Yang Jian. Tsk, menarik sekali. Dari pernyataan resmi Yang Jian hingga sekarang mungkin belum sampai dua jam."
Seorang pengguna anonim yang jarang aktif meninggalkan komentar di situs web gaib.
"Berani cari masalah dengan Yang Jian si Mata Hantu masih mau kabur? Siapa itu Liu Baimu? Direktur Fang dari moment aja sudah mati. Dia ini apa-apaan? Bisa bertahan dua jam saja sudah sulit baginya."
Netizen yang mengomentari hal ini menggunakan nama: Saya Punya Satu Strategi.
"Liu Baimu tewas, mungkin orang-orang yang dikumpulkannya juga dibersihkan. Tapi Kapten Yang sepertinya mengalami kerugian. Ada dua anggota tim yang hilang dari fotonya."
"Satu sepertinya bernama Zhang Han, sebelumnya dihabisi Liao Fan dan Xu Feng. Li Yang yang satunya lagi juga menghilang. Tampaknya Yang Jian si Mata Hantu juga mengalami kerugian dalam bentrokan ini."
Dua orang yang mengetahui info dalam malah saling berdiskusi.
Sulit dipercaya, kejadian hari ini bahkan belum sampai setengah hari sudah menyebar luas di situs web gaib.
"Namun kemampuan intelijen seperti ini tidak mengejutkan, sekarang perhatian pada Pengendali Hantu bisa dibilang belum pernah terjadi sebelumnya. Figur seperti Yang Jian yang melakukan aksi besar pasti diawasi CCTV satelit, plus ada personel intelijen yang menyusup ke Kota Dachang untuk menyelidiki."
"Membosankan sekali, pengin cari orang berkelahi nih. Ada yang mau? Lokasi bebas dipilih, jumlah peserta bebas." Pengirim pesan: Master Ye dari Kota Dahai.
Tapi tak seorang pun di lingkaran sosial itu yang merespons ID tersebut.
Pada momen ini.
Lantai teratas Gedung Ning'an, Kota Dongda.
"Braak!"
Suara benda berat jatuh bergema. Kepala Liu Baimu yang melengkung tak berbentuk berguling di lantai, sampai berhenti di sepatu kulit pria berkemeja jas yang berdiri di depan jendela dari lantai ke langit-langit.
Wang Chaling menoleh perlahan, menatap area redup di hadapannya.
Dalam redup itu, siluet manusia bergerak. Yang Jian muncul dari bayang-bayang, bola mata hitam pekatnya berkelip cahaya merah.
"Kau menyembunyikan sesuatu. Kau tahu jam bandul tua di rumah kuno itu bisa restart waktu, makanya kau sengaja menghadiahkan arloji saku ini padaku." Suara Yang Jian dingin.
"Tapi bagi Kapten Yang, bukankah Liu Baimu tetap mati di tanganmu?"
Wang Chaling tersenyum tipis: "Aku tahu dengan kemampuanmu, mereka pasti akan dihabisi cepat atau lambat. Hanya saja aku tak menyangka aksimu begitu cepat."
"Mengecewakanmu?" tanya Yang Jian.
"Tidak. Ini jauh melebihi perkiraanku. Aku masih meremehkanmu, Kapten Yang." Jawab Wang Chaling.
Yang Jian melemparkan jam saku di tangannya: "Barang ini kukembalikan, lagipula rumah kunomu bermasalah, tangani sendiri, aku tak punya waktu untuk menemanimu bermain di sini, masih ada urusan lebih penting yang harus kuselesaikan."
Wang Chaling menerima jam saku itu, melihat waktu yang tertera, wajahnya berubah sedikit.
"Jika kau pergi, bagaimana dengan anggota timmu itu?" Setelah berkata demikian, ia melemparkan kembali jam saku itu; "Mungkin sebaiknya kau bawa dulu anggota timmu keluar sebelum pergi."
"Dia punya kemampuan bertahan hidup, aku tidak khawatir," kata Yang Jian.
Dalam hal kemampuan menyelamatkan diri, Li Yang sangat handal, cukup mencari sebuah ruangan untuk menghindari serangan hantu gentayangan.
Wang Chaling berkata: "Sepatutnya kau khawatir, karena rumah kuno itu sudah berubah, tak lagi aman, menjadi sangat mengerikan. Ada yang merusak keseimbangan rumah itu, sekarang ini bukan lagi urusan pribadimu saja."
"Kau pikir ini tanggung jawabku?" Yang Jian mengerutkan kening.
"Setidaknya tunggulah sampai situasi ini jelas dulu sebelum Kapten Yang pergi. Lagipula ini menyangkut banyak pihak. Jika rumah kuno benar-benar lepas kendali, bukan hanya anggota timmu yang tewas, Kota Dongda juga akan mengalami serangan gaib yang tak terbayangkan. Ini sesuatu yang tak diinginkan siapa pun."
Wang Chaling menghela napas, nada suaranya terdapat kepasrahan.
"Kau juga tahu, aku ini sampah, kemampuanku jauh di bawah Kapten Yang."
“……”
Seorang figur tingkat komandan tim menyebut dirinya sampah, ini bukan lagi sikap rendah hati tapi sudah mengarah pada keanehan-keanehan kecil.
"Selain itu Li Jun sudah datang, sebelumnya aku sudah berkoordinasi dengan Komandan Li. Sekarang dia juga sangat memantau perkembangan rumah kuno itu," tiba-tiba Wang Chaling menambahkan.
Begitu kata-katanya keluar, alut Yang Jian segera mengerut.
Jelas terlihat, baik Wang Chaling maupun Li Jun yang dikirim markas, keduanya mengetahui lebih banyak tentang peristiwa rumah kuno dibanding dirinya sendiri. Itulah mengapa mereka begitu serius menanganinya.
"Di mana Li Jun?" tanya Yang Jian.
"Aku hanya tahu dia masih di Kota Dadong. Tentang lokasi pasti atau aktivitasnya, aku sama sekali tidak tahu. Lagipula aku tak bisa ikut campur urusannya," jawab Wang Chaling sambil berbalik ke jendela.
Dari ketinggian gedung, pandangannya tertuju ke arah rumah kuno di Kota Dadong.
Alasan Wang Chaling membangun gedung pencakar langit di sini adalah agar bisa memantau posisi rumah kuno dari atas, memudahkan pengawasan setiap saat.
Tiba-tiba, tatapannya bergetar lemah. Kecemasan di hatinya semakin menjadi.
"Lihat! Lampu jalan di depan rumah kuno sudah padam."
Yang Jian berbalik memandang.
Benar.
Saat ini lampu-lampu di jalan depan rumah kuno memang telah padam, tapi tidak semuanya. Di ujung jalan masih ada beberapa yang menyala. Ini membuktikan masalahnya bukan pada kabel listrik atau pemadaman total, melainkan gangguan tertentu di area dekat rumah kuno yang membuat lampu jalan tak bisa menyala.
"Fenomena gaib telah menyebar. Rumah kuno tak lagi mampu menahan isinya. Kekhawatiran terbesarku akhirnya terjadi," ujar Wang Chaling.
"Selain Liu Baimu dan kawan-kawannya, ada orang lain di dalam rumah kuno. Apa kau tahu apa yang terjadi?" tanya Yang Jian.
“Wang Chaling kali ini sepertinya tidak memilih untuk menyembunyikan. Dia berkata: "Aku ingat sebelumnya pernah memberitahumu, meski rumah kuno ini milik keluarga Wang, aku tidak suka tinggal di sana. Alasannya sederhana, di dalamnya ada hantu gentayangan sejati. Jam bandul tua telah mengintervensi waktu di rumah kuno, menciptakan penjara untuk mengurung para hantu di dalamnya, mencegah barang-barang itu keluar."”
“Yang paling kukhawatirkan adalah jika ada yang menemukan jam bandul tua dan merestart waktu di rumah kuno, melepaskan kembali hantu-hantu yang dikurung. Karena itu kusuruh ayahku mencari jam itu.”
“Tentu saja, tidak masalah jika tidak ketemu. Tapi setidaknya jangan sampai orang lain yang menemukannya. Namun kegaiban jam bandul tua melebihi perkiraanku. Ayahku tersesat di dalamnya dan tak bisa pulang.”
“Tapi sekarang, sepertinya kita tak perlu khawatir lagi. Aku yakin jam bandul tua sudah ditemukan orang, dan waktu di rumah kuno sedang dipulihkan. Perhatikan baik-baik waktu di arloji saku ini - meski kacau, bukankah semakin mendekati waktu nyata?”
Yang Jian kembali membuka arloji sakunya dan memeriksanya.
Benar adanya.
Bagaimanapun waktu di arloji itu berubah, perlahan-lahan menyelaraskan dengan waktu nyata.
“Begitu waktu di rumah kuno diselaraskan dengan benar, dunia gaib akan bertumpang tindih dengan realitas. Saat itu terjadi, Kapten Yang pasti sudah paham konsekuensinya,” kata Wang Chaling.
Baru pada detik ini Yang Jian mengerti mengapa waktu di arloji saku terus melompat tak karuan.
“Ada yang mengendalikan jam bandul tua, melakukan kalibrasi ulang waktu di rumah kuno? Membawa hantu gentayangan yang terkurung di masa lalu ke masa kini?” tanya Yang Jian.
Wang Chaling tersenyum: "Berbicara dengan Kapten Yang memang membuat tenang. Situasi sekarang memang seperti ini. Karena jam bandul tua kadang bisa restart tak terkendali, hantu gentayangan yang diurung pasti akan menghindari momen restart ini. Misalnya, sekarang tepat pukul delapan. Di rumah kuno ini pasti tidak ada hantu. Jika kau mundurkan waktu semenit, bahkan sepuluh detik saja, mungkin hantu akan muncul."
"Hanya di waktu yang tepat kita bisa bertemu hantu spesifik. Inilah rahasia rumah kuno keluarga Wang."
Perkataan ini membuat tidak hanya Yang Jian, tapi juga Feng Quan, Tong Qian, dan anggota tim di belakangnya merasakan aura mengerikan.
Ini bukan sekadar rumah kuno, melainkan penjara hantu. Keluarga Wang memanfaatkan kekuatan gaib jam bandul tua untuk memisahkan waktu di dalam rumah, menempatkan hantu-hantu berbeda di periode waktu berbeda.
Kini ada yang menyelaraskan kembali waktu, maka hantu dari berbagai periode akan datang ke dunia nyata.
"Berapa banyak hantu di sana?" Wajah Yang Jian berkerut khawatir.
"Dalam satu jam, selain waktu tepat dan setengah jam, berapa banyak segmen waktu yang bisa kau bagi?" kata Wang Chaling.
Xiong Wenwen yang menyukai matematika mulai menghitung.
Satu jam enam puluh menit, total 3600 detik. Setelah dikurangi dua waktu spesifik, jika setiap detik dihitung sebagai satu segmen, maka ada 3558 segmen waktu.
"Sial, 3558 segmen waktu!" teriak Xiong Wenwen kaget.
“Keluarga Wang tentu tidak mungkin mengisi semua titik waktu dengan hantu yang dikurung, tapi jumlah titik waktu berbahaya juga tidak sedikit. Dan kalibrasi sudah dimulai. Saya tidak tahu siapa yang menguasai jam bandul tua ini, tapi saya harap Kapten Yang bisa bekerja sama dengan saya untuk menghabisi orang itu dan mencegah peristiwa gaib Tingkat S yang potensial ini terjadi.”
“Tidak, jika benar-benar tak terkendali, mungkin ini akan menjadi peristiwa gaib Tingkat SS.”
Setelah berkata demikian, Wang Chaling mendekati Yang Jian dan mengulurkan tangannya.
Tatapan Yang Jian berkedip, tapi ia tetap menjabat tangan itu: “Kerja sama bukan masalah, tapi saya tidak akan melakukan hal yang tidak pasti. Lagipula, penyebab kekacauan ini adalah kelalaianmu. Jika kau memberantas Liu Baimu dan kroni-kroninya lebih awal, hal seperti ini tidak akan terjadi.”
“Pasti ada kepentingan pribadimu.”
“Setiap orang punya kepentingan pribadi. Di dunia ini tidak ada orang mulia yang sempurna tanpa cacat, setuju kan, Kapten Yang?” Wang Chaling tertawa: “Semoga kerja sama kita menyenangkan.”
“Untuk kerja sama butuh kesungguhan. Seluruh tim saya sudah di sini, mana anggota-anggota keluargamu?” tanya Yang Jian.
Wang Chaling menjawab: “Tiga generasi keluarga Wang totalnya lima orang, tidak kalah dengan tim kecilmu.”
Usai berkata demikian.
Di balik kaca di belakangnya terpantul siluet mengerikan dua orang tua. Wajah mereka keriput, kurus kering, dengan aura kematian yang membuat bulu kuduk merinding.
“Masih kurang,” kata Yang Jian: “Jam bandul tua ada di masa lalu. Orang yang bisa menggerakkannya pasti akan restart, atau setidaknya bisa melakukan restart. Jumlah orang hanya membantu, tidak menentukan.”
“Bagaimana jika ditambah dengan saya?”
“Tiba-tiba, suara aneh terdengar, suara itu seolah tenggorokan terbakar, parau menusuk, sangat tidak nyaman didengar.”
Seorang pria bertubuh tinggi, berkulit gelap, beraura ganjil muncul dari balik cahaya hijau seram.
Orang ini datang tiba-tiba, seolah muncul entah dari mana.
“Li Jun?”
Yang Jian menatapnya: “Setelah Peristiwa Lukisan Hantu, perubahanmu tampak cukup signifikan.”
“Biasa saja, kau juga lebih matang dari sebelumnya,” jawab Li Jun dengan ekspresi mati rasa.
Mereka berdua sudah lama saling kenal, secara teknis bisa disebut teman lama.
“Bagaimana kelanjutan Lukisan Hantu?” tanya Yang Jian. “Lukisan jahat itu belum juga diselesaikan kan?”
“Sudah terkontrol, itu cukup untuk saat ini,” kata Li Jun.
Wang Chaling berkata: “Menurutmu bagaimana peluang menang jika tiga komandan tim bekerja sama?”
“Mungkin akan dihabisi semua.”
Yang Jian menjelaskan: “Musuh yang bisa restart sangat sulit dihadapi. Apalagi rumah kuno masih tak terkendali, bahaya yang kita hadapi lebih banyak dari perkiraan.”
“Kau tetap teliti seperti biasa. Jangan buang waktu, segera bertindak sebelum bahaya meluas,” seru Li Jun.
“Semakin terburu-buru, semakin mudah salah. Sudah kuperingatkan kalian saat Peristiwa Lukisan Hantu terakhir,” Yang Jian berkata dengan suara berat.
Li Jun bertanya: “Ada usulan?”
“Setidaknya siapkan wadah penahan hantu gentayangan yang cukup, plus blokade wilayah ini,” jawab Yang Jian.
Wang Chaling menambahkan: “Akan kusiapkan tim khusus untuk itu, tidak akan mengganggu aksi.”
"Li Jun, Yang Jian, Wang Cailing, kalian semua tunggu sebentar. Ada satu hal yang ingin kusampaikan." Tiba-tiba, Feng Quan keluar dari area yang mendung, wajahnya terlihat muram.
"Feng Quan, ada apa?" tanya Li Jun.
Feng Quan menunjuk ke arah pintu: "Bangku itu bukan furnitur di sini, kan?"
Pintu gerbang terbuka lebar, penerangan lorong kini redup drastis tanpa alasan jelas. Lentera di kejauhan berkelip-kelip tak menentu.
Sebuah bangku kayu merah tua tergeletak di depan pintu, menghalangi jalan masuk dan keluar.
Hm?
Ketiganya menatap tajam ke arah bangku kayu merah tua itu.
Jelas terlihat, bangku ini bukan bagian dari furnitur lantai ini. Aura merah pada bangku itu terasa ganjil, sepertinya terkait dengan kekuatan gaib.
"Di sini juga ada." Tiba-tiba Huang Ziya menunjuk ke belakang.
Di lorong belakang yang menuju toilet, tepat di tengah jalur sempit itu, juga tergeletak bangku merah rebah menghadang.
"Di sini pun ada."
Di lantai tempat kerumunan berada, bangku merah misterius muncul di lorong tengah. Posisinya rebah, muncul secara tiba-tiba tanpa tanda maupun persepsi sebelumnya.
"Peristiwa gaib sudah mulai mengerosi area ini?" Wajah Li Jian berubah samar.
"Gedung ini dihuni hantu, dan ini bukan hantu sembarangan." Yang Jian memicingkan matanya, baru menyadari bahaya.
Kekuatan gaib yang bisa membuat tiga komandan tim tidak bereaksi pasti bukan hal sepele.
"Bukan sial seperti ini kan, Kota Dadong seluas ini, di sini ada gedung ratusan lantai, kenapa peristiwa supranatural muncul di sini? Kebetulan?" Tong Qian melihat ke kiri-kanan dengan ekspresi curiga.
Wang Chaling berkata perlahan: "Mungkin hantu itu diusir ke sini oleh [seseorang] setelah meninggalkan rumah kuno."
"Efek memancing hantu mirip lilin hantu putih?" Li Jun langsung menyahut.
"Mungkin strategi yang lebih kuat." Wang Chaling menambahkan.
Yang Jian menyergah: "Kau tahu apa."
"Belum tentu, sekarang masih belum berani memastikan." Wang Chaling menggelengkan kepala.
"Lupakan dulu diskusi ini, tangani dulu peristiwa supranatural di depan mata." Li Jun bergegas menuju bangku kayu merah di pintu.
Yang Jian dan Wang Chaling memandangi tanpa bersuara.
Mereka semua paham, ini adalah ujian awal Li Jun.
Begitulah karakter peristiwa gaib - perlu ada yang mengambil risiko lebih dulu sebelum tindakan lanjutan.
Kalau langsung bergerak bersama, bisa-bisa seluruh tim kena serangan gaib sekaligus, menimbulkan kerugian tak perlu.
Bangku panjang kayu berwarna merah darah itu menyala samar di bawah lampu redup, memancarkan cahaya kemerahan yang kontras.
Setelah Li Jun mendekat, tidak terjadi apa-apa. Tidak ada bahaya yang muncul.
Ia mengerutkan kening, lalu menendang bangku merah itu hingga terlempar.
Tendangan keras itu melayangkan bangku merah hingga mendarat di koridor jauh, diam tak bergerak.
"Tidak ditemukan hantu, juga tidak ada serangan. Aneh." Lapor Li Jun.
"Itu karena kau belum memicu aturan membunuh hantu. Perhatikan sekelilingmu baik-baik," kata Yang Jian.
Pada saat itu, Li Jun menyadari di sudut-sudut tak mencolok sekitar, bangku kayu merah semakin bertambah banyak.
Tanpa disadari, tanpa tanda peringatan.
Bangku panjang merah itu tetap terlihat sangat ganjil di tempatnya diletakkan.
Mata hantu Yang Jian kini terbuka lebar, wilayah hantu menyebar, mengintai keanehan di sekitarnya. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya tersembunyi di balik bangku-bangku panjang merah ini.
Satu lapis wilayah hantu, dua lapis, tiga, empat... Langsung ia mengaktifkan empat lapis wilayah hantu sekaligus.
Namun di bawah empat lapis wilayah hantu, tak ada perubahan di sekitar. Bangku panjang merah tetap sama.
Lima lapis wilayah hantu.
Tanpa ragu, wilayah hantu lima lapis diaktifkan. Tingkatan ini sudah bisa mengusir hantu gentayangan yang tidak terlalu mengerikan.
Tapi tetap tak ada perubahan.
"Mungkin bangku ini bukan hantu... melainkan perantara," tebakan kasar langsung muncul di benak Yang Jian.
