Yang Jian memandangi Wang Shanshan dengan ekspresi terkejut.
Meski sudah jarang berinteraksi, hubungan mereka justru lebih baik dari perkiraan orang-orang. Bukan sekadar terlibat urusan gaib, tapi karena mereka teman SMA dan korban selamat insiden hantu mengetuk pintu dulu, juga memiliki perasaan khusus satu sama lain.
"Jarang melihatmu keluar, apalagi membawa barang hantu ini," sapa Yang Jian, lalu melirik ke arah Hantu Anak.
Hantu Anak ini sudah bisa membuka mulut memanggil orang.
Sangat mengerikan.
Setelah berkembang sekali terakhir, tingkat keganasannya sudah setara hantu gentayangan asli. Jika dimanfaatkan dengan benar, bisa menjadi penopang yang besar. Tapi karena tugas pengiriman surat kantor pos agak khusus, Yang Jian tidak membawa Hantu Anak. Di waktu normal, pasti ia akan mengajak makhluk kecil ini.
"Aku harus keluar sebentar, memberitahumu lebih dulu." Suara Wang Shanshan dingin bagai tak beremosi.
Yang Jian berkata: "Ke mana?"
“Sedikit urusan pribadi, tak ingin memberitahumu.” Wang Shanshan berkata.
“Bahkan anak hantu dibawa serta, berarti ini bukan urusan pribadi lagi.” Yang Jian berkata.
Wang Shanshan menjelaskan; “Aku hanya berjaga-jaga. Kalau tidak kuperhatikan, si kecil ini bisa menimbulkan masalah yang tidak perlu.”
“Ingin jalan-jalan keluar itu bagus. Bawa anak hantu, setidaknya bisa menghadapi peristiwa gaib jika bertemu. Baiklah, kalau mau pergi silakan. Tak perlu khusus menemuiku untuk bilang, telepon saja.” Kata Yang Jian sambil menahan rasa ingin tahu.
Kita semua sudah dewasa, wajar punya urusan sendiri.
“Kurasa lebih baik bicara langsung. Lagipula aku akan membawa anak hantu ini keluar.” Wang Shanshan bersikeras.
“Untuk sementara aku tak akan meminjam kekuatan anak hantu. Tenang saja.” Janji Yang Jian.
Wang Shanshan mengangguk pelan.
Saat hendak pergi, Yang Jian tiba-tiba memanggil: “Tunggu! Kuberikan sesuatu yang mungkin berguna.”
Ia masuk ke ruang aman dan mengeluarkan dadu hantu, menaruhnya di telapak tangan pucat Wang Shanshan: “Ini barang gaib. Dadu merah mewakili manusia, dadu hitam mewakili hantu. Jika ada bahaya, suruh anak hantu bermain dadu dengan arwah gentayangan...”
Dengan suara berbisik, Yang Jian menjelaskan aturan dasar dadu hantu.
“Berjudi dengan hantu?” Wang Shanshan mengerutkan kening. “Unik. Jika anak hantu kalah, apakah dia akan mati juga?”
Yang Jian tersenyum tipis di sudut bibir: "Inilah alasan aku meminjamkan dadu hantu padamu. Jika hantu kalah, mereka tidak akan mati. Jadi jika anak hantu dianggap sebagai hantu gentayangan, dia pun tidak akan mati jika kalah. Dua hantu abadi yang bermain bersama, bukankah ini sangat menarik?"
"Bagaimana jika anak hantu itu mati?" tanya Wang Shanshan dengan curiga.
"Makanya harus digunakan dengan hati-hati."
Yang Jian berkata: "Dunia gaib penuh dengan faktor ketidakpastian. Tak ada yang bisa menjamin hasilnya akan sesuai rencanaku. Ini hanya bisa digunakan di saat-saat genting."
"Aku mengerti." Wang Shanshan mengangguk, menyimpan kedua dadu itu.
"Hubungi aku jika ada masalah. Di mana pun kau berada, aku bisa sampai dalam semenit." kata Yang Jian.
"Apa kau akhir-akhir ini sering bergaul dengan Zhang Wei lagi?" Mata Wang Shanshan berkedip, melirik sinis dengan lembut.
"Kenapa menanyakan itu?"
Wang Shanshan berkata: "Apa kau menganggap dirimu Tuhan? Suaramu terlalu besar, berani bilang bisa sampai dalam semenit."
"Suaraku besar? Tidak terasa." Yang Jian mengusap dagunya: "Kalau begitu coba panggil saja Tuhan, mungkin benar-benar ada gunanya."
"Aku akan percaya jika kau mengurangi nonton film tidak sehat." jawab Wang Shanshan.
Yang Jian tertegun sejenak: "Itu semua sudah berlalu, tidak layak dibahas. Lagipula Zhang Wei yang merusakku, aku hanya sesekali membantunya meneliti."
"Tidakkah kau pernah berpikir mencari pacar yang lebih baik?" Wang Shanshan melanjutkan: "Sekretarismu Zhang Liqin jelas tidak cocok. Jiang Yan lebih baik. Jika tidak bisa, akan kucarikan Miao Xiaoshan untukmu."
“Ucapanmu hari ini agak banyak, dan mengapa tiba-tiba mulai mengurus urusan pribadiku.” Yang Jian bertanya.
Wang Shanshan berkata: “Aku hanya merasa kau terlihat kesepian sendirian. Ada yang menemani tentu baik. Aku paham rasanya kesepian.”
“Para Pengendali Hantu semuanya adalah makhluk luar biasa, tidak bisa hidup seperti orang normal.” Yang Jian menjelaskan: “Bahkan aku pun tidak bisa menjamin kapan akan mati dalam peristiwa supranatural, dibunuh hantu gentayangan.”
“Karena itu kau justru harus mencoba merasakan kehidupan orang biasa.” Wang Shanshan berkata: “Sudah, aku pergi dulu.”
Tanpa memberi kesempatan Yang Jian berbicara lebih lanjut, dia membawa anak hantu itu pergi.
Yang Jian tampak merenungkan sesuatu, tapi akhirnya menggelengkan kepala dan memilih mengabaikan saran Wang Shanshan.
Lagipula dia tidak khawatir dengan kepergian sementara Wang Shanshan.
Kombinasi anak hantu dengan dadu hantu sebagai barang gaib sudah cukup untuk menghadapi bahaya di luar. Selain itu Wang Shanshan juga tidak akan menyelami peristiwa supranatural. Membawa anak hantu kali ini sebagai langkah antisipasi.
Yang Jian tidak kembali ke tempat tinggalnya, melainkan mendatangi rumah Xiong Wenwen.
Dia menekan bel pintu.
Yang membukakan pintu adalah seorang wanita dewasa matang yang lembut, bijaksana, dan berpendidikan. Dia adalah Chen Shumei, ibu kandung Xiong Wenwen.
Melihat Yang Jian, Chen Shumei terlihat agak heran sejenak sebelum menunjukkan ekspresi gembira: “Kapten Yang, kok bisa? Ayo, silakan masuk.”
“Tidak usah, Tante Chen. Aku hanya ingin memberitahu Xiong Wenwen lebih awal agar bersiap besok pagi ikut aku pergi.” Kata Yang Jian.
Chen Shumei segera terlihat tegang, dia keluar pintu dan menghampiri Yang Jian, lalu berbisik, "Kapten Yang, ada masalah lagi ya?"
"Harus menangani peristiwa supranatural, perlu Xiong Wenwen ikut bersama." Yang Jian tidak menyembunyikan apa pun. Menurutnya sebagai ibu Xiong Wenwen, Chen Shumei berhak tahu. Menyembunyikan informasi justru bukan pertanda baik, malah seperti penipuan.
"Apakah ini sangat berbahaya?" Chen Shumei khawatir, kedua matanya memancarkan ekspresi rumit yang menatap Yang Jian.
Yang Jian menjawab, "Memang ada bahaya, tapi tidak terlalu besar. Setidaknya Xiong Wenwen tidak akan sampai kehilangan nyawa. Tenang saja, Tante Chen. Situasi sekarang seperti ini, kan? Peristiwa supranatural semakin sering. Orang-orang seperti kamilah yang harus menanganinya. Kalau tidak, warga kota tidak bisa hidup dengan tenang."
"Saya paham. Semuanya saya percayakan pada Kapten Yang." ujar Chen Shumei.
Dia sangat mempercayai Yang Jian. Mendengar jaminan keselamatan darinya, hatinya sedikit merasa lega.
"Tante Chen tidak perlu khawatir," kata Yang Jian. "Saya permisi dulu."
"Kapten Yang, tidak mau mampir dulu?" teriak Chen Shumei.
Tanpa berlama-lama, setelah menyampaikan pemberitahuan, dia langsung pergi. Meski Chen Shumei memang wanita cantik yang biasanya sulit ditolak undangannya oleh pria normal, Yang Jian berbeda. Di matanya, kecantikan dan ketampanan sudah bisa dia bentuk sesuka hati.
Kembali ke rumah.
"Zhang Liqin yang pulang kerja lebih awal sedang memasak saat ini. Ia telah sepenuhnya terbiasa dengan ini, menganggap diri sendiri sebagai sekretaris Yang Jian dan tak pernah bosan."
Yang Jian tidak menyuruhnya melanjutkan memasak, malah meminta Zhang Liqin membantu mencatat berbagai peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini.
Sebuah buku catatan yang berisi pengalaman gaib pribadi Yang Jian telah terbentuk tanpa disadari.
Sebagian besar catatan di dalamnya ditulis Zhang Liqin, sisanya oleh Jiang Yan.
Catatan ini sangat penting, setidaknya menurut penilaian Yang Jian.
"Simpan baik-baik buku catatan ini." Begitu Yang Jian mengingatkan Zhang Liqin setelah pencatatan selesai.
"Tentu, hal sepenting ini mana mungkin saya main-main." Kata Zhang Liqin dengan khidmat.
Catatan ini memancarkan banyak rahasia tentang Yang Jian. Selama Yang Jian masih hidup, barang ini tak boleh jatuh ke tangan orang lain. Jika dia mati, tak masalah lagi.
Yang Jian memandang Zhang Liqin, tatapannya bergetar lemah.
Bayangan hantu di belakangnya bergoyang-goyang pelan.
Tapi akhirnya bayangan hantu itu kembali tenang.
Sebenarnya dia ingin memodifikasi memori Zhang Liqin, tapi tak ingin merusaknya dengan pengaruh gaib. Kalau tidak, suatu hari jika dia bermasalah, Zhang Liqin yang terkontaminasi pasti juga akan kena imbas.
"Ada rencana untuk masa depan?" Tanya Yang Jian sambil mengobrol, mengajukan pertanyaan pada Zhang Liqin.
Zhang Liqin tertegun sejenak: "Rencana? Rencana apa yang bisa saya punya? Tentu saja terus tinggal bersamamu. Kenapa, mungkinkah kau berniat memecatku?"
Dia sama sekali tak pernah memikirkan kemungkinan lain.
"Saya sekadar bertanya, anggap saja obrolan santai." Yang Jian berkata dengan santai: "Kapan Jiang Yan kembali dari kampung halaman? Sudah lama tak melihatnya, tidak ada masalah kan?"
Zhang Liqin menjawab: "Tidak ada masalah, semua berjalan normal. Jiang Yan sedang mengawasi pembangunan rumah aman di kampung halaman, progresnya memang lambat. Kira-kira baru bisa kembali satu dua bulan lagi. Jika kau rindu, saya bisa telepon dia untuk pulang besok, lagipula jaraknya tidak jauh."
"Saya sedang memperhatikan situasi kampung halaman, di sana menyangkut kisah masa lalu." Tatapan Yang Jian bergetar halus.
Ia teringat ayahnya yang telah lama meninggal, peristiwa mengerikan bernama Hantu Mimpi.
Terutama tentang makhluk luar biasa yang dilahirkan dari peti mati itu.
Seekor anjing jahat yang menguasai Hantu Mimpi.
Itu warisan berharga yang ditinggalkan ayahnya. Menurut perhitungan waktu, paling lama sebulan lagi anjing itu akan melepaskan diri dari belenggu Hantu Mimpi dan benar-benar terbangun.
Kalau dipikir-pikir lagi, ini sangat mengkhawatirkan.
Berbeda dengan Hantu Anak.
Anjing serigala hitam itu benar-benar menyatu dengan hantu gentayangan, memiliki semua karakteristik hantu: tak bisa dibunuh, tak perlu khawatir kebangkitannya, dan bisa memaksimalkan kekuatan gaib Hantu Mimpi.
Yang kini dikhawatirkan Yang Jian: Setelah terbangun, atas dasar apa makhluk itu akan menuruti perintahnya?
Jika sampai tak terkendali,
Bukan lagi seekor anjing, melainkan peristiwa gaib berkode Hantu Mimpi.
"Dan lebih mengerikan daripada Hantu Mimpi sebelumnya."
"Jika ada yang tidak beres di kampung halaman, segera suruh Jiang Yan menghubungiku. Jangan main-main dengan perasaan wanita dalam hal ini," Yang Jian menatap tajam Zhang Liqin.
Zhang Liqin buru-buru menjawab: "Saya pasti tidak berani menyembunyikan apa pun. Masalah kampung halaman juga sangat saya perhatikan, mengingat ini menyangkut kehidupan masa depan."
"Bagus kalau begitu."
Setelah itu, Yang Jian menanyakan kondisi perusahaan dan memberi instruksi pada Zhang Liqin untuk menangani beberapa urusan. Hari ini akhirnya berakhir.
Hari ketiga sejak kembali ke Kota Dachang.
Aksi baru dimulai.
Pagi itu, Feng Quan, Huang Ziya, dan Xiong Wenwen berkumpul di rumah Yang Jian.
Mereka akan menangani peristiwa supranatural berkode "Payung Hitam" di pinggiran Kota Dachang. Sesuai perjanjian sebelumnya, target penyelesaian dalam setengah hari.
Tapi sebelum berangkat, mereka berdiskusi sebentar.
Mengingat Feng Quan sudah lebih dulu terlibat dalam kasus ini, informasi intelijen yang dimilikinya perlu didengarkan dengan serius.
