Dengan mencuri memori sisa seorang mayat, Yang Jian secara garis besar memahami kengerian bangku kayu merah di gedung ini.
Saat ini dengan sengaja ia duduk di bangku kayu merah, menggunakan perantara tertentu untuk mendekati hantu di bangku tersebut.
Sebenarnya hantu di bangku merah itu tidak nyata, setidaknya tak terlihat oleh orang biasa. Mata hantu Yang Jian pun tak bisa melihatnya. Ini adalah entitas mengerikan yang tak bisa dimanifestasikan di dunia nyata, hanya bisa dihubungkan melalui bangku merah ini.
Tapi saat hantu itu muncul,
Yang Jian langsung menyadari bahaya situasi ini.
Bagian bawah tubuhnya langsung mati rasa, terkunci seperti kayu di bangku, tak bisa melepaskan diri bahkan bergerak sekalipun.
Pengendalian ini tidak hanya menarget tubuh manusia, bahkan bayangan hantu dalam tubuhnya pun terkena efek yang sama.
Bayangan hantu pun tak bisa bergerak.
"Rasanya seperti tertusuk paku peti mati. Bedanya, paku peti mati akan mengendalikan hantu secara total, sedangkan ini hanya mengunci separuh tubuhku." Yang Jian yang masih duduk di bangku merah itu tak bisa menahan napas dalam-dalam.
Meski tubuhnya terkunci, bagian atas tubuhnya masih bisa bergerak.
Situasi belum terlalu buruk.
Tapi saat ini bukan waktunya untuk mengganjal di hati hal seperti ini.
Melainkan hantu di bangku kayu itu sedang duduk di sebelah Yang Jian.
Siluet hantu gentayangan yang mengerikan itu hampir bersandar di samping Yang Jian, seluruh tubuhnya dingin dan menyeramkan yang mengerikan, tanpa sedikit pun kehangatan orang hidup, pakaian tua yang dikenakannya memberikan kesan aroma retro. Tapi jika pakaian seperti ini dikenakan pada manusia mungkin masih wajar, namun ketika dikenakan pada hantu justru terlihat sangat ganjil.
Yang paling tak terduga adalah kaki hantu itu terlipat, tidak menyentuh lantai, seakan menyatu dengan bangku kayu merbau itu, kurus kaku.
Yang Jian mengamati hantu mengerikan ini dari jarak dekat.
Hantu itu duduk diam di bangku kayu merah bagai mayat yang telah diletakkan di sini sejak lama, tanpa gerakan, bagai bangunan tak berpenghuni.
Tapi kebekuan ini tidak bertahan lama.
Mungkin orang yang duduk di bangku merah ini telah menarik perhatian hantu, atau memicu aturan membunuh hantu.
Hantu di bangku kayu itu mulai bergerak saat ini.
Hantu itu perlahan berbalik badan menatap Yang Jian.
Wajah seperti apa gerangan itu?
Buram, seakan tertutup lapisan bayang-bayang, satu-satunya yang terlihat adalah sepasang mata yang hanya menyisakan lekuk hitam, fitur wajah yang samar dan kontur mata hitam itu baru pertama kali dilihat saja sudah membuat bulu kuduk berdiri, hati berdesir ngeri.
Menghadapi situasi ini, naluriah sebagai manusia ingin melawan sambil bangkit ketakutan dan kabur.
Tapi tidak bisa dilakukan.
“Sekalipun hantu sudah mengawasimu, duduk bersamamu di bangku kayu yang sama pun kau tak bisa melepaskan diri dan pergi.”
Bagian bawah tubuh Yang Jian masih kehilangan sensasi, bahkan bangkit berdiri saja tak mampu, apalagi menyelamatkan diri dan kabur.
“Hantu ini akan menyerangku.”
Tiba-tiba.
Sebuah peringatan naluriah, merasakan datangnya bahaya mengerikan yang menyeramkan.
Bahkan Yang Jian yang sekarang pun bisa merasakan gemetar ketakutan saat diawasi hantu gentayangan.
Firasat ini benar adanya.
Duduk di bangku kayu merah, dengan wajah buram dan mata kosong, hantu gentayangan mengerikan itu menatap Yang Jian selama beberapa detik sebelum kembali bergerak.
Tangan kering hantu yang menekan bangku kayu perlahan terangkat.
“Bertindak.”
Namun pada saat itu, gerakan Yang Jian lebih cepat. Tombak emas retak yang erat digenggamnya di tangan dengan cepat menusuk ke depan, di ujung tombak tertanam sebuah paku peti mati.
Dia berniat menggunakan paku peti mati ini untuk memakukan mati hantu di hadapannya.
Hanya dengan satu tusukan, peristiwa supranatural ini akan terselesaikan tuntas.
“Braak!”
Tapi sesaat kemudian.
Dentuman keras terdengar.
Paku peti mati Yang Jian menembus tubuh hantu gentayangan di bangku kayu, langsung tertancap di dinding lorong sebelah.
Ubin dinding pecah, meninggalkan retakan.
Tapi hantu itu masih duduk di sana.
Paku peti mati gagal mengenainya, seolah menembus udara kosong, sehingga upaya penekanan mendadak ini berakhir dengan kegagalan.
Kemudian.
"Yang Jian merasakan punggung tangannya seolah tersentuh Hantu dari bangku kayu itu, hanya menyadari aura dingin yang menyeramkan mulai mengikis masuk ke dalam kulitnya."
"Sebelum sempat menyadari apa yang terjadi, bangku kayu merah di bawah pantatnya tiba-tiba berderak dan patah."
"Bangku kayu merah yang ganjil itu seperti rusak akibat diduduki, langsung pecah berkeping-keping menjadi tumpukan kayu usang di lantai."
"Plooong!"
"Perubahan mendadak ini membuat Yang Jian langsung terjatuh ke lantai."
"Bersamaan dengan itu, fungsi pengendalian dari bangku kayu merah itu gagal berfungsi."
"Bagian bawah tubuh Yang Jian kembali pulih sensasinya dan mulai bergerak lagi."
""Apa yang terjadi, apakah berhasil?" Feng Quan yang berjaga di mulut lorong segera bertanya melihat kejadian ini."
"Wajah Yang Jian muram. Dia berdiri sambil melihat bangku yang remuk di lantai dengan penuh tanya, lalu berkata: ""Tidak paham. Setelah aku duduk di bangku ini, Hantu muncul dan menyerangku. Aku mencoba mengendalikannya tapi gagal. Yang tak kumengerti, kenapa bangku merah ini tiba-tiba hancur?"""
""Sepertinya setelah Hantu menyerangku, bangku ini ikut rusak bersamaan.""
""Yang Jian, hidungmu..." Feng Quan tiba-tiba berseru."
"Hidung?"
"Yang Jian mengusap hidungnya. Darah pekat mengalir dari lubang hidungnya, cairan ini sudah tak segar lagi dan terasa mulai membeku, mirip darah yang keluar dari mayat."
"Ekspresinya berubah samar."
"Dia melipat lengan bajunya."
Yang Jian melihat bercak mayat di lengannya, serta memar dengan warna kebiruan yang ganjil. Tangannya mengusap dada, merasakan jantung yang dingin membeku—detak jantungnya telah lama berhenti.
"Dari tampaknya aku sudah mati, kehilangan tanda vital. Mungkin dibunuh hantu tadi."
Feng Quan tertegun sejenak, lalu berkata: "Apa hantu itu bisa menghapus nyawa orang hidup? Karena kita Pengendali Hantu adalah makhluk khusus, jadi tidak terbunuh."
"Mungkin. Kontak tadi terlalu singkat, informasi yang kudapat sangat terbatas." Kata Yang Jian sembari memeriksa tubuhnya sendiri.
Dari saat duduk hingga bangku merah itu remuk berantakan di lantai, seluruh prosesnya bahkan tidak sampai semenit.
Tapi dalam semenit itu, tubuh Yang Jian seolah sudah mati selama sepuluh hari.
Semua ciri-ciri kehidupan manusia telah lenyap.
Andaikan Yang Jian bukan makhluk luar biasa, pasti sudah tewas dibunuh hantu dari bangku kayu itu.
"Tapi untuk membunuhku, hantu itu tampaknya juga membayar harga. Bangku kayu yang remuk ini mungkin hasil benturan kekuatan gaib, karena untuk membunuhku harus melawan hantu dalam tubuhku. Bagaimanapun, hantu di bangku ini tampaknya lebih ganas."
Nyawa Yang Jian tidak cukup kuat untuk menahan serangan hantu itu.
Meski tubuhnya mati, kesadarannya tidak terhapus sehingga dampaknya tidak terlalu besar.
"Ikut aku."
Tanpa banyak bicara, Yang Jian segera meninggalkan lorong itu menuju area kantor di luar.
Saat ini.
“Puluhan karyawan di lantai ini duduk di meja kerja masing-masing, tidak berani bergerak sembarangan maupun berjalan-jalan, suasana terkontrol dengan baik.”
Yang Jian melirik sekeliling.
Akhirnya tatapannya tertahan di pintu.
Di balik pintu kaca di pintu.
Sebuah bangku kayu panjang merah yang ganjil masih terletak di sana tanpa bergerak.
Dalam lingkungan yang redup, cat merah di atasnya terlihat sangat mencolok seperti memancarkan cahaya merah samar.
“Ternyata, Hantu masih ada, bangku kayu merah hanyalah perantara. Hantu sejati adalah sumbernya. Jika sumbernya tidak dibatasi, perantara yang dibuat oleh kekuatan gaib ini akan selalu eksis, tak bisa dihilangkan.”
“Saat ini belum diketahui seberapa luas area kemunculan bangku kayu merah ini. Jika hanya di dalam gedung ini masih lebih mudah diatasi, tapi jika sudah menyebar ke luar, situasinya akan menjadi rumit.”
“Jadi tetap harus mencari cara agar saya bisa menyentuh hantu sejati itu.”
Yang Jian merenung.
Ini adalah peristiwa supranatural yang sangat unik.
Hantu muncul melalui bangku kayu merah, artinya manusia dan hantu membutuhkan bangku kayu merah sebagai perantara untuk tersambung.
Barang lain yang tidak kontak dengan perantara tidak bisa berinteraksi dengan hantu.
Situasi ini mengingatkan Yang Jian pada peristiwa Hantu Mimpi yang pernah dihadapinya di kampung halaman.
Hantu dalam mimpi menginvasi dunia nyata melalui media hujan.
Karenanya hantu dalam mimpi bisa membunuh orang yang basah kuyup, kebetulan orang yang mimpi buruk akan berkeringat dingin, sehingga sesuai dengan aturan perantara.
Maka muncul fenomena orang mati dalam mimpi buruk.
“Baik itu paku peti mati maupun golok kayu bakar, tidak bisa memanfaatkan bangku kayu merah sebagai perantara untuk menghubungi hantu sumbernya.” Yang Jian akhirnya paham mengapa barang-barang gaibnya tidak berguna dalam kasus ini.
“Satu-satunya cara untuk menghubungi hantu di bangku itu adalah manusia... atau mungkin hantu lain.”
“Tampaknya peristiwa gaib ini tidak mudah diselesaikan.”
Setelah merenung lebih dalam, Yang Jian mulai merasakan betapa rumitnya situasi ini.
Karena ketika Pengendali Hantu memicu perantara, mereka tidak akan sanggup bertahan dari serangan hantu. Jika tidak bisa bertahan, duduk di bangku merah sama saja dengan mencari mati.
Yang Jian sudah mencobanya sendiri - tingkat keganasan hantu ini sangat tinggi.
“Apa masalah ini sangat merepotkan?”
Feng Quan melirik bangku kayu merah di kejauhan, bertanya dengan suara berat: “Bagaimana kalau kita tunda dulu? Meski ada bahaya, selama tidak diduduki sepertinya tidak akan terjadi apa-apa.”
“Hantu ini terselubung sangat dalam dan sangat berbahaya. Memang rumit. Mari buat arsip dulu dengan kode nama: Bangku Merah.” Mata Yang Jian berkedip, di otaknya mulai terbentuk skema khusus yang mungkin bisa diterapkan.
“Baik.” Feng Quan mengangguk setuju.
Tepat saat itu, manajer lantai perusahaan tersebut datang dengan hati-hati: “Kakak-kakak, jam kerja perusahaan kami sudah habis. Jika tidak ada urusan mendesak, bolehkah staf kami pulang dulu?”
Yang Jian memeriksa jam.
Memang sudah larut.
Ia menatap sang manajer.
"Sang supervisor kaget, buru-buru mengubah ucapan: "Tentu saja, saya juga sangat kooperatif dengan kalian berdua. Jika perlu lembur, kami juga sangat bersedia."
"Pulanglah besok pagi, malam ini kalian sebaiknya tetap di sini." Yang Jian berkata dengan nada dingin: "Aku hanya mengulang sekali. Nanti kalau mati jangan salahkan aku."
Bukan tidak mengizinkan mereka pergi, tapi banyak peristiwa akan terjadi malam ini.
Lagipula kekuatan gaib sudah meretas gedung ini.
Sekumpulan orang biasa ingin pulang kerja normal?
Yang Jian setuju, tapi hantu di sini pasti tidak setuju.
"Dan sebaiknya kalian menjauhi bangku kayu merah itu. Soal mayat, besok pasti ada yang menanganinya." Setelah berkata demikian, Yang Jian berbalik pergi.
Supervisor yang menyaksikan adegan ini tertegun.
Ini seperti prosedur kepolisian?
Kok tidak melakukan apapun, tindakannya aneh, ucapannya juga misterius.
Penuh tanda tanya dan kebingungan.
Tapi dia tak berani bertanya lebih lanjut, mengingat mereka berdua membawa senjata dan dokumen resmi.
