Saat perangkaian mayat berhasil, semua mengira akan membangunkan hantu gentayangan yang tertidur pulas selama bertahun-tahun. Tapi yang berubah justru seluruh Kantor Pos Hantu.
Kantor pos bergetar dan bergoyang seperti dilanda gempa dahsyat.
Bangunan utuh, tapi dinding dalam mengelupas, tangga kayu runtuh, lapisan lantai lenyap.
Area lubang langit yang semula diselimuti kegelapan kini telah terang kembali.
Yang Jian, Ye Zhen, Li Yang, Wang Yong, Zhou Ze, dan Zhong Yan terjebak dalam situasi tak terduga. Kaki mereka terperosok, setiap lantai hancur berantakan. Dalam sekejap, mereka sudah jatuh ke aula lantai satu.
Debu beterbangan, puing-puing berhamburan.
" perabotan tua yang sudah lapuk tak bisa lagi dipertahankan, dan hari ini akhirnya mengalami kerusakan."
"Ptui, bangunan sampah macam apa ini? Tiba-tiba saja ambruk. Pasti yang membangun benda ini menyantap uang suap, proyek kacangan yang khas. Kalau sampai ketemu denganku Ye Zhen, pasti ku-tebas dia."
Ye Zhen berdiri di atas reruntuhan, tidak bisa menahan diri meludah.
"Kekuatan gaib yang mempertahankan kantor pos sebagian telah lenyap, sehingga bangunan tua ini mencapai batas maksimalnya dan akhirnya rusak. Ini karena mayat itu membuka matanya menunjukkan tanda-tanda terbangun, lalu perubahan ini terjadi."
Debu beterbangan.
Yang Jian tetap berdiri kokoh, mata hantu merah darahnya menyapu seluruh area.
Segera debu yang beterbangan cepat-cepat menghilang, puing-puing di lantai juga lenyap tanpa jejak dalam sekejap.
Dia menggunakan wilayah hantu untuk membersihkan sampah-sampah ini.
Tak lama kemudian.
Pandangan di sekitar pulih.
Di lantai, Li Yang, Wang Yong, Zhou Ze dan anggota lainnya buru-buru berdiri dari posisi duduk.
Jatuh dari lantai lima, mereka tidak terluka.
Sebagai Pengendali Hantu yang memiliki kekuatan gaib, jatuh biasa takkan merenggut nyawa mereka.
Saat itu kerumunan melihat tata letak dalam kantor pos mengalami perubahan drastis—sebuah gedung berbentuk huruf U dengan lima lantai, di dinding muncul retak tangga struktur beton yang menghubungkan semua lantai.
"Ternyata ada tangga terselubung di dalam dinding." Ekspresi wajah Wang Yong berubah samar.
Li Yang berkata dengan suara berat: "Saat di lantai empat, kami pernah diserang oleh seekor hantu gentayangan. Ketika hantu itu muncul, muncul juga tangga, tapi kemudian menghilang. Sekarang jelas tangga itu tidak benar-benar hilang, melainkan selalu ada tapi tertutup dinding. Kurir surat tidak bisa menemukannya."
"Jadi begini bentuk asli kantor pos? Lantai satu sampai lima saling terhubung, tidak ada lapisan-lapisan terpisah." Zhou Ze mengangkat kepala sambil memeriksa sekeliling.
"Jika benar begitu, berarti kantor pos sebelumnya pasti direnovasi oleh seseorang. Aturan kurir naik lantai juga dibuat belakangan, bukan dari awal." Li Yang berdugaan.
Wang Yong merenung: "Hanya pengelola yang punya hak merenovasi kantor pos dan membuat aturan pengiriman surat baru."
"Hantu ketuk pintu? Orang tua bermarga Luo itu?" Li Yang menoleh ke arah Yang Jian.
Kemungkinan besar benar.
Orang tua bermarga Luo itu mungkin ingin memilih pengelola baru, makanya membuat aturan pengiriman surat yang kejam ini untuk menyaring kurir surat terbaik sebagai penggantinya.
"Tunggu dulu, mana mayatnya?" tiba-tiba wanita bernama Zhong Yan bertanya hati-hati.
Pertanyaan itu langsung menarik kembali perhatian mereka.
Kerumunan mengamati sekeliling mencari mayat perempuan yang baru saja dirangkai.
Seketika.
Yang Jian dan Ye Zhen yang pertama mengarahkan pandangan ke atas kepala.
Ke arah lantai lima.
"Aula utama lantai lima meski sudah runtuh, di sekitar area yang berbatasan dengan kamar-kamar masih tersisa sebuah koridor. Di koridor yang cacat dan terpisah-pisah itu, tiba-tiba muncul sesosok mayat perempuan mengerikan dengan kulit pucat membalut tubuhnya yang ditempeli lembar-lembar kertas hitam. Jenazah itu telah bangkit, dengan tatapan mata menunduk mengarah ke kerumunan di lantai bawah."
"Dia sedang menantangku! Tak pernah ada yang berani berdiri di atas kepalaku dan memandang ke bawah seperti ini. Ini jelas-jelas merendahkanku!" Ye Zhen berkobar amarahnya, langsung ingin menyergap mayat perempuan itu untuk kembali bertarung.
Tapi Yang Jian berhasil menghalanginya.
"Untuk apa kau menghalangi? Jangan-jangan kau anggap aku bukan rivalnya?" seru Ye Zhen.
"……" Yang Jian menghela napas dalam-dalam, pola pikir Ye Zhen benar-benar membuatnya kehilangan kata-kata.
"Tak perlu bentrok dengan barang itu. Terlalu banyak keanehan di kantor pos ini. Kita cukup menunggu Sun Rui muncul kembali. Sebelum itu, lebih baik hindari masalah. Lagipula kondisi mayat ini terlalu ganjil, tidak seperti hantu biasa. Jika kau nekat menghabisinya dan memicu konsekuensi buruk, situasi bisa makin kacau."
Yang Jian menjelaskan sambil terus mengamati sosok mayat perempuan itu.
Sementara situasi terlihat mulai stabil, dia tak ingin mengambil risiko kebocoran.
Selain itu, lima bayangan hantu gentayangan masih berkeliaran di aula lantai satu, mengharuskannya tetap waspada.
"Tenang saja, reputasi Sang Ye bukanlah omong kosong. Biar kuhantam dia dulu lalu segera kembali, takkan merepotkan!" tukas Ye Zhen penuh keyakinan.
Yang Jian berkata: "Daripada membuang waktu, lebih baik kau hadapi hantu di aula ini. Dengarkan saranku, mayat perempuan di lantai lima itu ditunda dulu."
Dia merasa ada rahasia di balik mayat perempuan itu, dan tak ingin Ye Zhen merusaknya.
"Baiklah, menghormati posisimu, Sang Ye akan melepaskannya untuk sementara." Ye Zhen mendengus dingin ke arah mayat itu, menunjukkan ketidakpuasan yang jelas.
Namun perkataan Yang Jian ternyata efektif. Ye Zhen kini mengalihkan pandangannya ke beberapa siluet hantu gentayangan mengerikan di aula.
Melihat ini, Yang Jian akhirnya sedikit lega.
Awalnya dia khawatir tak bisa menghentikan Ye Zhen, yang bisa memicu pertarungan lagi.
Ternyata Ye Zhen masih mau menghargai situasi, tak bertindak semaunya sesuai karakter aslinya.
"Jangan hiraukan barang itu dulu. Tunggu sebentar. Jika Sun Rui masih hidup, dia pasti kembali. Serangan hantu setelah merobek surat hitam juga sudah lewat. Selama tak ada kejadian tak terduga, kita punya waktu aman sementara."
Yang Jian menjelaskan pada Li Yang, Wang Yong dan anggota lainnya.
"Tapi hantu belum diselesaikan, tidak apa?" tanya Wang Yong.
Dia menunjuk ke empat bayangan hantu yang bergerak di aula.
"Selama kita tahu aturan membunuhnya, kita aman untuk sementara. Lagipula makhluk itu belum bisa ditangani sekarang. Biarkan Ye Zhen yang cari solusi." jawab Yang Jian.
Kerumunan mengangguk setuju.
Justru Ye Zhen kini asyik mempelajari siluet-siluet hantu tersebut dengan penuh minat.
Meski norak, dalam urusan supranatural dia masih punya nalar - tak sepenuhnya gegabah tanpa pemahaman.
“Bayangan hanyalah ilusi, sumber adalah masalah utama, lagi-lagi permainan memecahkan kode? Ini bukan masalah bagi Sang Ye.” Ye Zhen menatap bayangan-bayangan hantu itu sambil merenung.
Pada saat yang sama.
Di area lain kantor pos.
Di sini terdapat tangga yang jarang diinjak orang. Saat ini Sun Rui berjalan pincang sendirian menaiki tangga ini. Di depannya ada sosok buram yang ganjil seolah memberi isyarat untuk diikuti.
Sun Rui memang melakukan hal itu.
Tangga ini terasa panjang tak berujung. Depan gelap gulita, sekitar terasa menekan, sunyi mencekam. Hanya langkah kakinya yang bergema.
Lorong sempit, redup, dan menekan ini mudah membuat orang tegang.
Tapi ekspresi Sun Rui tetap tenang, tanpa rasa takut.
Pengalaman mengerikan yang dialaminya selama hari-hari ini di kantor pos sudah cukup banyak. Setiap malam dia bertahan sendirian. Tempat ini sama sekali tidak berarti.
Seperti sudah berjalan lama.
Tak lama kemudian.
Ujung tangga akhirnya tiba.
Ada sebuah ruangan.
Di kedua sisi pintu tergantung lentera tembok redup. Di pintu tergantung plat nomor tembaga bertuliskan: 601.
601？
Ekspresi Sun Rui berubah: "Ternyata, lapisan keenam kantor pos memang eksis. Ini seperti wilayah ganjil yang terpisah, tidak tersambung dengan lantai lima."
Saat dia menarik kembali pandangannya.
Gah!
Pintu nomor 601 itu tiba-tiba terbuka.
Lentera dinding di pintu berkerlip dengan suara "creek", dan siluet orang tua yang ganjil itu langsung menghilang tanpa bekas.
Figur tersebut mungkin adalah fenomena supernatural, bukan hantu sejati, hanya bertujuan untuk mengarahkan orang tertentu masuk ke sini.
"Ini sedang memancingku untuk memasuki ruangan itu," Sun Rui berbisik dalam hati, sambil merasakan kondisi fisiknya semakin membaik, kegelisahan yang hampir bangkit dari hantu gentayangan mulai mereda.
Gejala kakinya yang pincang juga tidak separah dulu, cara berjalannya pun terlihat lebih lincah dibanding sebelumnya.
"Masih banyak anggota di luar yang menahan serangan hantu gentayangan sambil menungguku kembali, kita tidak boleh membuang waktu."
Sun Rui tidak ragu, ia segera memasuki ruangan tersebut.
Ruangan itu gelap, sangat gelap.
Kegelapan yang nyaris membuat Sun Rui meragukan apakah matanya sudah buta.
Namun tak lama kemudian, sebuah lentera minyak menyala dengan cara ganjil, udara di sekitarnya penuh dengan aroma aneh.
Minyak lentera itu memancarkan bau mayat yang menimbulkan rasa tak nyaman.
"Identik dengan lentera minyak yang kudapat di lantai satu," gumam Sun Rui sambil berjalan menuju sumber cahaya.
Tak lama, ia sampai di tempat lentera minyak itu berada.
Terdapat meja belajar bergaya kuno dengan patina alami di permukaannya, seolah telah digunakan selama puluhan tahun.
Di atas meja itu tergeletak buku kecil berwarna hitam, disampingnya terdapat kuas tradisional dan sebuah tinta.
Tatapan Sun Rui tertambat pada buku catatan hitam itu.
Adapun kuas dan tinta di sebelahnya dia abaikan, kedua benda itu adalah barang biasa, bukan barang-barang gaib, hanya buku kecil hitam ini yang memiliki aura tidak membawa keberuntungan.
Kertas hitam itu terasa familiar.
"Ini kertas surat..." Sun Rui langsung paham melihat ukuran dan modelnya.
Namun sebelum dia sempat mengamati lebih lanjut, pemandangan mengerikan muncul.
Dari kegelapan di seberang meja belajar, tiba-tiba muncul telapak tangan orang tua yang kurus mencengkeram satu halaman buku kecil hitam itu, lalu membukanya dengan lembut.
Di halaman pertama tertulis sebuah nama yang sangat indah menggunakan kuas:
『Luo Wensong』
Seluruh tubuh Sun Rui menegang, tangannya refleks meraih tapi mendapati tongkatnya sudah tidak ada di sampingnya, wajahnya langsung menjadi muram.
"Luo Wensong? Marga Luo? Kapten Yang pernah menyebut, hantu ketuk pintu itu saat masih hidup bermarga Luo. Tapi nama aslinya tidak tercatat, di era itu belum ada KTP atau arsip, nama hanya diturunkan secara lisan. Jadi apakah Luo Wensong ini nama asli si Luo tersebut?"
"Tapi nama hanyalah sebuah kode identitas."
Matanya menatap tajam telapak tangan kurus itu, pikirannya dipenuhi berbagai spekulasi.
Tak lama kemudian.
Telapak tangan kurus itu membuka halaman kedua.
Di halaman kedua ternyata juga ada sebuah nama, ditulis dengan pulpen berhuruf anggun:
『Tian Xiaoyue』
Jelas ini nama seorang wanita.
"Tidak, ini tidak benar."
Sun Rui saat ini ekspresi wajahnya berubah samar: "Buku catatan ini seharusnya merekam nama-nama manajer. Nama Luo Wensong ada di halaman pertama, menunjukkan dia adalah manajer pertama. Tapi setelah kematian si Luo, Hantu Gentayangan dibangkitkan membentuk peristiwa supranatural dengan kode nama Hantu Ketuk Pintu yang baru terjadi setahun lalu."
"Menurut logika ini, seharusnya tidak mungkin ada manajer kedua."
Namun nama di buku hitam ini benar-benar ada. Huruf-huruf rapi itu menuliskan tiga karakter: Tian Xiaoyue.
Ini membuktikan kantor pos memiliki manajer kedua.
Tapi telapak tangan kurus yang muncul dari kegelapan tidak berhenti, membalik ke halaman ketiga.
Saat itulah, bulu kuduk Sun Rui merinding karena ternyata muncul nama lain:
『Zhang Xianguang』
Nama ini tidak dikenal Sun Rui, tapi dikenal Yang Jian karena di kantor pos terdapat lukisan minyak figur Zhang Xianguang. Dia adalah kurir lantai lima yang berhasil mengirim tiga surat dan terbebas dari eksistensi kantor pos.
Tapi tak ada yang menyangka nama Zhang Xianguang akan muncul di sini.
Mungkinkah dia juga seorang manajer?
Sun Rui tidak berpikir panjang, hanya mencatat nama-nama di buku ini untuk didiskusikan nanti dengan Yang Jian.
Telapak tangan kurus dari kegelapan perlahan membuka halaman keempat.
Halaman keempat buku hitam ini kosong, tanpa nama, seolah menunggu Sun Rui mengisinya.
"Siapapun yang bisa sampai di sini dan meninggalkan namanya, akan menjadi manajer?"
Sun Rui mengeluarkan pulpen dari saku bajunya. Tanpa berpikir panjang, dia menundukkan badan dan cepat-cepat menandatangani namanya di atasnya.
Manajer keempat: 『Sun Rui』.
Begitu nama itu selesai ditulis, seketika...
Ruangan gelap itu tiba-tiba dipenuhi ribuan nyala api bercahaya. Nyala-nyala itu perlahan menyala terang, ternyata adalah lentera-lentera minyak yang berjejal memenuhi seluruh sudut ruangan 601 yang sebelumnya redup, menerangi tempat itu.
Seiring menghilangnya kegelapan,
Sun Rui menatap tajam ke depan, namun di depan meja belajar itu tak ada lagi jejak telapak tangan kurus. Di posisi itu hanya ada rak baju dengan jubah panjang hitam bergelombang yang menggantung secara ganjil.
Tak ada angin di ruangan ini.
Namun jubah hitam di rak itu tiba-tiba berkibar-kibar aneh, seolah baru saja ada yang menyentuhnya.
Sun Rui terus menatapnya dengan wajah penuh kewaspadaan.
Dia yakin, jubah hitam itu bukanlah pakaian biasa. Fenomena supernatural sebelumnya pasti ulahnya.
Tapi sekarang bukan saatnya memikirkan ini. Dia harus segera memahami situasi di sini, mengubah aturan kantor pos, dan menangani fenomena gaib di dalamnya.
Dengan cahaya ribuan lentera minyak, Sun Rui memandang sekeliling.
Tiba-tiba, matanya tertumbuk pada sebuah lukisan yang belum selesai. Di sebelahnya terdapat berbagai pewarna. Lukisan besar bernuansa mistis itu menggambarkan bangunan tua: Kantor Pos Hantu.
Kantor pos dalam lukisan itu masih sangat sederhana, baru sebatas sketsa kasar.
“Saya kira sudah mengerti…” Sun Rui tampak merenungkan sesuatu.
Maknanya sangat jelas.
Kantor Pos Hantu adalah lukisan yang belum selesai, setiap manajer melukis kantor pos sesuai preferensi mereka sendiri.
