Sinar matahari cerah menerobos masuk ke dalam ruangan melalui jendela kaca besar dari lantai ke langit-langit.
Ini lagi-lagi hari yang indah dan tenang.
Di atas ranjang luas yang nyaman, Zhang Liqin perlahan terbangun. Dia meregangkan badan, meski mengenakan piyama longgar namun lekuk tubuh matangnya tetap terlihat jelas, penuh daya tarik yang naluriah.
Tapi tatapannya tiba-tiba menyapu sekeliling.
Kamar ternyata kosong melompong.
Yang Jian tidak ada di sini.
Sebenarnya, sejak dia tertidur semalam, pria itu sudah pergi.
"Ketertarikan Yang Jian padaku semakin berkurang," gumam Zhang Liqin dalam kesunyian, merasakan kegelisahan tak berbentuk di hatinya.
Ini artinya jika terus begini, dia akan menjadi keberadaan yang tak penting, bisa diganti kapan saja.
Pikirannya melayang pada Jiang Yan.
Jiang Yan rupanya juga menyadari hal ini, sehingga mengubah strategi dengan menemani ibu Yang Jian di kampung halamannya. Mungkin dengan pemikiran: jika tak bisa menjadi kekasihnya, setidaknya bisa menjadi bagian dari keluarganya.
Matanya menatap buku catatan tebal di ujung ranjang.
“Zhang Liqin memahami masa lalu dan berbagai pengalaman Yang Jian.”
Dia tahu, Yang Jian yang telah mencapai tahap ini telah membuang perasaan, nafsu, bahkan nyawa, menjadi sejenis makhluk luar biasa yang sungguh tak bisa dipahami.
Cinta, sudah tidak ada lagi di hati orang seperti mereka.
Namun dirinya sendiri, justru jatuh cinta pada seseorang yang seharusnya tidak dicintai.
Jika suatu hari Yang Jian memecatnya, Zhang Liqin tidak tahu bagaimana harus bertahan hidup di dunia yang dipenuhi hal gaib ini. Mungkin setiap hari akan paranoid, akhirnya gila, atau mungkin tidak sanggup menanggung Tekanan bertahan hidup yang besar ini sehingga mengakhiri nyawanya lebih awal.
Karena, dia terlalu banyak tahu.
Semakin memahami urusan lingkaran gaib, semakin besar ketakutan di hati Zhang Liqin. Semakin takut, semakin dia paham makna eksistensi Yang Jian.
Memandangi dunia yang diterangi sinar matahari cerah di luar, duduk di ranjang, seluruh tubuhnya sama sekali tidak merasakan kehangatan, malah ada hawa dingin yang tak terucapkan yang membuatnya gemetar.
Ini adalah penyakit psikologis, bukan karena suhu yang benar-benar dingin.
Selama Yang Jian tidak ada, Zhang Liqin selalu seperti ini.
Menghela napas, dia kembali bangkit. Bangun tidur, mandi dan merias diri, memulai pekerjaan hari baru.
Hari ini juga harus pergi bekerja di perusahaan.
"Jika bisa terus mempertahankan kehidupan seperti ini juga cukup baik," pikir Zhang Liqin.
Hari ini dia mengenakan setelan rok pendek profesional dengan sepatu hak tinggi hitam, terlihat matang dan seksi.
Kehidupan mewah yang dibawa Yang Jian padanya, mampu menopangnya merias diri hampir setiap hari tanpa pengulangan, bebas mengubah gaya berpakaian yang berbeda, dan dia juga sangat memperhatikan pengelolaan tubuhnya agar pantas mendapatkan semua ini.
“Apa yang dia lakukan di sana?”
Tepat saat Zhang Liqin baru saja mengambil kunci mobil dan bersiap berangkat kerja, dia tiba-tiba menyadari Yang Jian belum meninggalkan kompleks perumahan, melainkan berdiri tegak di tepi sungai tak jauh dengan posisi menunduk seolah mengamati sesuatu.
Tidak banyak berpikir.
Dia langsung berjalan menghampiri.
Namun sebelum sempat sampai, sebuah mobil berhenti di sebelahnya. Turun seorang lelaki yang juga berdiri di tepi sungai sambil menunduk seperti Yang Jian.
Orang itu dikenalnya, Li Yang - salah satu pemegang saham perusahaan dan anggota tim Yang Jian.
Saat dia hampir sampai, orang ketiga tiba dengan mobil dari arah kompleks perumahan.
Yang turun adalah wanita berambut hitam lebat. Tubuhnya yang anggun dan kecantikannya yang sempurna tanpa cacat membuat sesama wanita pun iri.
Zhang Liqin juga mengenalnya - namanya Huang Ziya.
"Ada masalah?" Kecemasan tiba-tiba menggelayuti hatinya.
Dua anggota tim Yang Jian berkumpul, pasti menyangkut peristiwa supranatural. Hal seperti ini bukan urusan orang biasa sepertinya.
Zhang Liqin ingin berbalik pergi, berpura-pura tak tahu dan melanjutkan pekerjaan di perusahaan.
Tapi mengingat sudah sampai di sini, tidak menyapa akan terlihat tidak sopan - apalagi Yang Jian juga ada.
“Bos Yang, kalian sedang melihat apa?” Zhang Liqin mendekati tepi sungai. Dia berdiri di belakang Yang Jian, lalu dengan hati-hati mengulurkan kepalanya untuk melihat air sungai.
Air sungai yang jernih beriak-riak, terlihat agak transparan di bawah terpaan sinar matahari.
Pemandangan sungainya sangat indah.
Inilah asal usul nama Kompleks Perumahan Guanjiang.
Tapi semakin lama Zhang Liqin memandang, semakin ia merasa ada yang tidak beres.
Gelembung mulai bermunculan dari dasar sungai yang airnya berangsur keruh. Tiba-tiba, wajah mayat yang pucat terendam air, membengkak, dan berubah bentuk muncul ke permukaan. Rambut hitam seperti rumput liar terurai acak di air, menyerupai gumpalan ganggang air. Yang paling ganjil, benda ini hanya memiliki wajah tanpa badan, tangan, maupun kaki.
Kulit wajahnya tersambung ke kulit kepala, seolah-olah baru dikupas hidup-hidup dari tengkorak manusia.
“Ah!”
Zhang Liqin kaget, refleks mundur selangkah. Hak sepatunya yang tinggi membuatnya kehilangan keseimbangan, hampir terjatuh.
Sebuah telapak tangan dingin namun kuat menyangga tubuhnya, menstabilkan posisinya.
Wajah Yang Jian tetap datar dengan aura dingin yang mengintip. “Bagaimana menurut kalian tentang situasi ini?”
Wajah mayat yang mengapung itu perlahan tenggelam kembali. Namun di bagian lain sungai, gelembung-gelembung baru bermunculan disertai air yang semakin keruh. Sesuatu yang lain mulai mencuat.
Tampak separuh kaki mayat dengan bagian putus yang compang-camping, seolah sudah membusuk lama sebelum dicabik paksa.
“Bukan peristiwa supranatural di dalam Kota Dachang. Dari penampilannya, peristiwa supranatural terjadi di tempat lain lalu memengaruhi sini. Kalau ini peristiwa supranatural lokal, kami pasti sudah menerima laporan rangkaian kematian terkait.” Li Yang mengerutkan kening.
Kemudian, ia mengikuti aliran sungai ini ke arah utara.
“Seharusnya masalah berasal dari hulu.”
Huang Ziya berkata: “Kemarin saya melihat arip peristiwa supranatural level A. Yang dicurigai adalah peristiwa supranatural berkode Danau Hantu. Kasus ini belum ditangani, dan menurut saya sekarang sudah tak terkendali sehingga dampaknya sampai ke sini.”
“Danau Hantu? Jarak sejauh itu bisa memengaruhi sini?” Li Yang tertegun, dalam hatinya menghitung jarak antara lokasi supranatural dengan tempat ini.
Tepat ratusan kilometer jauhnya.
“Bukan benar-benar pengaruh, lebih tepat disebut polusi supranatural. Bagi kita Pengendali Hantu tidak masalah, tapi bagi orang biasa mungkin berakibat fatal.” Yang Jian berjongkok, meletakkan tangan ke air sungai.
Entah ilusi atau bukan, air sungai di bawah terik matahari terasa dingin dan menyeramkan.
“Laporkan ke Liu Xiaoyu, suruh dia mulai bekerja. Blokir semua perairan di wilayah Kota Dachang.”
Li Yang mengangguk, tapi kemudian menambahkan: “Pemblokiran bukan masalah besar, tapi ini berarti seluruh Kota Dachang akan kekurangan air. Pasokan air hidup juga akan terpengaruh.”
“Urusan kehidupan sehari-hari bukan wilayah kita. Biarkan yang berwenang pusing. Minimal kita tunggu beberapa hari lihat perkembangannya. Jika situasi semakin parah, markas besar tidak akan membiarkan.” Kata Yang Jian.
Li Yang mengangguk.
Yang Jian melanjutkan: “Jangan biarkan orang berkeliaran di tepi sungai, nanti malah ada korban jiwa lagi.”
Huang Ziya berkata: "Kami mungkin bisa menangani peristiwa Danau Hantu."
Li Yang menggelengkan kepala dengan getir setelah mendengarnya: "Tidak bisa, mustahil."
"Kenapa? Tim kita punya kesempatan besar jika bergerak bersama." kata Huang Ziya.
Li Yang menjawab dengan nada agak frustasi: "Karena kami terjebak tugas. Saya dan komandan tim sedang menunggu misi pengiriman surat dari Kantor Pos Hantu. Begitu muncul, kami harus segera kembali ke sana. Jika saya dan komandan pergi, kalian akan kesulitan menangani kasus Danau Hantu sendirian."
"Oh begitu rupanya." Huang Ziya akhirnya mengabaikan rencana itu setelah penjelasan tersebut.
Terlalu banyak peristiwa supranatural. Sekalipun ditangani satu per satu tetap butuh waktu, apalagi setiap kasusnya sangat mengerikan dan berisiko menimbulkan korban jiwa.
"Pulang saja. Pantau terus perkembangannya. Jika dalam beberapa hari keadaan belum membaik, baru akan kuperhitungkan." Yang Jian tak berlama-lama dan segera pergi dari tepi sungai.
"Bos Yang, tunggu saya!" Zhang Liqin buru-buru menyusul.
"Semua masalah ini tiba-tiba bermunculan. Tampaknya peristiwa gaib sudah tak terkendali." Li Yang berdiri di tepi sungai sambil memandang sekeliling. Wajahnya yang sudah muram kini terlihat semakin suram.
Huang Ziya menyahut: "Bukankah ini sudah kita antisipasi?"
"Benar. Hanya saja tak disangka datangnya begitu cepat." Li Yang menggeleng lalu ikut pulang.
"Sopiri mobil ke perusahaan. Kita hampir terlambat kerja." perintah Yang Jian.
Zhang Liqin mengangguk senang, sangat antusias menemani Yang Jian pulang-pergi kerja.
Sementara itu, Yang Jian terus merenungkan berbagai kejadian terkini.
Kutukan lemari hantu, keanehan di sungai, kaburnya Chen Qiaoyang, misi pengiriman surat lantai empat Kantor Pos Hantu...
Setiap peristiwa membuat hati tak tenang.
Apalagi masalah situasi setelah peristiwa supranatural ini mulai tak terkendali.
