Di dalam rumah kuno yang diselimuti kegelapan.
Demi membalikkan situasi putus asa ini, Yang Jian langsung membuang rencana bertahan di belakang. Dia sendirian menyerbu ke lobi, mata hantu menyelimuti, menggenggam golok kayu bakar, memicu perantara, menemukan siluet hantu gentayangan, lalu tanpa ragu memenggal semua perantara itu.
Begitu perantara terpenggal, hantu gentayangan di lokasi tak dikenal pun ikut terbongkar.
Lagipula hantu gentayangan yang sudah terbongkar akan dikendalikan beberapa waktu, tak bisa bergerak.
Tiga kali.
Hanya dalam waktu kurang dari sepuluh detik, Yang Jian menggunakan golok kayu bakar tiga kali.
Pertama kali dia menghantam perantara empat ekor hantu gentayangan, kedua kalinya tiga ekor, terakhir sekali satu ekor. Tapi pilihan terakhir Yang Jian sengaja, karena hantu itu adalah sumber Wilayah Hantu ini. Untuk menghilangkan situasi mengerikan, hantu itu harus dibongkar lagi. Kalau tidak, semua orang di ruang belakang akan mati.
Tapi pengorbanan akibat kesewenang-wenangan ini sangat besar.
Setelah dua kali menggunakan golok kayu bakar, Yang Jian langsung melakukan restart. Kalau tidak, tubuhnya yang remuk sama sekali tidak bisa menopangnya untuk mengayunkan golok ketiga kalinya.
"Berhasil."
Baru setelah membelah siluet hantu ganjil yang melengkung dan buram dari atas ke bawah, Yang Jian sedikit merasa lega di hatinya.
Kegelapan di lobi mulai retak, seolah terbelah oleh ayunannya.
Dan kegelapan yang retak itu mulai menyebar ke kiri dan kanan.
Jelas, setelah hantu gentayangan dibongkar oleh golok, hantu itu tercerai-berai menjadi potongan puzzle. Kekuatan gaib dari potongan puzzle tidak bisa mempengaruhi seluruh rumah kuno, sehingga Wilayah Hantu ini mulai menghilang, persis seperti situasi sebelumnya.
Tapi ini hanya sementara.
Paling lama beberapa jam lagi, hantu gentayangan yang terpotong itu akan pulih, lalu Wilayah Hantu akan kembali menyelimuti rumah kuno.
Karena itu,
serangan golok kayu bakar hanya untuk membujuk dan mengulur waktu saja.
Retakan merah darah muncul di alut Yang Jian, memanjang ke bawah seolah membelah seluruh tubuhnya. Bahkan bayangan hantu di kakinya juga menunjukkan retakan yang tidak bisa sembuh.
“Hanya membongkar hantu ini sekali saja tidak cukup, kita harus menghancurkannya lebih remuk untuk sepenuhnya menghalangi kebangkitannya beberapa jam kemudian.” Yang Jian mengabaikan ledakan kutukan golok kayu bakar di tubuhnya.
Setelah restart, dia hanya membongkar hantu sekali.
Tingkat ini Yang Jian sepenuhnya bisa bertahan.
Saat ini tatapannya menyapu ke kiri dan kanan.
Dalam kondisi tertutup bayangan hantu, banyak siluet hantu gentayangan di sekitar yang ganjil dan mengerikan, bermacam-macam bentuknya.
Yang Jian dengan cepat mencari perantara hantu yang tadi.
Tak lama kemudian.
Dia menemukannya lagi.
Siluet hantu gentayangan yang buram dan melengkung itu muncul tak jauh darinya.
Dia bergegas mendekat, meski tubuhnya mulai retak tak dihiraukan, sementara perantara hantu lain juga diabaikan.
Sekarang.
Yang Jian harus membongkar hantu itu untuk kedua kalinya.
Namun di tengah perjalanan, langkahnya tiba-tiba terhenti, kedua matanya menyempit tajam, seolah melihat sesuatu yang paling luar biasa.
Yang Jian melihat sebuah perantara yang istimewa.
Seorang mertua berkerut wajahnya dengan punggung agak bungkuk berdiri tak bergerak, kedua matanya redup, mengenakan baju kain model kuno dengan keranjang bambu tergantung di lengan.
"Apakah itu orang tua dari bus? Barang ini berani masuk ke rumah kuno?" Wajah Yang Jian sangat muram.
Karena orang tua ini sangat ganjil.
Tidak hanya muncul di dalam bus, hantu gentayangan yang muncul dalam peristiwa supranatural Unit 301 Kota Dachuan sebelumnya juga adalah orang tua ini.
Hanya saja saat itu orang tua itu sudah mati, menjadi mayat membusuk yang terbaring di ranjang.
Tapi orang tua ini sepertinya tidak benar-benar mati.
Meski demikian, Yang Jian tetap tidak bisa menentukan apakah orang tua ini manusia atau hantu.
Namun ketika orang tua ini naik bus, sistem penghitungan hantu bus mencatat jumlah: 2.
Dalam penilaian bus, mertua ini adalah hantu.
Menurut Yang Jian, penilaian bus tidak selalu akurat karena Zhou Deng setelah memakai topeng kulit manusia juga dikategorikan bus sebagai hantu, padahal dia manusia biasa meski seorang Pengendali Hantu.
Sedangkan Pengendali Hantu tidak akan dinilai sebagai hantu.
"Jangan mengacau di saat seperti ini." Yang Jian menatap tajam orang tua itu sambil erat menggenggam tombak retaknya.
Jika merujuk situasi terakhir di 301, saat media terpicu dia melihat orang tua ini, dan orang tua ini pun melihatnya - bahkan bisa langsung meretas melalui media tersebut.
"Tidak ada gerakan lagi?"
Yang Jian berhenti sejenak untuk mengamati. Dia melihat mertua ini sama sekali tidak bergerak, bahkan mata keruh dan redupnya tak berkedip. Langsung dia memilih mengabaikannya.
Kemudian.
Golok kayu bakarnya menghunjam untuk keempat kalinya.
Kali ini dia membongkar hantu gentayangan ini secara horizontal.
Dipadukan dengan serangan pertama tadi, ini berarti hantu tersebut telah dipaksa dibongkar menjadi empat bagian.
Situasi seperti ini ingin pulih, tingkat kesulitannya jauh lebih besar dari yang dibayangkan.
Selain itu, perantara hantu gentayangan lain di sekitar juga terkena imbas, dipotong menjadi dua bagian olehnya. Kemudian wilayah sekitar ini secara paksa dikosongkan sebagian olehnya dari perantara.
Kutukan tetap meledak di tubuhnya tanpa hambatan.
"Kedua kalinya restart."
Yang Jian tidak ragu-ragu. Langsung menggunakan kekuatan Mata Hantu untuk merestart dirinya sendiri, memulihkan tubuh yang hampir remuk itu kembali utuh tanpa kerusakan.
Dalam satu bulan.
Restart dua kali.
Meski waktunya singkat, frekuensinya terlalu tinggi.
Tapi dia masih kuat. Tidak ada komplikasi meski sudah restart dua kali. Dari tampaknya, restart tiga kali di hari pertama pun masih memungkinkan.
Sementara Yang Jian sedang gila-gilaan membongkar hantu gentayangan di lobi rumah kuno itu,
Di ruang belakang,
Krisis telah sementara teratasi.
Kegelapan surut dengan cepat. Lantai, dinding, dan atap yang hilang tadi kembali. Semuanya berubah kembali menjadi rupa asing namun familiar seperti sebelumnya.
"Yang Jian berhasil!" teriak Fan Xing dengan mata membelalak, mendengar keributan dari lobi depan.
Sementara Da Qiang sudah menyegel kembali Wilayah Hantu-nya begitu aura gaib itu lenyap.
Seluruh tubuhnya memancarkan bau busuk mayat, persis jenazah. Wajahnya garang menahan sakit tak terkira yang merambat dari dalam tubuhnya.
Da Qiang sedang menerima erosi dari hantu gentayangan.
"Begitu tingkat erosi terlalu dalam, maka dia akan tewas di tangan kebangkitan hantu gentayangan, sama seperti Pengendali Hantu lainnya."
Namun.
Di posisi pintu belakang, suara terengah-engah terdengar. Li Yang muncul sambil membawa lentera pucat, menopang diri di tembok dengan wajah penuh kecurigaan melihat ke dalam: "Aku... aku kembali. Lentera sudah ketemu. Bagaimana situasi di dalam?"
Di sekitar lentera pucat itu, siluet-siluet manusia bergoyang-goyang dengan tanda-tanda ganjil yang terus bermunculan.
"Kedatanganmu masih tepat waktu, setidaknya belum semuanya tewas," kata Lao Ying sambil memandangi dadu hitam simbol hantu yang sudah berhenti berputar.
Sepertinya hantu gentayangan yang terlibat dalam permainan ini sedang pergi, dan tidak ada hantu baru yang ikut bergabung.
Li Yang mengamati ruangan. Ia melihat Da Qiang, Lao Ying, Yang Xiaohua, juga Fan Xing plus seorang Pengendali Hantu tak dikenal. Tapi Yang Jian tak terlihat.
"Komandan tim mana?" tanya Li Yang buru-buru.
"Di depan sedang bertarung mati-matian dengan hantu. Dia sendirian menghadang semua hantu gentayangan di rumah kuno ini. Efeknya sangat jelas - tanpa dia, kami bahkan tidak akan bertahan sampai kedatanganmu," jelas Lao Ying.
Meski kedatangan Li Yang juga cukup cepat, selisih waktunya hanya sekitar tiga puluh detik dengan aksi Yang Jian.
Tapi tiga puluh detik itu sudah cukup untuk memusnahkan semua orang di ruang belakang.
Sebab kedatangan Li Yang tidak serta-merta menjamin keamanan. Lentera putih yang dibawanya hanya menstabilkan hantu di luar rumah kuno, sementara hantu di dalam tetap harus ditangani.
"Apakah situasi tadi sudah sedemikian parahnya?" Wajah Li Yang berubah pucat.
Bahkan komandan tim harus mempertaruhkan nyawa, bisa dibayangkan betapa seriusnya situasi yang terjadi tadi.
"Tidak ada cara. Dalam situasi seperti tadi, bisa bertahan hidup sudah dianggap kebetulan." Lao Ying menggelengkan kepala dengan getir, menatap dadu hantu di lantai.
Dirinya sendiri dapat angka tiga.
Sedangkan angka terakhir hantu sebelum pergi adalah empat.
Di babak terakhir dia kalah lagi, tapi melodi kotak musik di otaknya terus bergema. Kutukan ini dengan paksa menghalangi upaya pemusnahan dadu hantu itu, memungkinkannya terus bermain meski kalah.
"Aku tidak bisa terus tinggal di sini. Aku harus segera menggiring hantu ini dan menyelesaikan upacara pengumuman duka. Kalau tidak, para hantu ini akan terus meretas rumah kuno." Li Yang buru-buru berkata.
"Urusan di sini hanya bisa kupercayakan pada komandan tim."
Setelah bicara, dia tak berani berlama-lama. Membawa lentera putih, dia segera pergi.
Begitu dia pergi...
Semua fenomena gaib di ruang belakang ikut menghilang. Bahkan sepasang sepatu kain hitam tua itu lenyap secara misterius.
Segalanya kembali tenang.
"Pengumuman duka hari ketiga dimulai lebih cepat. Dugaan ini ternyata benar. Sayang ini masih hari kedua, kalau tidak mungkin korban tidak sebanyak ini." Lao Ying diam seribu bahasa, hanya menyimpan dadu hantu dari lantai.
Pasti masih akan digunakan lagi nanti.
"Sepertinya sudah aman." Fan Xing menghela napas lega, baru berani melompat turun dari peti mati merah itu.
Yang Xiaohua yang tergeletak di atas peti mati baru berani menurunkan kakinya dari udara.
Perasaan menginjak tanah padat memberinya sedikit rasa aman yang tidak berarti.
"Benar-benar tidak tahu bagaimana Yang Jian melakukannya. Di lobi yang penuh fenomena supernatural, dia hanya pergi beberapa saat dan sepertinya semua sudah teratasi..." kata Fan Xing sambil melirik ke arah lobi.
Kemampuan mengerikan seperti ini, pantas saja anggota lingkaran gaib begitu menghindari Yang Jian si Mata Hantu.
Tanpa menunjukkan kehebatan, saat bertindak benar-benar mampu memutar balik situasi terjepit.
"Sepertinya Yang Jian juga sudah berhenti. Apakah dia berhasil?" bisik Pengendali Hantu tak dikenal di sebelah dengan suara tertekan.
Dia terlihat panik, karena sangat khawatir apakah Yang Jian sudah mengalami musibah.
"Tidak jelas." Ekspresi Lao Ying berubah: "Yang Xiaohua, kau yang lihat."
"Saya?"
Wajah Yang Xiaohua kembali berubah drastis.
Fan Xing di samping berkata: "Kau yang periksa. Kami harus tetap menjaga peti mati ini, tidak boleh pergi setapak pun. Siapa tahu ada yang lolos muncul."
"Tenang, tidak mungkin ada masalah. Masa di jarak beberapa langkah ini hantu gentayangan akan muncul dan membunuhmu? Ikuti jalan yang dilalui Yang Jian tadi, aku jamin kau aman."
Yang Xiaohua tidak bicara. Tangannya memutar-mutar balon merah dengan kencang, terpaksa memberanikan diri meninggalkan area sekitar peti mati merah, berjalan menuju lobi.
Dia sangat gugup.
Karena bahaya baru saja berlalu.
"Pada saat seperti ini pergi memastikan situasi juga memiliki risiko yang sangat besar. Jika tidak dilakukan dengan benar, bisa ada orang mati."
"Tapi perkataan mereka juga benar."
"Hari ini di ruang belakang sudah banyak yang mati. Sisanya harus tetap bertanggung jawab berjaga malam menjaga peti mati itu. Hanya dia yang terlihat tidak berguna ini yang paling cocok untuk memeriksa situasi."
"Karena sekalipun dia mati, tidak akan mempengaruhi jebakan."
Tak lama kemudian.
Yang Xiaohua memasuki lobi.
Dia tidak melihat apapun. Seluruh lobi terasa suram dan mencekam, lantainya gelap pekat, seolah diselimuti lapisan bayang-bayang. Tapi bayangan ini tidak utuh, berantakan dengan retakan-retakan tak beraturan di sana-sini, seperti cermin pecah yang direkatkan kembali. Meski sudah dirangkai, retakannya tetap tak bisa diperbaiki.
Di tengah lobi, Yang Jian masih duduk diam sambil mencengkeram erat tombak retak di tangannya.
Tidak ada hantu di sekitar.
Juga tidak ada fenomena supernatural lainnya yang muncul.
Hanya Yang Jian seorang diri.
"Yang Jian, kau baik-baik saja? Mereka menyuruhku datang memeriksa situasi. Kau tidak apa-apa?"
Yang Xiaohua menelan air liur, suaranya terdengar serak karena gugup.
"Aku baik-baik saja. Situasi di sana sudah kuketahui. Li Yang berhasil mengambil lentera putih. Sekarang dia membawa lentera itu berkeliaran di luar, memancing hantu dari ruang belakang pergi. Krisis peretasan ruang belakang sudah teratasi. Sedangkan di sini, situasi juga hampir berhasil kutahan."
Yang Jian berkata: "Dugaan sebelumnya benar. Hari ketiga memang hari melapor duka."
“Katakan pada anggota yang tersisa untuk tidak khawatir. Hari kedua ini seharusnya sudah berhasil kita lewati. Hantu di rumah kuno ini mungkin tidak akan keluar membunuh lagi dalam waktu singkat. Tapi setelah ini, aku tidak bisa menjamin.”
“Wajahmu terlihat tidak baik.”
Yang Xiaohua baru berani mendekat setelah mendengar situasi aman. Matanya menatap Yang Jian, lalu tiba-tiba menyempit.
Terlihat wajah Yang Jian penuh retakan mengerikan, seluruh tubuhnya seperti rangkaian potongan mayat yang siap berantakan kapan saja.
“Tidak apa, hanya luka kecil. Istirahat beberapa waktu akan pulih.”
Ekspresi Yang Jian mati rasa. Saat membuka mulut, luka di wajahnya merekah membentuk celah mengerikan.
Pada akhirnya dia tidak bisa menahan diri.
Dia menggunakan golok kayu bakar seoptimal mungkin untuk membongkar hantu gentayangan, sengaja mengabaikan mekanisme restart untuk memperbaiki diri, mengandalkan pemulihan lambat bayangan hantu.
Karena dia masih perlu mempertahankan kemampuan restart.
“Jika sampai restart habis terpakai, baru benar-benar di ambang kematian.”
“Benar-benar tidak masalah?” tanya Yang Xiaohua masih cemas.
Dari segi manapun, kondisi Yang Jian seperti orang sekarat, sama sekali tidak terlihat baik-baik saja.
“Daripada mengkhawatirkanku, lebih baik pelajari rencana untuk hari keempat,” kata Yang Jian.
Yang Xiaohua tercekat.
Langsung membahas hari keempat?
Padahal sekarang baru tengah malam hari kedua, masih belasan jam menuju hari ketiga.
Ini terlalu jauh melompat waktunya.
Tapi tanpa memahami situasi sebenarnya, Yang Jian sudah menguasai semuanya.
"Hari ini hingga besok, tidak akan ada kejadian tak terduga lagi. Meski kali ini banyak yang tewas dalam bahaya mengerikan ini dengan pengorbanan besar, namun hal itu justru menjamin keamanan hari kedua dan ketiga lebih awal."
"Kau takkan mengerti, percuma bicara denganmu." Yang Jian melirik, lalu menutup matanya dan mulai beristirahat.
Bayangan hantu yang memenuhi lantai perlahan merayap, beberapa retakan mulai menyatu dan memulih...
Setiap retakan yang hilang di lantai, luka di tubuh Yang Jian pun berkurang satu.
"Kalau begitu saya akan menyampaikan ke mereka." Setelah memastikan Yang Jian baik-baik, Yang Xiaohua kembali untuk menyampaikan situasi di sini.
Anggota yang tersisa serentak menghela napas lega.
"Akhirnya berhasil bertahan melewati ini."
Da Qiang yang terbaring di lantai tiba-tiba membuka matanya. Dia juga berhasil menahan tekanan kebangkitan hantu gentayangan.
Tentu ini bukan karena kemampuannya sendiri, melainkan rumah kuno ini yang membantunya mengendalikan hantu yang bangkit. Bisa disebut berkah dari musibah. Namun pengendalian ini tidak mutlak - jika melebihi batas wajar, tetap akan mati saat waktunya tiba.
Periode berikutnya benar-benar sesuai dengan perkataan Yang Jian.
Aman.
Satu jam berlalu, dua jam... Tengah malam pukul enam, pagi hari pukul sepuluh.
Rumah kuno sepenuhnya tenang. Tak ada kejadian gaib maupun kematian.
Baru saat ini kerumunan mulai berani bergerak lebih leluasa.
Yang Xiaohua yang kelelahan dan kelaparan kembali ke ruangan dan menemukan makanan serta air yang ditinggalkan kerumunan sebelumnya. Setelah mengisi tenaga, dia kembali ke lobi dan beristirahat terlipat di dekat Yang Jian.
Setelah menyantap sesuatu, kesehatan mental anggota lainnya juga pulih cukup banyak.
