"Sebuah tembok rumah runtuh, membeberkan mayat-mayat yang berserakan di lantai."
"Mayat-mayat ini bukan jasad biasa, melainkan kurir yang tewas di ruangan ini sebelumnya. Saat masih hidup, mereka semua setidaknya pernah mengendalikan hantu gentayangan. Konsekuensi yang akan timbul jika mereka dibangkitkan kembali sudah jelas bagi orang yang tak bodoh."
"Bahaya sesungguhnya mulai terlihat."
"Pintu keluar dari sini telah menghilang. Arwah gentayangan mulai bangkit, fenomena supernatural bermunculan bagai jamur. Situasi ini adalah jalan buntu bagi para Pengendali Hantu maupun kurir."
"Dengan kemampuan kurir lantai lima, tak satu pun dari mereka bisa keluar hidup-hidup."
"Tapi sayangnya,"
"Yang Jian bukan kurir biasa. Ia masuk kantor pos ini bukan sebagai orang biasa, melainkan sebagai komandan tim yang bertugas menangani Kantor Pos Hantu."
"“Kita harus mengendalikan mayat-mayat ini sebelum arwahnya bangkit. Jika terlalu banyak hantu gentayangan muncul, bahkan aku bisa terancam.”"
"Saat ini juga,"
"Yang Jian langsung bertindak. Dengan tombak retak di tangan, ia bergegas maju tanpa perlu memicu perantara golok kayu bakar. Langsung ia hujamkan senjatanya ke tumpukan mayat itu."
"Tenaganya luar biasa besar. Golok kayu bakar itu ternyata luar biasa tajam saat menyentuh mayat bernuansa supernatural."
"Mayat-mayat itu dibongkar satu per satu olehnya."
Ada mayat yang tampaknya baru saja mati dengan kondisi sangat mengerikan. Saat Yang Jian menggunakan golok kayu bakar, tiba-tiba bola mata keabu-abuan mayat itu berputar dan menatapnya dengan intens. Lengan pucat tanpa darah pun terangkat, telapak tangan kaku mencengkeram erat tombak retak itu.
"Senjata gaibku, kau pikir hantu gentayangan bisa memegangnya?" Tatapan Yang Jian menjadi dingin.
Sesaat kemudian.
Mayat segar itu tiba-tiba mengeluarkan teriakan aneh yang memilukan, kemudian mulai membusuk dengan cepat. Lengan yang mencengkeram tombak retak itu pun terkulai lemas.
Ini karena mayat kehilangan keseimbangan, memicu kutukan mematikan pada benda gaib tersebut.
Kutukan semacam ini bahkan tidak berani disentuh oleh Yang Jian sekalipun. Jika hantu menyentuhnya, mereka akan mendapat serangan balik. Meski hantu tidak bisa mati, kekuatan gaib mereka akan dikendalikan.
Begitu kekuatan gaib terkendali, mayat segar secara alami akan cepat membusuk.
Terlihat ganjil, namun sebenarnya semua ini sangat masuk akal.
Tanpa halangan apapun dari golok kayu bakar, Yang Jian langsung memenggal kepala mayat itu. Demikianlah satu persatu mayat mengerikan ini remuk sebelum sempat mengalami kebangkitan hantu.
Hantu yang telah dibongkar tubuhnya tidak akan bisa bangkit kembali dalam waktu singkat.
Kemudian.
Kutukan golok kayu bakar pun meledak.
Pada tubuh Yang Jian, bahkan di Bayangan Hantu di belakangnya, muncul retakan-retakan mengerikan. Retakan itu berantakan tidak beraturan, seolah akan memotong seluruh tubuhnya menjadi ribuan keping. Jika dibiarkan kutukan itu meledak, Bayangan Hantunya akan remuk berkeping-keping tanpa sedikitpun kemampuan untuk bergerak.
Namun tiba-tiba, cahaya merah darah menyelubungi seluruh tubuhnya. Retakan-retakan yang baru terbuka itu tiba-tiba sembuh dengan cara yang tak terduga.
Hanya dalam waktu kurang dari satu detik.
Kutukan itu seolah dihapuskan, tidak meninggalkan sedikitpun bekas luka pada tubuh Yang Jian.
"Tidak boleh pelit. Restart masih sangat diperlukan. Satu kali restart untuk menukar pembongkaran mayat-mayat ini masih cukup efisien," bisik Yang Jian dalam hatinya.
Bahaya mengerikan yang berasal dari mayat-mayat yang berserakan di lantai, dengan mudah dinetralisirnya.
Meski terlihat sederhana, sebenarnya Yang Jian telah menggunakan kekuatan gaib terkuat yang bisa dia kendalikan saat ini.
"Sumber fenomena gaib mungkin bukan berasal dari toilet, melainkan dari kamar tidur itu. Sebelumnya aku sudah memeriksa ruang tamu, tidak ada area yang khusus. Hanya kamar tidur yang belum kukunjungi. Tapi sekarang seluruh ruangan telah terpengaruh gaib. Apakah kamar tidur itu masih sama seperti sebelumnya, tidak bisa dipastikan."
Meski begitu, Yang Jian tetap harus memastikan sumber gaib tersebut dalam waktu singkat.
Kalau tidak, begitu waktunya habis, mayat-mayat di lantai ini akan bangkit kembali. Jika saat itu dia tidak bisa keluar, dia akan terkikis habis di sini atau terjebak selamanya di ruangan ini.
Saat Yang Jian terjebak di dalam ruangan...
Di ruangan lain lantai lima kantor pos, yaitu ruangan nomor 507.
Li Yang tetap berada di ruangan ini untuk bertanggung jawab mengawasi pintu rumah, dia tidak berani lengah, terus-menerus memperhatikan situasi di luar. Jika Yang Jian muncul, dia harus segera membuka pintu untuk memastikan keselamatan dan penarikan mundurnya.
Tapi waktu belum berlalu lama.
Li Yang yang berjaga di pintu tiba-tiba mendengar langkah kaki dari luar. Langkah kaki itu sangat berat dan berirama teratur, membuatnya langsung siaga.
"Langkah kaki malam lagi?" Tangannya menyentuh daun pintu.
Bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.
Li Yang tidak lupa sebelumnya di lantai satu saat hantu gentayangan memaksa membuka pintu, hampir memicu aturan membunuh yang pasti mematikan. Saat itu dia bersama Yang Jian dan Sun Rui bertiga baru bisa memukul mundur hantu itu.
"Jangan-jangan hantu yang sama?"
Pikirannya merenung dengan perasaan cemas.
Namun Li Yang tidak panik. Di tangannya ada dua benda gaib: palu kecil bernoda darah dan boneka anak kotor.
Jika digunakan dengan tepat, bisa menghadapi kejutan tak terduga.
"Ini dia." Langkah kaki di luar terdengar berkeliling aula utama sebelum tiba-tiba berbelok ke arah sini.
Tanpa henti maupun ragu.
Langkah kaki itu segera mencapai pintu rumah.
"Li Yang, ini saya, buka pintu." Suara Yang Jian terdengar dari balik pintu.
Li Yang lega mendengar suara itu. Segera melepas pegangan dan membuka pintu.
"Greeek!"
Tapi begitu pintu terbuka, aura dingin yang menyeramkan langsung menyergap dari luar. Bersamaan dengan itu, lentera kamar tampak terganggu oleh sesuatu dan berkedip beberapa kali.
Sebuah telapak tangan pucat nan dingin menyangkut di tepi pintu, berusaha mendorong untuk masuk.
Di belakang telapak tangan itu terlihat lengan panjang berwarna abu-hitam yang tampak tua dan kotor.
"Bahaya!" Li Yang terbangun kaget. Dia sadar, yang di luar sama sekali bukan komandan tim, bukan orang hidup, melainkan hantu gentayangan.
Suara tadi memang mirip Yang Jian, tapi setelah diingat-ingat, nada bicaranya sebenarnya berbeda meski kemiripannya ada.
Dengan tergesa dia menabrakkan tubuh ke pintu, berusaha menutup rapat-rapat agar hantu gentayangan yang hendak masuk itu terhalang.
Kekuatan gaib Hantu Penghadang Pintu mulai bekerja.
Pintu kayu bergetar hebat hingga melengkung tak berbentuk. Kekuatan dahsyat membuat rangka pintu berderit, seolah didorong oleh hantu lain yang ingin menguncinya.
Namun telapak tangan pucat di luar tetap menempel erat di permukaan kayu.
Bahkan kekuatan gaib Hantu Penghadang Pintu pun tak mampu mengunci rapat.
Hanya dalam beberapa detik kebuntuan, Li Yang bahkan merasa tubuhnya perlahan terdorong mundur.
Celah pintu kian melebar.
"Hantu ini sangat tidak biasa," bisik Li Yang dengan hati berdebar.
Fakta bahwa hantu luar sanggup melawan Hantu Penghadang Pintu adalah pertanda mengerikan yang dia pahami betul.
Seiring pintu yang kian terbuka...
"Li Yang tidak berani ragu lagi, dia mengambil palu kecil bernoda darah di tangannya dan menghantam telapak tangan di tepi pintu itu."
Palu kayu kecil sebenarnya tidak menyakiti orang, tapi ini adalah barang gaib yang memiliki kemampuan ganjil.
Saat palu menghantam telapak tangan itu, telapak tangan pucat itu segera melengkung tak berbentuk, kemudian menarik diri dengan cepat seolah merasakan sakit.
Salah satu tangan hantu berhasil dipukul mundur.
Tapi pintu tetap tidak bisa tertutup, seolah tubuh hantu masih menghalangi.
Li Yang yang melihat metode ini manjur, segera mengulurkan tangan dan mengayunkan palu kecil bernoda darah ke kegelapan di luar.
Dia merasakan posisi hantu dan berhasil mengenai sekali.
Hanya dengan sekali pukulan, hantu di luar pintu terpaksa mundur dan tidak lagi memblokir pintu.
"Braak!"
Sesaat kemudian.
Pintu rumah terkunci, hantu terisolasi di luar. Tampaknya belum pergi karena tidak terdengar langkah kaki, tapi keringat dingin bercucuran di wajah Li Yang.
"Nyaris celaka."
Hatinya berdebar ketakutan.
Sepuluh ribu kali tidak menyangka, hantu ternyata muncul dengan cara meniru suara komandan tim, hampir saja terkecoh.
"Kewaspadaan masih kurang." Dia merasa malu sekaligus introspeksi diri.
Tapi sebelumnya Li Yang sudah waspada, menyimpan akal licik. Kalau tidak, jika langsung membuka pintu, bahkan kesempatan melawan pun tidak ada.
Setelah menenangkan diri, Li Yang tetap berjaga di pintu.
Sepuluh menit berlalu, setengah jam berlalu, segalanya kembali tenang.
Namun Yang Jian yang asli tak kunjung muncul.
Yang Jian terjebak.
Terjebak di Kamar 502, dia tidak mati tetapi juga belum menangani fenomena gaib di dalamnya.
Segalanya seolah mandek dalam situasi kebuntuan.
Namun di luar Kantor Pos.
Di sebuah gedung apartemen biasa di kota kecil lain, tinggallah sebuah keluarga.
Keluarga ini terdiri dari pasangan suami istri dengan seorang anak berusia 11-12 tahun.
Saat ini pukul 7 malam, mereka baru saja selesai makan malam dan duduk di sofa sambil menonton TV, mendiskusikan berita dan gosip.
Namun tepat di saat ini.
Lampu di ruang tamu berkedip beberapa kali seolah ada gangguan listrik, lalu pria berusia sekitar 40 tahun di sofa itu tiba-tiba menyadari sesuatu dan cepat-cepat menoleh ke jendela.
Di luar jendela terlihat pemandangan kota, namun di matanya samar-samar muncul bangunan era Republik berpendar lampu neon di kejauhan.
Bangunan itu tidak ada di dunia nyata, seperti halusinasi, dan hanya dia yang bisa melihatnya.
"Keseimbangan lantai lima mulai runtuh... Benarkah ada yang bisa mengeluarkan surat hitam yang terkunci itu?" Pria itu berdiri dengan wajah sangat pucat.
Dengan tergesa-gesa, dia mengambil ponsel dan memutar sebuah nomor.
"Aku sudah tahu, masalah di lantai lima Kantor Pos muncul lagi, dan kali ini lebih parah dari sebelumnya," suara berat seorang pria terdengar dari telepon.
"Bagaimana kita harus menghadapinya?"
"Surat hitam tidak boleh muncul, kalau tidak semua kurir di lantai lima akan dibayar lunas. Pasti akhir-akhir ini ada pendatang baru yang naik ke lantai lima, dan pendatang baru itu bukan orang sembarangan. Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, seperti biasa, bekerja sama menghabisi dia, pertahankan pengaturan seperti sebelumnya."
"Sekarang malam, penerangan kantor pos padam."
Suara di ujung ponsel terdiam sejenak: "Kalau begitu besok pagi pukul enam, selagi si pendatang baru belum tahu fungsi surat hitam, habisi dia. Paling tidak curi surat itu."
Di sebuah hotel di kota lain.
Seorang wanita berbaju kebaya merah yang anggun sedang memandangi lampu yang berkedip di ruangan. Tiba-tiba ia melihat jalan samar menuju kantor pos muncul di balik jendela kaca, namun jalan itu segera menghilang kembali, sangat tidak stabil.
"Apakah misi kantor pos akan segera dimulai?" Liu Qingqing terdiam.
Kekhawatiran terbesarnya, situasi yang paling membuatnya cemas akhirnya benar-benar terjadi.
Awalnya mengira tidak akan secepat ini, tapi sekarang jelas keberuntungan itu tidak ada.
