Di dinding aula belakang, bayang-bayang hitam besar seperti jurang nyaris menelan Yang Xiaohua.
Tapi tak lama kemudian.
Balon merah itu melilit lengannya dan perlahan membawa seluruh tubuhnya melayang, membuatnya tidak jatuh ke dalam jurang tak berdasar itu dan untuk sementara waktu terlepas dari bahaya.
Kegelapan itu bukanlah hantu gentayangan, melainkan Wilayah Hantu.
Wilayah Hantu yang menyelimuti rumah kuno itu kini meretas masuk ke ruang permaisuri, mulai mempengaruhi lingkungan sekitar. Dalam situasi seperti ini, munculnya berbagai keanehan di sekeliling sama sekali tidak mengejutkan.
"Sisanya yang tidak ingin mati secara tidak masuk akal, mendekatlah ke peti mati ini." Yang Jian mengingatkan orang lain saat ini.
Area di sekitar peti mati merah itu gelap gulita.
Itu karena bayangan hantu Yang Jian telah menutupi sekitarnya. Bayangan hantunya mampu menahan invasi Wilayah Hantu dari hantu lain, sekaligus mencegah kedatangan arwah penasaran lainnya.
Hanya saja jangkauan bayangan hantu dalam kondisi lingkungan seperti ini terbatas, jadi dia hanya menggunakan bayangan hantunya untuk menyelimuti area sekitar peti mati merah, tidak mengurus tempat lain.
Dengan gerakan tangan santai.
Yang Jian memenggal benang halus balon merah itu menggunakan golok kayu bakar.
Yang Xiaohua yang terbebas dari belenggu balon merah itu jatuh ke bawah.
Bersamaan dengan itu, Yang Jian menyita arwah penasaran yang telah merasuki tubuh Yang Xiaohua, membuatnya kembali menangkap balon merah yang hampir terbang menjauh.
Setelah nyaris mati, Yang Xiaohua tidak berani lagi lengah. Dia buru-buru berdiri di samping peti mati merah itu, takut bergerak setengah langkah pun, khawatir akan dibunuh lagi oleh fenomena gaib di sekitarnya.
Orang biasa terlalu rapuh dalam lingkungan seperti ini.
“Yang Jian, jika tidak mencari cara, Lao Ying juga akan cepat mati. Cara bertaruh seperti ini sangat tidak adil. Jika hantu menang, mereka langsung membunuh satu orang kita. Tapi jika kita menang, hantu hanya mundur beberapa langkah saja.” Da Qiang mendekat, wajahnya terlihat sangat muram.
Karena dengan kecepatan kematian seperti ini, dalam waktu lima menit dia harus bermain permainan lempar dadu itu.
Terlibat dalam permainan seperti ini sama saja dengan naik ke tempat eksekusi, tidak bisa bertahan lama.
Fan Xing juga terus menatap Yang Jian.
Berharap dia bisa memikirkan cara lain untuk meredakan krisis ini.
“Ada satu metode darurat. Awalnya aku tidak berencana menggunakannya sekarang. Lagipula kita harus bertahan di tempat ini sampai hari ketujuh. Jika kita langsung menghabiskan semua kartu di awal, lalu muncul krisis lagi di belakang, kita hanya bisa menunggu mati. Sekarang terlihat kalian bahkan sulit melewati hari kedua, apalagi hari ketiga dan keempat.”
Yang Jian berkata dengan wajah tenang, masih menyimpan sesuatu di tangannya.
Benar ada metode?
Beberapa orang yang tersisa membelalakkan mata memandangi Yang Jian.
Mereka hanya bertanya dengan sedikit harapan, tak menyangka Yang Jian benar-benar memberi kejutan menyenangkan.
Yang Jian tidak bicara. Dia mengeluarkan ponselnya.
Setelah membukanya, dia membuka sebuah aplikasi permainan di layar yang ikonnya berbentuk piano.
Permainan?
Kerumunan yang melihat ini menunjukkan ekspresi curiga.
Ini strategi apa?
Bukankah ini cuma permainan ponsel biasa?
Namun Yang Jian tetap diam. Setelah membuka aplikasi itu, dia mulai memainkan permainan tersebut.
Ini adalah permainan simulasi piano, dengan menekan tuts piano di layar dapat menghasilkan suara seperti piano asli.
Permainan ini membosankan dan tidak menarik, bahkan tidak ada yang mau memainkannya.
Tapi setelah jari Yang Jian menekan layar dengan cepat, alunan musik ganjil namun misterius bergema di ruang belakang ini.
Musik ini berfungsi sebagai perantara tertentu, bukan untuk didengarkan.
Bersamaan dengan itu, sebuah kutukan mengerikan sengaja dilepaskan oleh Yang Jian sendiri.
Kutukan kotak musik.
Kutukan ini tertidur dalam tubuh Yang Jian sejak terakhir kali terbangun dari peti mati, tidak pernah digunakan lagi karena bahayanya. Bahkan si pengaktif kutukan pun tidak bisa mencabutnya - sekali terkutuk, hampir mustahil selamat tanpa strategi khusus.
Kini, kutukan kotak musik telah diaktifkan, dan yang menanggung kutukan ini adalah Lao Ying yang sedang bermain permainan dadu.
Lao Ying kini duduk di lantai, matanya terus menatap dengan intens permainan ketiga di hadapannya.
Dadu hitam perwakilan Hantu menunjukkan angka 4.
Sementara nasibnya jelas buruk - dadunya hanya menunjukkan angka 2.
Kemenangan dan kekalahan telah ditentukan.
Baru permainan ketiga lempar dadu, dia sudah kalah.
Lao Ying seolah telah menerima hasil ini sejak lama. Sudut bibirnya menyungging senyum getir, lalu ia menggelengkan kepala pelan, menunggu permainan mengerikan ini merebut nyawanya.
Setelah melihat nasib orang-orang sebelumnya yang melempar dadu, saat dia memungut dadu merah ini dan menghalangi hantu gentayangan, akhir seperti apa yang menantinya sudah bisa diprediksi.
"Cukup sampai di sini. Mungkin mati di sini juga merupakan pembebasan." Dia menerima takdirnya, ingin mengakhiri hidup dengan tenang.
Namun tepat di saat ini.
Lao Ying mendengar alunan musik ganjil nan mistis yang mengambang dari belakangnya. Setelah musik itu muncul, ia tak pernah hilang lagi, seakan menyusup ke dalam otaknya dan terus bergema tanpa henti.
Dengan tatapan curiga, dia menoleh ke belakang.
"Yang Jian, apa yang kau lakukan padaku?" Langsung, Lao Ying bisa merasakan ketidakberesan dalam dirinya.
"Sebuah kutukan kotak musik. Selama musik ini belum hilang, kau berada dalam kondisi aman. Tapi begitu musiknya berhenti, kau pasti mati tanpa ampun. Waktunya sekitar beberapa hari hingga seminggu, tergantung keberuntunganmu."
Yang Jian menyimpan ponselnya sambil berkata tenang.
Kutukan kotak musik?
Ada barang seperti itu?
Wajah Lao Ying berubah. Kemudian dia terkejut menemukan bahwa dirinya belum mati. Padahal jelas-jelas dia kalah dalam permainan dadu, dan menurut waktu kematian dua orang sebelumnya, seharusnya dia sudah menghembuskan napas terakhir.
Tapi sekarang...
Selain musik yang bergema di kepalanya, tidak ada efek lain yang terasa.
"Luar biasa! Lao Ying kalah taruhan tapi tidak mati!" Da Qiang menyadari masalah ini, wajahnya menyeringai terkejut.
Yang Xiaohua juga menatap Lao Ying dengan tak percaya.
"Dari tampaknya, kutukan dadu hantu sepertinya sedikit lebih lemah dibandingkan kutukan kotak musik. Jika begitu, permainan ini akan dilanjutkan." Kata Yang Jian.
Lao Ying menggerakkan bola matanya. Ia hanya mengangguk, di hatinya mulai memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Maka tanpa ragu, ia memungut dadu itu dan terus bermain dengan hantu gentayangan.
Mengingat dirinya tidak akan mati dan hantu juga takkan mati, baru sekarang permainan ini bisa dianggap adil.
"Kutukan kotak musik? Ternyata begitu. Kenapa tidak kau gunakan strategi ini sejak awal?" Kata Fan Xing. "Mengapa harus menunggu sampai sekarang?"
"Apakah aku perlu menjelaskan padamu?" Tatapan dingin Yang Jian tertuju padanya.
Fan Xing tercekat.
Benar, Yang Jian tak perlu memberi penjelasan padanya.
"Kutukan ini hanya bisa menyelamatkan orang dalam situasi khusus. Di kondisi normal, ini adalah kutukan pembunuh. Menahannya sampai sekarang pasti keputusan yang getir. Lagipula, apa artinya bertengkar sekarang? Kita semua akan mati bersama. Bahkan jika berhasil bertahan hari ini, besok, besok lusa, hingga hari-hari berikutnya tetap sulit bertahan..." Kata Da Qiang yang berdiri di samping.
Yang Xiaohua diam seribu bahasa. Sebagai individu, ia tak bisa mengubah apapun. Lagipula, secara teknis ia bahkan belum layak disebut kurir surat lantai empat.
Alasan utama Yang Jian enggan menggunakan kotak musik ada dua: Pertama, kutukan ini hanya bisa dilepaskan pada satu orang. Jika digunakan sejak awal, di kemudian hari bahkan dirinya pun takkan bisa menggunakannya dengan mudah.
Kedua, meski kutukan kotak musik bisa melindungi diri, efeknya juga sangat mematikan.
Jika dilepaskan sembarangan, mungkin justru memberikan hasil yang terbalik.
"Jadi awalnya dia tidak menggunakan kutukan kotak musik untuk menyelamatkan Wang Feng, ingin melihat apakah Li Yang bisa langsung kembali selama periode ini."
"Tapi sekarang sepertinya kutukan kotak musik sudah tidak bisa dipertahankan hingga saat penting. Jika terus dipertahankan, khawatir semua orang akan mati."
"Kegiatan gaib di luar pintu belakang sementara tertahan berkat keberadaan kotak musik."
"Tapi hantu yang menyusup dari lobi rumah kuno tak pernah berhenti melangkah. Area pengaruh Wilayah Hantu di sekitar semakin meluas. Sekarang bukan hanya dinding, bahkan langit-langit, lorong, semua perlahan menghilang seperti ditelan jurang tak berdasar."
"Lingkungan yang familiar bagi kerumunan seolah sedang dihapuskan dari dunia ini, termasuk diri mereka sendiri."
"Apakah hantu ingin menghabisi kita semua di ruang belakang melalui invasi Wilayah Hantu? Ini memang metode tak terpecahkan. Jika hantu datang sendiri pasti meninggalkan perantara untuk kubongkar dengan golok kayu bakar. Tapi dengan cara ini hantu bisa menghindari serangan golokku dan membuatku tak punya syarat untuk memicu perantara." Yang Jian menyadari hal ini.
"Bayangan hantunya terganggu aktivitas gaib, sudah tidak bisa menyebar terlalu jauh."
"Wilayah Hantu makhluk ini sangat mengerikan."
"Perlu diketahui ini masih dalam kondisi rumah kuno memiliki efek penekanan tertentu. Jika di luar, Wilayah Hantu ini pasti yang paling hebat yang pernah dihadapinya, bahkan melebihi lima lapisan Wilayah Hantu Yang Jian yang bertumpuk."
Tumpukan Wilayah Hantu lima lapisan Yang Jian bisa mengirimkan beberapa fenomena gaib yang tidak terlalu mengerikan. Wilayah Hantu milik hantu ini juga bisa melahap semua orang dan bangunan.
"Terus bertahan di sini tidak akan membawa titik balik." Dia menarik napas dalam-dalam, menyapu pandangan ke orang lain.
Li Yang belum kembali, dan bahkan jika sudah kembali hanya akan menggiring hantu pintu belakang. Hantu di rumah kuno ini tetap harus dihadapi sendiri.
"Lalu harus bagaimana?" Suara Pengendali Hantu tak dikenal yang tersisa itu gemetar.
Ini kombinasi antara ketakutan dan kegugupan berlebihan.
Yang Jian melirik: "Da Qiang, kau seharusnya memiliki Wilayah Hantu kan."
"Benar." Kurir surat bernama Da Qiang itu mengangguk.
Yang Jian berkata: "Aku ingin kau menggantikan posisiku setidaknya selama sepuluh detik. Dalam sepuluh detik itu aku akan menyergap ke lobi sendirian untuk membongkar hantu yang merasuk ke ruang belakang. Kalau tidak, kita akan dihabisi perlahan."
"Sepuluh detik?"
Wajah Da Qiang berubah drastis: "Aku tidak yakin. Apa tidak ada cara lain yang lebih baik?"
"Tidak. Jika Wilayah Hantu sudah menelan ruang belakang, semua orang akan lenyap. Bahkan peti mati merah ini pun akan hilang. Kita semua akan mati. Sekarang hantu belum muncul, aku tidak bisa menemukan posisinya. Jadi aku harus ambil inisiatif menyerang. Tapi begitu aku pergi, perlu seseorang yang bisa menahan erosi Wilayah Hantu."
"Di sini, hanya kau yang masih punya Wilayah Hantu. Jadi kau harus bertahan sepuluh detik, sekalipun harus mempertaruhkan risiko Hantu Gentayangan bangkit kembali." Yang Jian menambahkan: "Ini satu-satunya titik balik."
“Dan kau wajib melakukannya, dan tak boleh menolak.”
Da Qiang menggigit giginya: "Aku mengerti, sepuluh detik akan kucoba sebaik mungkin."
Sepuluh detik terdengar singkat, tapi hanya mereka yang memiliki kemampuan Hantu Gentayangan yang tahu betapa mengerikan dan berbahayanya konfrontasi gaib ini.
"Setelah hitungan ketiga, aku mulai bergerak." Yang Jian menatapnya tajam.
Saat ini dia tak meragukan kurir surat bernama Da Qiang ini.
Karena jika dia pergi dan Da Qiang tidak mempertaruhkan nyawa, dia sendiri juga akan mati di sini. Jadi ini demi dirinya sendiri, bukan orang lain.
"Baik, paham." Da Qiang menepuk-nepuk wajahnya sendiri untuk menyegarkan semangat.
"Bisa dimulai."
Keringat dingin sudah mengucur di alutnya, sarafnya menegang hingga puncak.
"Satu." Yang Jian mengacungkan satu jari.
Da Qiang mengangguk.
Fan Xing, Yang Xiaohua, dan seorang Pengendali Hantu tak dikenal lainnya menatap keduanya dengan intens.
"Dua."
Yang Jian menggenggam erat golok kayu bakar di tangannya. Saat ini, dia tahu inilah waktunya bertindak.
Wajah Da Qiang perlahan berubah pucat, orang hidup itu mulai menunjukkan ekspresi seperti mayat.
Ini pertanda kekuatan gaib sedang digunakan, dirinya mulai terkontaminasi Hantu Gentayangan.
"Tiga!"
Begitu hitungan selesai, Bayangan Hantu yang menyelimuti peti mati merah langsung ditarik kembali. Yang Jian lalu menyerbu keluar seperti binatang buas, meninggalkan ruang belakang menuju lobi utama.
"Ini dia."
Begitu Bayangan Hantu mundur, Wilayah Hantu Da Qiang segera mengambil alih.
Hanya dalam sekejap pergantian ini.
Kegelapan di sekitar tiba-tiba mengerosi, tidak ada lagi tempat berpijak di sekeliling, hanya area sekitar peti mati merah yang masih relatif aman.
"Berdiri di atas peti mati!" teriak Fan Xing panik, buru-buru merangkak naik ke peti mati merah.
Pengendali Hantu lainnya dan Yang Xiaohua tak sempat bereaksi, hanya bisa tergeletak di peti mati sambil khawatir jatuh ke jurang kegelapan di sekitarnya. Lao Ying yang sedang bermain game dengan hantu justru aman, aturan permainan dadu hantu melindunginya, seolah mengisolasi semua fenomena gaib dari pengaruh wilayah hantu.
"Terkutuk!"
Da Qiang berteriak kesakitan, tubuhnya mengalami erosi gaib yang drastis. Rasa sakit seperti ini bisa membuat orang menjadi gila.
Wilayah hantunya sedang melawan kegelapan yang melahap segalanya.
Meski sudah mengerahkan seluruh kekuatan, area yang bisa ditutupi wilayah hantunya semakin menyusut, hanya bisa seadanya menyelimuti peti mati merah, dan area ini terus mengecil selama pertarungan berlangsung.
"Sepuluh detik, bertahan sepuluh detik saja, aku pasti bisa." Keinginan kuat Da Qiang untuk bertahan hidup menopangnya.
Mencegahnya ambruk karena keputusasaan.
Yang Jian kini menerobos masuk ke lobi dengan tombak retak di tangan. Kesabarannya selama ini ditujukan untuk menstabilkan situasi dan melewati hari ketujuh berkabung. Karena tekanan hantu sudah mencapai tingkat seperti ini, akhirnya dia memutuskan untuk tidak lagi banyak berpikir.
Apa itu bukan masalah mempertaruhkan nyawa?
Dia sama sekali tidak gentar.
"Tak perlu ada yang ditahan, langsung picu semua perantara untuk membongkar seluruh hantu gentayangan yang muncul di rumah kuno ini sekaligus membalikkan situasi."
Tatapan Yang Jian memancarkan ekspresi garang.
Bayangan hantu di kakinya merentang membentuk jalan aman, membawanya masuk ke posisi tengah lobi. Kemudian bayangan itu mulai menyebar ke sekeliling.
Di setiap area yang tercakup bayangan hantu, selama ada jejak yang ditinggalkan arwah penasaran, semua akan memicu perantara.
Tiba-tiba.
Siluet-siluet ganjil dan mengerikan mulai bermunculan di hadapan Yang Jian.
Bergelombang yang padat.
Lobi yang awalnya sepi tiba-tiba menjadi sesak.
Semuanya adalah hantu.
Semuanya adalah perantara yang ditinggalkan hantu.
Seiring perluasan area bayangan hantu, semakin banyak siluet muncul. Namun banyak perantara yang berulang, bukan berasal dari satu hantu saja.
"Bertindak."
Di hati, Yang Jian membentak. Tombak retak di tangannya menghantam siluet hantu gentayangan dalam perantara itu.
Tanpa gerakan berlebihan atau keraguan.
Satu tebasan memenggal empat perantara hantu.
"Ah~!"
Dari dalam rumah kuno gelap gulita, terdengar jeritan histeris aneh yang membuat merinding.
"Ayo lagi."
Tebasan kedua Yang Jian memutus tiga perantara hantu sekaligus.
Hantu gentayangan di lokasi tak dikenal akan menerima kutukan golok kayu bakar, badannya terurai seketika.
Namun ketika dia hendak mengayunkan pedang untuk ketiga kalinya.
Kutukan dari tebasan pertama meledak.
Tebasan pertama golok kayu bakar memotong perantara yang ditinggalkan empat ekor hantu gentayangan, kutukan yang muncul akibatnya pun akan semakin mengerikan.
Retakan muncul di tubuh Yang Jian, ukurannya sangat lebar - selebar telapak tangan, hampir menelan separuh tubuhnya.
Luka seperti ini tidak hanya muncul di tubuh fisik, tapi juga pada Bayangan Hantu.
Dengan luka separah ini, bahkan perangkaian oleh Bayangan Hantu tidak bisa memperbaikinya dalam waktu singkat.
Belum lagi retakan baru terus bertambah.
Karena kutukan dari tebasan kedua juga mulai meledak berturut-turut.
Saat ini Yang Jian bagaikan keramik jatuh yang remuk redam, tidak ada satu bagian tubuh pun yang masih utuh.
Bayangan Hantu kini tampak seperti akan hancur berantakan sepenuhnya.
"Restart."
Yang Jian meraung rendah, merasakan sakitnya pembongkaran tubuh.
Mata Hantu tiba-tiba membelalak, cahaya merah darah menyelimuti seluruh tubuhnya.
Tubuh dan Bayangan Hantu yang tadinya remuk redam ternyata pulih seketika dalam waktu kurang dari satu detik.
"Lagi!" Tatapan Yang Jian dingin penuh keganasan.
Golok kayu bakar di tangannya kembali menghunjam.
Kali ini dia menemukan.
Menemukan sumber Wilayah Hantu rumah kuno ini.
Sebuah siluet hantu gentayangan yang mengerikan, buram dan melengkung.
Siluet ini terasa familiar, karena sebelumnya pernah dia pancing dengan media untuk ditebas - waktu itu hantu ini aktif menabrak saat meretas ruang belakang.
Hanya saja setelah kejadian itu, perantara sudah terpotong habis, tidak bisa memicu yang kedua kalinya secara beruntun.
"Menemukanmu." Yang Jian mengabaikan perantara lain dan menghantam golok kayu bakar ke arah hantu gentayangan mengerikan itu, langsung membelahnya menjadi dua.
Setelah hantaman golok kayu bakar ini, seluruh rumah kuno seolah bergoyang sesaat.
Ini bukan goyangan sesungguhnya, melainkan kegelapan yang terpelintir.
Kemudian retakan segera muncul di hadapan mata.
Retakan ini bagai secercah cahaya, menerangi rumah kuno.
Untuk penggunaan ketiga golok kayu bakar, Yang Jian sangat royal, khusus menghadapi hantu ini, bahkan itu sudah aksi kedua kalinya.
Karena jika tidak segera membongkar hantu ini, Wilayah Hantu-nya akan cepat menggerogoti semua bagian belakang, bahkan peti mati merah itu takkan terselamatkan.
Tanpa peti mati merah itu, tugas pengiriman surat pasti gagal.
