Selama dua hari ini, Yang Jian mengatur urusan perusahaan, membuat jadwal tugas untuk Feng Quan dan Tong Qian, serta memperkuat sistem keamanan Kota Dachang.
Kejadian dimana musuh menyerbu sampai ke pintu rumah tidak boleh terulang lagi.
Liu Xiaoyu juga cepat beradaptasi dengan pekerjaannya, semua kembali normal seperti sedia kala.
Selama periode itu.
Yang Jian mendengar Zhang Wei mendirikan departemen baru di perusahaan bernama Departemen Informasi Kota Dachang.
Entah dari mana dia mengumpulkan sekelompok pemuda spiritual, memanjakan mereka dengan makanan enak sambil mengajak mereka keliling Kota Dachang setiap hari. Menurutnya, ini adalah cara mengumpulkan informasi mencurigakan dari seluruh sudut kota dan diam-diam menjaga Kota Dachang.
Tapi dia tidak ikut campur karena ini bukan hal buruk, dan perusahaan tidak keberatan mengeluarkan dana untuk itu.
Hari ini.
Seperti biasa, Yang Jian pulang kerja mengemudi mobil ke rumah.
Di dalam mobil ada Zhang Liqin dan Liu Xiaoyu.
Liu Xiaoyu menopang kepala sambil melamun memandang ke luar jendela, tiba-tiba bertanya: "Yang Jian, kulit Wang Shanshan kenapa bisa seputih dan sehalus itu? Bagaimana caranya ya?"
"Kenapa tiba-tiba nanya soal begituan?" Yang Jian enggan menjawab pertanyaan tak penting ini.
"Aku cuma penasaran saja, iseng bertanya," jawab Liu Xiaoyu.
Yang Jian berpikir sejenak lalu berkata: "Kekuatan gaib telah mempengaruhi tubuhnya, mengubah konstitusi tubuhnya. Tidakkah kau perhatikan suhu tubuh Wang Shanshan sangat dingin? Detak jantungnya sangat lambat? Fungsi fisik seperti ini menurut standar orang biasa sama sekali tidak bisa mempertahankan kebutuhan kelangsungan hidup normal, tapi dia tetap hidup dengan baik."
"Dalam situasi seperti ini, jika kekuatan gaib tidak bermasalah, kondisi Wang Shanshan bisa mempertahankan karakteristik fisiologis yang hampir stagnan."
"Apa maksudnya?" Liu Xiaoyu terus mengejar.
Yang Jian menjawab: "Maksudnya, bahkan setelah sepuluh atau dua puluh tahun, penampilan Wang Shanshan akan tetap seperti ini. Dia tidak akan menua, dan umurnya akan lebih panjang dari orang biasa."
"Seajaib itu?" Zhang Liqin di samping membelalakkan matanya.
Mendengar penjelasan ini, pasti membuat banyak wanita merasa iri.
"Ada pengorbanannya."
Yang Jian melirik: "Begitu kekuatan gaib tak terkendali atau gagal berfungsi, Wang Shanshan akan langsung berubah menjadi mayat. Separuh nyawanya dipertahankan oleh kekuatan gaib, separuhnya lagi oleh tubuhnya sendiri. Keduanya mencapai keseimbangan yang . Titik keseimbangan ini ada di tanganku."
Liu Xiaoyu mengangguk: "Ini saya tahu. Saya pernah membaca dokumen tentang budak hantu. Jika ada masalah padamu, Wang Shanshan pasti akan kehilangan nyawa."
"Kalau begitu, sebenarnya saya juga mau melakukan pengorbanan seperti ini." Zhang Liqin tiba-tiba menyela.
Mempertahankan kemudaan abadi, plus nyawanya tersambung dengan Yang Jian, semua ini merupakan hal baik baginya.
“Bagaimanapun, orang biasa yang terlibat dengan hal gaib tanpa perlindungan juga akan menemui jalan buntu. Bisa terikat hidup-mati dengan Yang Jian, ini merupakan kesempatan emas bagi banyak orang.”
Tiba-tiba.
Di tengah obrolan mereka, Yang Jian tiba-tiba memutar setir dan menghentikan mobil di jalur darurat. Ekspresinya berubah serius seketika.
“Ada apa?” Liu Xiaoyu hampir terjatuh dari kursinya.
Yang Jian membuka pintu mobil dan turun: “Zhang Liqin, kau yang antar Liu Xiaoyu pulang. Ada urusan yang harus kuselesaikan. Mungkin aku akan pergi beberapa hari. Jangan bocorkan kabar ini, bilang saja aku sibuk main game di rumah.”
“Baik, baik.” Zhang Liqin tertegun sejenak, lalu cepat-cepat pindah ke kursi pengemudi.
“Berangkat sekarang juga.” Usai berkata, Yang Jian berjalan tak menoleh sedikitpun menuju gang kecil di sebelah.
Liu Xiaoyu buru-buru berseru: “Kalau ada masalah, ingat untuk hubungi aku!”
Zhang Liqin tidak banyak bicara. Setelah melirik Yang Jian, dia langsung menginjak gas dan pergi.
Dia paham betul karakter Yang Jian. Di saat seperti ini, setiap kata yang terucap atau detik yang terbuang adalah kebodohan. Dan Yang Jian paling jijik pada orang tolol yang tak punya kepekaan.
Maka, Zhang Liqin pergi dengan tegas tanpa ragu sedikitpun.
Mobil baru saja menghilang.
Ponsel Yang Jian berdering. Suara Li Yang terdengar: “Komandan, jalan menuju kantor pos muncul lagi. Apa kita pergi?”
Saat ini Li Yang masih berada di Kompleks Perumahan Guanjiang.
Yang Jian menjawab: “Pergi. Bawa dua lilin hantu.”
Kali ini dia mendapat kiriman persediaan penting dari Shen Liang, termasuk lilin hantu merah. Rencananya, benda itu akan digunakan.
“Baik, kalau begitu Komandan Tim kita bertemu di kantor pos.” Setelah berkata demikian, Li Yang juga mengakhiri panggilan.
Yang Jian meletakkan ponselnya, tatapan dinginnya tertuju tajam ke gang kecil di depannya.
Di mata orang biasa, ini hanyalah gang tak berarti. Namun di matanya, gang ini merupakan jalan kecil berkelok-kelok yang membentang ke kejauhan. Di ujung jalan berdiri bangunan tua dari era Republik, pintu gerbangnya masih tergantung papan nama dengan lampu neon warna-warni berkelap-kelip di sekitarnya.
Suasana mencekam dan ganjil.
Kantor Pos Hantu!
"Datangnya terlalu cepat. Tugas pengiriman surat terakhirku baru saja selesai beberapa hari lalu. Berapa hari istirahat ini? Tugas baru sudah muncul lagi?"
Yang Jian merasa ini tidak wajar. Menurut perkiraannya, tugas dari Kantor Pos Hantu seharusnya baru muncul lagi setelah satu atau dua bulan.
Tapi kali ini hanya berselang sekitar seminggu lebih.
Tentu saja, ada kemungkinan lain - dirinya memang sial, selalu tepat menginjak waktu kritis setiap kali harus naik ke lantai atas untuk tugas pengiriman.
Dengan langkah tegas, Yang Jian memasuki jalan tanpa jalan kembali ini. Telapak tangannya menggenggam udara kosong.
Sebuah tombak retak berwarna keemasan yang terlihat aneh tiba-tiba muncul di genggamannya, seolah-olah berasal dari ketiadaan.
Memegang senjata gaib ini, ditambah statusnya sekarang sebagai makhluk luar biasa, Yang Jian yakin bisa menyelesaikan masalah Kantor Pos Hantu ini hingga tuntas.
Ia terus melangkah maju.
Siluetnya perlahan mulai buram, sementara bangunan-bangunan Kota Dachang di belakangnya pelan-pelan menghilang, seakan ditelan kegelapan di sekeliling.
Bangunan Kantor Pos Hantu di depannya semakin jelas terlihat.
“Cahaya lampu neon itu juga bersinar sangat terang.”
Tanpa sadar, Yang Jian telah meninggalkan Kota Dachang menyusuri jalan kecil gaib ini dan tiba di suatu tempat yang tak dikenal. Tempat ini sungguh tak bisa dipahami, hanya ada satu bangunan yaitu Kantor Pos Hantu. Area lainnya gelap gulita, tak boleh diinjak. Jika memaksa berkeliaran di sana, khawatir akan tersesat.
Pada momen genting ini, secara alami dia tidak akan penasaran menyelidiki tempat lain.
“Komandan tim.”
Saat Yang Jian mendekati pintu, dari kejauhan di belakangnya mulai muncul sosok buram yang perlahan mendekat. Setelah jarak memendek, barulah dikenali bahwa itu adalah Li Yang yang datang.
Jalan menuju kantor pos ini terhubung ke berbagai tempat, tapi inti permasalahannya tetap sama.
“Tenang saja, bahkan rumah kuno Keluarga Wang di Kota Dadong sudah kita lewati, Kantor Pos Hantu ini bukan masalah.” Kata Yang Jian dengan nada datar, mencoba meredakan ketegangan Li Yang.
Terlihat jelas, meski Li Yang sudah banyak berkembang, dia tetap sangat waspada terhadap Kantor Pos Hantu ini.
Mungkin ini terkait hantu yang dia kendalikan. Di dalam kantor pos hantu, dia selalu bisa merasakan keberadaan arwah penasaran.
Li Yang mengangguk, memilih untuk tidak banyak bicara.
Mereka mendorong pintu masuk.
“Batuk-batuk.” Suara batuk berat terdengar menyertai langkah mereka.
“Kalian tidak seharusnya ada di sini.” Suara itu sangat familiar - Sun Rui, penanggung jawab Kota Dahan.
Kode nama: Hantu Sakit.
Ekspresi Yang Jian berubah. Dia baru teringat, Sun Rui masih bertahan di lantai satu Kantor Pos Hantu. Kira-kira waktunya sudah setidaknya setengah bulan.
Bertahan hidup selama dua pekan di tempat ini bukan sekadar soal kemampuan, tetapi juga membutuhkan tekad baja yang luar biasa.
“Saya, Sun Rui.” Yang Jian mendorong pintu masuk, menginjak lantai kayu tua sambil mencium udara lembab dan suram di sekitarnya, kembali ke aula utama lantai satu Kantor Pos Hantu.
Di aula terdapat konter tua. Seorang pria berpenyakit yang terlihat seperti mayat duduk dengan mata terpejam sambil memegang tongkat emas, tubuhnya tegak dan kaku.
Di samping konter, lentera minyak tua berayun lemah, memancarkan cahaya redup kekuningan.
Minyak lentera itu tampak aneh. Saat terbakar, ia mengeluarkan bau busuk yang menetap seperti bau mayat membusuk.
Selain itu, di atas konter terdapat pistol. Namun peluru tampak sudah habis karena pistol tidak terisi.
Mendengar suara Yang Jian, Sun Rui membuka matanya dengan cepat. Matanya terlihat mati rasa, lelah, dan suram dengan urat darah keruh.
“Kapten Yang, kau benar-benar kembali. Saya kira kau sudah mati dalam tugas pengiriman surat.” Sun Rui terlihat heran sekaligus bersukacita saat melihat Yang Jian.
Yang Jian bertanya, “Kenapa kau bertanya begitu?”
“Kantor pos ini diduga sudah lepas kendali. Situasi di sini sangat mengerikan. Kurir surat di lantai atas terus mati.” Sun Rui menjelaskan.
Yang dia maksud ‘lantai atas’ adalah kurir surat di lantai tiga dan empat.
Sejak Yang Jian masuk ke Kantor Pos Hantu, semua kurir lantai satu dan dua sudah mati. Beberapa kurir lantai tiga yang tidak terlibat dalam tugas pengiriman surat ke Unit 301 masih bertahan.
