"Komandan, bagaimana situasi di luar?"
Begitu kembali ke kamar,
Li Yang langsung bertanya tak sabar. Meski mendengar suara dari luar, informasi yang didapatnya tetap terbatas.
"Mulai ada jejak hantu gentayangan di luar rumah kuno. Aku berkeliling lalu mengunci pintu. Hanya itu." Jawab Yang Jian singkat.
"Ada yang mati tadi?"
Yang Xiaohua di samping menengadah, matanya yang penuh darah memancarkan kecemasan.
Yang Jian meliriknya: "Aku menghabisi seorang Pengendali Hantu yang tak patuh. Mereka ingin bersekutu untuk memaksaku menggunakan paku peti mati, demi melemahkanku. Tak ada yang ingin aku memegang benda gaib ini."
"Benar. Informasi tentang paku peti mati bocor terakhir kali. Banyak yang tahu. Kalau bukan karena kita sudah membasmi sekelompok orang sebelumnya, mungkin sudah banyak Pengendali Hantu yang mengincar Kota Dachang." Kata Li Yang.
Di lingkaran gaib, semua tahu Yang Jian memiliki paku peti mati yang bisa mengunci arwah gentayangan.
“Tak peduli siapa, asalkan mendapatkan paku peti mati, akan memiliki investor untuk melawan hantu gentayangan mana pun.”
“Kalau bukan karena barang ini berada di tangan Yang Jian, mungkin tak ada yang berani memutar ide, kalau tidak pasti sudah timbul kekacauan sejak dini.”
“Hari ini mungkin tidak ada situasi mengerikan yang terjadi, tapi aku punya firasat buruk, semakin lama kita berada di sini, rumah kuno ini akan semakin berbahaya,” kata Yang Jian.
“Beristirahatlah yang baik, pulihkan spiritual dan fisikmu, kira-kira beberapa hari ke depan tidak akan ada kesempatan untuk tidur.”
Setelah bicara, dia juga mencari tempat dan menutup mata.
Yang Jian tidak tidur, tetap berjaga-jaga terhadap gerakan di luar rumah, menyimak setiap aktivitas di sekitarnya.
Tak lama kemudian.
Anggota lain di lobi bubar, masing-masing bersembunyi di berbagai bagian rumah kuno.
Semua ini kembali tenang.
Di luar rumah kuno juga tidak ada lagi suara tepukan di pintu yang terdesak, sepertinya setelah pintu terkunci semuanya menjadi lebih baik.
Seiring berjalannya waktu sedikit demi sedikit.
Kira-kira sampai pukul tiga pagi.
Di luar rumah kuno baru ada beberapa gerakan terdengar, itu adalah suara angin malam dan gemerisik hutan bergoyang.
Angin perlahan semakin kencang.
Di dalam rumah kuno, di mana-mana terdengar suara angin menerpa celah bangunan, suara ini sangat ganjil, seperti seseorang menangis, dan berasal dari segala penjuru, sama sekali tidak bisa dibedakan dari arah mana suara itu sebenarnya berasal.
Desisan angin huu huu, tanpa sadar tiba-tiba berubah menjadi tangisan ganjil.
Perubahan ini terjadi secara bertahap, sehingga awalnya orang tidak bereaksi, tanpa sadar sudah menerima perubahan yang tak bisa dipahami ini.
“Seluruh bangunan kuno ini menangis?”
Saat ini, Yang Jian tiba-tiba membuka matanya. Sekarang dia yakin, di luar sedang berangin, tapi di dalam rumah kuno terdengar tangisan. Suara ini agak mirip dengan yang dihasilkan wajah hantu Tong Qian, hanya saja tangisan di dalam rumah kuno ini terdengar berulang-ulang. Bukan hanya satu tangisan, melainkan beberapa, bahkan belasan suara tangisan orang yang bercampur menjadi satu.
“Persis seperti hari tangisan dalam upacara pemakaman...”
Entah mengapa.
Situasi seperti ini membuat Yang Jian teringat pada adegan pengurusan jenazah.
Pada hari pertama setelah kematian, keluarga jenazah perlu mengadakan hari tangisan untuk mengekspresikan kesedihan mereka.
Saat ini, mayat orang tua di dalam rumah kuno baru saja mati belum lama, di malam pertama ini sudah muncul tangisan ganjil seperti ini, bukankah ini identik dengan hari tangisan?
"Tujuh hari……hari ketujuh berkabung, hari pertama mayat belum diurus jenazah, suara ketukan pintu di malam hari, hari tangisan."
Yang Jian duduk diam tak tenang, bola matanya berkelip lemah, di benaknya merangkai semua informasi ini bersama-sama, berusaha membuat dugaan tentang apa yang terjadi.
Dia sekarang berpikir bahwa kejadian di rumah kuno ini saling terkait.
Semua ini beroperasi sesuai dengan segala persiapan yang telah dipersiapkan sebelumnya, bukan tanpa jejak yang bisa dilacak. Jika bisa menilai perubahan berikutnya di rumah kuno lebih cepat, mungkin bisa mengurangi bahaya mengerikan yang besar.
“Jika semua ini dilakukan sesuai langkah-langkah pemakaman, hal paling penting di hari pertama adalah mengurus jenazah, memindahkan mayat orang tua itu ke dalam peti mati. Jika tidak melakukan apa-apa, di dalam peti mati tidak ada mayat, proses pengurusan jenazah belum selesai, lalu seluruh bangunan tua ini akan menangisi siapa?”
Yang Jian memikirkan ini, di hatinya tiba-tiba merasa panik. Perasaan krisis yang kuat menyelimutinya.
Karena saat ini mayat orang tua itu masih tergeletak di lobi tanpa penanganan. Tak seorang pun berani mendekat. Jika terus dibiarkan seperti ini, pasti prosesi pemakaman hari ini akan gagal. Semua orang harus menanggung konsekuensi kegagalan tersebut.
Dia kembali melihat waktu.
Sudah mendekati tengah malam pukul empat.
Awalnya suara aneh di rumah kuno hanya berupa desisan angin huu huu. Setelah berubah menjadi tangisan, suara itu terus berlangsung beberapa waktu. Kini muncul perubahan baru.
Tangisan-tangisan itu mulai berpindah posisi...
Suara tangisan ganjil yang familiar awalnya berada di halaman depan rumah kuno. Setelah mengunci posisi suara itu, Yang Jian menyadari sumber suara tersebut bergerak menuju area lubang langit.
Ada pula suara yang awalnya berasal dari atap, kini seolah jatuh ke bawah dan menangis di tengah lobi.
Suara itu semakin dekat, seakan berasal dari kamar sebelah.
Bahkan yang membuat bulu kuduk berdiri, sebuah tangisan tiba-tiba muncul di depan pintu rumah.
Seolah benar-benar ada seseorang berdiri di luar pintu sambil menangis.
Tapi setelah mendengarkan dengan serius, tangisan itu ternyata lebih mirip desisan angin dingin yang berhembus. Semua terasa tidak terlalu menyeramkan lagi.
Syukurlah.
Tangisan jenis ini tidak mematikan, berbeda dengan tangisan Hantu berkepala dua milik Tong Qian. Orang-orang di dalam ruangan masih aman untuk sementara.
Tapi keriuhan di luar ruangan membuat semua orang terjaga. Mata mereka membelalak penuh kewaspadaan, jantung berdebar-debar mengamati situasi di luar.
"Meski terhalang pintu dan tembok, mereka tak bisa melihat situasi di luar."
"Tapi tangisan yang begitu dekat ini memaksa orang untuk tetap waspada."
"Jika menilai dari fenomena supernatural, semua ini menunjukkan tanda-tanda perlahan tak terkendali. Kesimpulanku sebelumnya mungkin benar, prosesi pemakaman wajib diselesaikan."
Setelah menyadari hal ini, Yang Jian memantapkan hatinya.
Dia berdiri kembali.
Orang lain kembali menatapnya dengan raut wajah yang agak heran.
"Keluar sekarang sangat berbahaya," kata Lao Ying dengan suara berat. "Di luar penuh tangisan ganjil. Aku sarankanmu menunggu sampai tangisan mereda dulu."
Yang Jian tidak menjawabnya, hanya melirik ke arah Li Yang.
Masih mengikuti tata krama lama.
Jika dia tidak ada, Li Yang bertanggung jawab menjaga pintu, memastikan ada tempat aman untuk berlindung di dalam rumah kuno sekaligus memungkinkan penarikan diri kapan saja.
Li Yang tanpa bicara mengangguk.
Langsung saja Yang Jian mendorong pintu keluar.
Begitu pintu terbuka, tangisan di luar terhenti tiba-tiba, berubah menjadi desau angin yang tersebar bergema. Di luar sama sekali tidak ada hantu gentayangan atau benda aneh lainnya. Seolah tangisan dalam rumah kuno hanyalah halusinasi akibat tekanan berlebihan, membuat orang paranoid, padahal hanya suara angin biasa.
Yang Jian cepat-cepat menuju lobi.
Tangisan di lobi juga menghilang seketika, seolah kehadiran Yang Jian mengganggu tangisan di sekitarnya. Semua kembali normal.
Tapi perubahan hanya terjadi di sekitar Yang Jian. Di sudut-sudut lain dan kedalaman rumah kuno, tangisan masih bergema.
"Mayatnya masih ada."
Yang Jian menatap mayat orang tua di kursi kayu beratap hitam itu, di hatinya justru tidak terlalu panik. Kekhawatiran terbesarnya sebelumnya adalah mayat itu akan hilang secara misterius.
Dia segera berjalan mendekat.
Dia sampai di sebelah mayat ini.
Mayat orang tua yang kurus dan dingin itu duduk tegak di kursi, memejamkan mata, kaku sekali. Kulit keriputnya dipenuhi bercak mayat, dan jumlahnya lebih banyak dari sebelumnya.
Mayat itu seolah-olah sedang membusuk.
Yang Jian ingin menggunakan paku peti mati untuk memakukan mayat ini dulu. Tapi setelah dipikir, dia mengurungkan niat.
Mayat ini mungkin merupakan kunci untuk mempertahankan keseimbangan rumah kuno ini.
Jika paku peti mati memakukan mayat ini, begitu mayat kehilangan semua kekuatan gaibnya, keseimbangan di dalam rumah kuno mungkin akan hancur.
Dalam menghadapi peristiwa supranatural, selama situasi belum memburuk, jangan lakukan gerakan yang tak perlu.
Yang Jian pernah mengalami insiden dimana tindakannya malah memperburuk keadaan, dia punya pengalaman di bidang ini.
Karena itu sekarang dia bahkan tidak menggunakan tangan hantu, langsung mengulurkan tangan dan menggenggam lengan mayat ini, mencoba mengangkatnya.
Dengan kekuatan Yang Jian sekarang, bukan cuma satu mayat, sepuluh mayat pun bisa dia angkat dengan mudah.
Tapi mayat orang tua ini tetap tak bergerak di kursinya, beratnya tidak wajar.
"Ini bukan karena kekuatan tidak cukup, melainkan mayat itu sendiri memang menyimpan keanehan." Yang Jian berhenti menggunakan tenaga fisik, dia tahu hanya mengandalkan kekuatan fisik tak ada gunanya.
Tak ada cara lain, dia terpaksa menggunakan Bayangan hantu.
Bayangan hitam yang tinggi besar berdiri dari belakang Yang Jian, di posisi kepala siluet hitam itu terdapat wajah manusia seolah diolesi darah, wajah tersebut identik dengan rupa Yang Jian seakan dicetak persis.
Bayangan hantu saat ini menyentuh mayat orang tua itu.
Pada momen ini, orang tua itu bergerak.
Ditopang oleh bayangan hantu, lengan mayat perlahan terangkat.
"Bayangan hantu yang utuh masih sangat berguna." Yang Jian merasakan sensasi aneh saat ini.
Perasaan ini seolah dirinya telah berganti tubuh baru.
Sekadar kontak fisik saja telah memicu dorongan dalam dirinya untuk membuang tubuh asli dan meretas masuk ke dalam mayat orang tua ini.
Ini adalah manifestasi karakteristik hantu.
Dibandingkan tubuh Yang Jian, mayat orang tua ganjil ini lebih memenuhi kebutuhan bayangan hantu.
Karena naluri bayangan hantu adalah terus mengganti tubuh seperti menyusun puzzle, hingga merakit tubuh hantu gentayangan. Makin mirip tubuh hantu, makin cocok untuknya.
Dalam kondisi tubuh Yang Jian yang memiliki mata hantu dan tangan hantu sebagai puzzle sekalipun, bayangan hantu tetap merasa tak stabil, malah lebih memilih mayat orang tua ini.
Ini hanya membuktikan satu hal.
Mayat orang tua ini lebih mengerikan dari perkiraan.
"Segera bertindak, jangan biarkan bayangan hantu kontak terlalu lama dengan mayat ini, kalau tidak nalurianya akan memengaruhiku." Meski kesadaran Yang Jian masih dominan, tapi dia telah mewarisi karakteristik hantu.
Ini seperti nafsu manusia yang mustahil dihapuskan.
Pada waktu yang tepat dan kesempatan yang sesuai, naluri ini akan muncul. Metode paling aman adalah menjaga akal sehat dan tidak menuruti karakteristik hantu ini.
Mayat orang tua itu bergerak seperti boneka tali.
Yang Jian membawa mayat ini menuju ruang belakang.
Tangisan masih bergema di ruang belakang, namun seiring kedatangannya, suara itu lenyap dan berubah menjadi desiran angin.
Peti mati merah itu masih terletak di tempatnya tanpa bergeser.
Beberapa batang hio di depan peti mati masih membara pelan-pelan.
Setelah beberapa jam, hio-hio itu tak menunjukkan tanda memendek, tetap memancarkan aroma samar.
Aroma ini menutupi sebagian bau mayat, mengurangi suasana ganjil yang menyelimuti area ini.
Yang Jian mendekat dan mendorong peti mati merah itu.
Semua normal.
Peti mati merah tidak sulit dibuka, bagian dalamnya kosong melompong, seolah siap menampung mayat orang tua.
Tanpa membuang waktu, Yang Jian segera menempatkan mayat orang tua itu ke dalamnya.
Saat mayat terbaring di peti mati, kejadian tak terduga terjadi.
Angin kencang menderu di luar seolah mengubah arah, tangisan misterius di dalam rumah kuno tiba-tiba terhenti.
Meski masih ada desisan "huu huu", tapi tak lagi berkembang menjadi tangisan.
Fenomena gaib tangisan pemakaman berhasil diredam, kedamaian kembali menyelimuti rumah kuno.
“Dugaan tidak salah, tujuh hari di rumah kuno ini sesuai dengan tujuh hari masa berkabung. Hari pertama adalah proses penguburan, selama proses ini berhasil, fenomena supernatural tangisan akan terkendali. Namun pengendalian ini mungkin tidak permanen, ketika hari kedua dan ketiga tiba, tangisan sesungguhnya akan datang kembali.”
“Tapi semua harus dilakukan sesuai urutan. Jika urutan kacau, konsekuensinya mungkin tak terbayangkan.”
“Jadi cara untuk bertahan hidup tujuh hari di rumah kuno ini adalah dengan mematuhi tata krama di sini. Tentang apa tata kramanya... kita harus menebaknya.”
Bola mata Yang Jian berkedut. Ia memandangi mayat tua yang terbaring di peti mati, entah mengapa ekspresi wajah mayat itu sekarang tidak terlihat sekaku tadi, malah memberi kesan ilusi ketenangan.
“Semoga semuanya berjalan lancar.”
Dia menutup tutup peti mati, lalu menunggu setengah jam lagi.
Setelah memastikan tidak ada keanehan lain, barulah dia pergi.
Saat Yang Jian kembali ke lobi, dua Pengendali Hantu tak dikenal sedang mengintai di koridor, terlihat penasaran mengapa tangisan tiba-tiba berhenti.
“Mayat sudah saya masukkan ke peti mati di belakang. Jangan diutak-atik.”
Dia mengingatkan mereka singkat sebelum pergi.
“Oh begitu rupanya...”
Keduanya tidak bodoh, segera menyadari bahwa perbaikan situasi supernatural tadi adalah berkat Yang Jian.
Memasukkan mayat ke peti mati bisa menghentikan tangisan di rumah kuno?
Kenapa hal sederhana ini tidak terpikir sebelumnya?
“Sudah aman, kita kembali saja.” Kedua Pengendali Hantu itu menghela napas lega dan kembali ke kamar masing-masing.
"Jika hari pertama adalah prosesi pemakaman, lalu apa selanjutnya?" Yang Jian kembali merenungkan langkah berikutnya.
Di dalam otaknya terdapat banyak memori tentang upacara pemacaraan.
Namun upacara pemakaman dalam ingatan itu semuanya berbeda-beda, memiliki banyak perbedaan halus.
Beberapa upacara pemakaman dalam ingatan hanya tiga hari: hari pertama orang mati, hari kedua tangisan berkabung, hari ketiga langsung dikubur di makam.
Sama sekali tidak ada yang tujuh hari.
"Jadi, upacara pemakaman di rumah kuno ini harus mengikuti protokol tujuh hari... Berlanjut hingga hari ketujuh berkabung ketika arwah kembali. Jika kita salah menebak langkah selama periode ini, rumah ini akan lepas kendali, bahaya dan kengerian akan menyebar."
Begitu pemikiran Yang Jian.
Tapi tak lama kemudian.
Langkahnya terhenti sebelum kembali ke ruangan.
Sebuah kursi kayu beratap hitam terletak di tengah lorong redup, terlihat jelas saat disinari senternya.
"Kursi ini bergerak. Meski sebelumnya juga berada di tengah lorong, tapi tidak sedekat ini." Wajah Yang Jian berubah muram.
Lorong tanpa ujung ini diapit kamar-kamar di kedua sisi. Posisi awal kursi pasti berada di kedalaman yang sangat jauh.
"Pasti bukan sengaja dipindahkan orang. Meski yang lain waspada padaku, mereka masih waras. Tahu apa yang boleh disentuh dan tidak. Jadi kursi ini tidak dipindahkan manusia... tapi oleh hantu."
Ia menatap dalam-dalam ke kegelapan koridor yang tak berujung.
Di dalam sana, sepertinya ada sesuatu yang ingin keluar.
Kursi kayu beratap hitam itu bagai penghalang jalan, menghalangi semua ini.
Namun selama beberapa waktu tadi, kursi yang berfungsi sebagai penghalang jalan justru didorong, dan sekaligus bergerak maju hingga ke posisi yang sangat dekat ini.
Jika kita membagi wilayah berbahaya.
Selama ruangan tidak melewati posisi kursi, mungkin masih aman. Begitu melewati garis ini, dikhawatirkan ruangan tidak bisa ditinggali lagi.
"Tujuh hari ini ternyata tidak mudah dijalani. Rumah kuno ini bagai gubuk penuh celah, tambal sulam sudah tak berguna, sebentar lagi hantu akan meretas masuk," dugaan Yang Jian di hati.
Empat hari.
Tidak.
Paling lama dua hari, tiga hari.
Nantinya posisi kursi harus melampaui kamar pertama, mengusir kerumunan ke lobi. Sama sekali mustahil membiarkan semua orang berlindung tenang di kamar hingga hari ketujuh berkabung selesai.
"Entah ada gunanya tidak menambah satu kursi lagi."
Yang Jian teringat masih ada dua kursi hitam di lobi.
Dua koridor kiri-kanan tepat untuk dipasang penghalang jalan, memperlambat kecepatan erosi Hantu terhadap rumah kuno, menjamin anggota bertahan beberapa hari lagi di kamar.
Tapi dia bertanya-tanya, dua kursi di lobi itu mungkin punya fungsi lain.
Asal mengubah posisi, bisa-bisa persiapan selanjutnya bermasalah.
Metode mencuri kayu pagi untuk memperbaiki pagi barat mustahil ditiru.
Bisa jadi setelah menutup lubang ini, muncul celah yang lebih besar.
