Kegelapan menyelimuti kantor pos, seluruh gedung sunyi senyap.
Konon setelah lampu kantor pos padam pukul enam, berbagai kejadian aneh akan terjadi. Kurir yang tinggal di dalam disarankan untuk tidak keluar pada malam hari, kalau tidak bisa hilang secara misterius dan tidak pernah ditemukan lagi.
Namun bahaya yang tersembunyi dalam kegelapan tidak bisa mengusir semua orang.
Yang Jian justru menjelajah dalam kegelapan, berusaha mengungkap lebih banyak informasi dan rahasia tentang Kantor Pos Hantu. Dia tahu mungkin ada hantu gentayangan di malam hari, tapi yakin bisa menghadapi bahaya tersebut.
"Pintu gerbang tangga ke lantai lima kantor pos tampaknya terbuka pada malam hari."
Sebuah pintu kayu tua model ganda yang setengah terbuka.
Setelah Yang Jian membukanya, terlihat tangga menurun yang seolah mengarah ke aula utama lantai satu kantor pos.
Setelah merenung sebentar, dia memutuskan untuk turun melihat.
Tangga kayu tua berderit-derit dalam kegelapan, seolah akan runtuh kapan saja karena lapuk.
Kabut hitam pekat seperti asap menyelimuti sekeliling, menghalangi pandangan ke lantai bawah. Bahkan mata hantu pun tidak bisa menembusnya, jarak pandang yang bisa dilihat sangat terbatas.
Ketika Yang Jian menyelesaikan satu bagian tangga, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya.
Dia mendengar sebuah suara.
Suara langkah kaki yang sedang naik tangga, meski jaraknya tampak jauh dari dirinya, namun tak perlu diragukan lagi bahwa suara langkah kaki itu benar-benar ada.
"Sepertinya ada sesuatu di lantai bawah yang sedang naik melalui tangga." Alis Yang Jian berkerut saat ini: "Apakah ini hantu?"
Reaksi pertama di otaknya adalah mengalami pertemuan dengan hantu gentayangan.
Karena sekarang adalah waktu padam lampu di kantor pos, pada dasarnya mustahil ada orang hidup yang keluar-masuk kantor pos pada jam-jam ini, hanya hantu gentayangan yang akan berkeliaran setelah lampu padam.
"Apakah suara langkah kaki itu juga berhenti?"
Setelah itu, Yang Jian tidak mendengar suara langkah kaki itu lagi, sepertinya berhenti di suatu anak tangga di bawah.
Terhalang oleh kegelapan pekat seperti awan kelam, sumber suara langkah kaki itu mustahil dipastikan.
Namun pada saat yang sama.
Zhao Feng yang sedang naik tangga dari lantai bawah juga menghentikan langkahnya.
Wajahnya yang agak gemuk menunjukkan ekspresi muram dan waspada, menatap ke atas. Ia tak bisa melihat apapun di depan mata, hanya bisa meraba pegangan tangga sambil terus maju.
"Pasti tidak salah dengar. Baru saja ada suara langkah kaki turun dari lantai atas. Keberuntunganku tidak mungkin seburuk ini, baru datang ke kantor pos sudah bertemu hantu di dalamnya? Itu pun di tangga? Ternyata benar, datang ke kantor pos saat lampu padam di malam hari bukan keputusan baik. Seharusnya aku menunggu sampai besok pagi pukul enam saat subuh."
Zhao Feng mulai ragu-ragu.
“Dia tidak ingin berkonflik dengan hantu gentayangan di dalam kantor pos, hal itu tidak ada artinya. Selain itu, tingkat bahaya hantu di kantor pos juga sangat tinggi. Jika tidak ditangani dengan baik, dirinya sendiri mungkin mati di sini.”
“Membunuh pendatang baru yang menuju lantai lima mungkin tidak perlu terburu-buru. Meskipun surat hitam telah muncul, tugas pengiriman surat setidaknya baru akan dikirim besok. Saat itu kita masih bisa bertindak.”
“Zhao Feng tidak terlalu ingin menghadapi hantu di tangga, dia ingin mundur sementara waktu.”
“Namun tepat ketika pemikiran ini baru muncul di benaknya,”
“Langkah kaki di atas tangga muncul kembali. Sepertinya pemilik langkah kaki itu setelah berhenti sebentar, melanjutkan turun. Dari frekuensi suara bisa dinilai, langkah ini tidak melambat, malah semakin cepat.”
“Sepertinya menyerangku.” Zhao Feng segera mengurungkan niat untuk pergi.
“Dia sangat paham, jika hantu benar-benar mengawasinya, pergi pun tidak ada artinya. Hantu akan terus mengikuti sampai serangan selesai.”
“Tak ada cara, harus menghadapi hantu gentayangan yang akan datang ini dulu.” Zhao Feng bersiap-siap, matanya membelalak menatap ke depan.
“Dalam kegelapan dia tak bisa melihat jelas, tapi mencoba memperkirakan jarak melalui posisi langkah kaki.”
“Yang Jian turun lewat tangga. Meski sempat ragu sebentar, tidak berlama-lama karena yakin bisa menghadapi hantu gentayangan yang akan muncul.”
“Mata hantu mengintai.”
“Jarak pandangnya memang terbatas, tapi setidaknya bisa melihat jelas ke depan.”
“Seketika.”
"Wajah Yang Jian sedikit berubah, tidak tahu apakah ini ilusi. Dia tiba-tiba melihat seorang pria di tangga - bertubuh agak gemuk, mengenakan celemek, sekitar usia 40-50 tahun. Pria itu dengan wajah muram menengadah, tatapan tajamnya mengarah ke sini."
"Seolah-olah sedang waspada terhadap dirinya."
"Mengapa masih ada orang hidup di kantor pos pada jam seperti ini? Apakah ini kurir surat? Tapi ini tangga menuju lantai lima, kurir surat biasa mustahil muncul di sini."
"Dia berhenti tak bergerak, mungkin menganggapku ancaman? Tidak, ini malam hari. Dia tak bisa melihatku. Pasti hanya mendengar langkah kakiku seperti yang kualami sebelumnya. Sekarang dia pasti mengira aku hantu yang ingin menemuinya, lalu menyiapkan diri untuk menghadapi."
"Apa tujuan kurir surat lantai lima datang ke kantor pos malam ini? Misi pengiriman surat tidak mungkin terjadi malam hari. Jangan-jangan datang untuk istirahat lebih awal? Tapi situasi lantai lima begitu rumit, mustahil ada kurir surat yang nekat datang malam-malam."
"Yang Jian melihat Zhao Feng, tapi Zhao Feng tidak melihat Yang Jian."
"Maka Yang Jian mulai menganalisa situasi sambil terus mengamati."
"Dia menduga kehadiran orang ini terkait surat hitam di tangannya. Lao Li di ruangan 502 pernah bilang, begitu surat hitam meninggalkan ruangan itu, misi pengiriman surat lantai lima kantor pos akan aktif kembali."
"Begitu misi pengiriman surat muncul, para kurir surat lantai lima pasti akan menerima sinyal."
“Orang ini 80-90% sudah menyadari adanya masalah di kantor pos lantai lima, jadi langsung datang untuk menyelidiki situasi. Artinya, dia datang untuk menyerang saya.”
Mata Yang Jian menyipit, segera bersiap-siap.
Setelah memikirkannya dengan jelas, dia akhirnya mengerti apa yang harus dilakukan.
“Langkah kaki itu berhenti lagi, dan jaraknya sepertinya tidak terlalu jauh dariku.” Zhao Feng tetap diam dalam kegelapan dengan tenang.
Semakin sembrono menghadapi hantu gentayangan, semakin besar kemungkinan diawasi arwah penasaran.
Diam di tempat tanpa melakukan apa-apa justru cara paling aman.
“Tidak beres. Jika benar hantu gentayangan, langkah kaki itu harusnya terus turun tangga, tidak mungkin berjalan sebentar lalu berhenti.”
Meski sudah lama tidak terlibat peristiwa supranatural, pengalaman Zhao Feng sebelumnya masih ada.
“Bagaimana jika... langkah kaki itu bukan hantu, melainkan manusia?”
Sebuah dugaan muncul di otaknya.
Tiba-tiba Zhao Feng tersentak kaget, seperti menyadari sesuatu.
“Bahaya!”
Zhao Feng segera mengeluarkan tulang putih dari saku, mirip tulang rusuk manusia tapi hanya tersisa sepertiga. Dia menggesekkan tulang itu ke pegangan tangga.
Seperti menggesek korek api, tulang putih itu tiba-tiba menyala.
Cahaya api biru yang seram muncul, nyalanya seperti cahaya fosfor di kuburan, mengambang sebentar di udara. Meski tanpa bahan bakar, api itu tidak bisa padam dalam waktu singkat.
“Api fosfor yang muncul dari tulang ini ternyata dengan cepat mengusir kegelapan di sekitarnya.”
Seketika.
Segala sesuatu di sekitar menjadi terlihat jelas, pencahayaan bahkan lebih baik daripada saat lentera menyala di siang hari.
Sesaat kemudian.
Zhao Feng tiba-tiba melihat seseorang berdiri dengan sikap superior di atas tangga yang memandanginya. Orang ini terlihat muda, sekitar dua puluhan, tatapannya dingin dan kejam. Yang paling mengesankan adalah bola mata merah yang terus berputar-putar dengan gelisah di alutnya.
"Orang ini mungkin pendatang baru yang mengambil surat hitam dari lantai lima."
Saat bertemu dengan Yang Jian, Zhao Feng membuat penilaian refleks.
Harus diakui, penilaian ini sangat akurat. Dia memang memiliki kemampuan improvisasi yang luar biasa, jauh lebih hebat dari kurir surat yang pernah ditemui Yang Jian sebelumnya.
"Namaku Zhao Feng, kurir lantai lima. Aku harus kembali ke lantai lima karena ada urusan. Tak kusangka akan bertemu kurir lain di sini. Sebelumnya tak kulihatmu di lantai lima - mungkin kau pendatang baru dari lantai empat? Berkeliling di kantor pos di malam hari bukan kebiasaan baik. Sedikit ceroboh bisa menghadapi bahaya."
Ekspresi Zhao Feng tetap dingin, tanpa menunjukkan permusuhan maupun berusaha menampilkan kesan baik.
Bagi orang seperti mereka, sikap yang terlalu baik atau buruk sama-sama memicu permusuhan. Bersikap tidak mesra justru paling sesuai untuk salam perkenalan pertama.
Kehilangan kesempatan untuk serangan awal, kini dia memilih bertindak bertahap sambil terus mengamati.
Setidaknya perlu memahami situasi lawan terlebih dahulu.
