Yang Jian tidak membawa Miao Xiaoshan beserta dua teman sekelasnya pergi dari kota ini. Lagipula dia masih harus belajar di sini, dan sejauh ini kota ini masih cukup aman. Keamanan untuk belajar, tinggal, bahkan bekerja di sini masih terjamin.
Sebelumnya di gedung itu sebenarnya tidak terjadi peristiwa supranatural.
Melainkan ada orang yang menggunakan kekuatan gaib untuk membunuh.
Tapi, dia tidak ingin ikut campur karena peristiwa supranatural yang disebabkan manusia pasti tidak akan berkembang besar, bahayanya juga kecil. Biarkan saja penanggung jawab Gao Ming yang menanganinya.
Tak lama kemudian.
Dia muncul di sebuah kompleks perumahan vila mewah yang jaraknya tidak terlalu jauh.
Untuk perubahan posisi tiba-tiba dan muncul di tempat lain seperti ini, Miao Xiaoshan sudah terbiasa. Dia tahu ini adalah Wilayah Hantu milik Yang Jian, sejenis kekuatan gaib.
Tapi bagi Liu Zi dan Sun Yujia, kedua orang ini masih merasa sangat terkejut.
"Aku punya sebuah vila di sini. Kalian bisa tinggal di sini selama masa kuliah nanti," kata Yang Jian.
Liu Zi memeriksa sekelilingnya. Dia mengenali tempat ini, sebuah kompleks perumahan vila terkenal yang paling top. Setiap vila di sini bernilai satu miliar ke atas. Penghuninya adalah orang kaya atau terpandang, dan karena jumlahnya sangat terbatas, meski punya uang belum tentu bisa membeli.
Dia melihat Yang Jian, namun merasa semua ini masuk akal.
Untuk figur seperti ini, berapapun jumlah kekayaannya tidak akan terasa aneh.
"Tapi sudah lama saya tidak ke sini, mungkin dalamnya agak kotor. Saya perlu membereskannya. Kalian tunggu di sini beberapa menit." Setelah mengatakan itu, Yang Jian menurunkan Miao Xiaoshan.
Miao Xiaoshan melirik Yang Jian, lalu melihat vila ini.
Dia menyadari semua jendela dan pintu vila terkunci rapat tanpa celah sedikit pun, persis seperti ruang rahasia raksasa.
Di dalam hati, dia mulai memahami maksud "rumah ini agak kotor".
"Hati-hati," bisik Miao Xiaoshan.
Yang Jian mengangguk. Dia berjalan ke pintu gerbang. Tanpa kunci, hanya dengan bayangan hitam di kakinya yang bergoyang tak wajar, pintu vila berat itu pun terbuka.
Di dalamnya gelap gulita, tak ada secercah cahaya.
Tak menghiraukan kegelapan, Yang Jian bergegas masuk.
Begitu masuk, dia langsung mengunci pintu gerbang.
"Kenapa misterius sekali? Kalau cuma bersih-bersih, kami bisa bantu. Lagi pula kami tidak sibuk," kata Liu Zi.
Sun Yujia berbisik, "Pasti ada rahasia di dalam yang tidak boleh kami tahu."
"Oh begitu rupanya," Liu Zi tersadar, merasa kemungkinan itu sangat besar.
"Sebentar lagi selesai. Jangan berpikir macam-macam. Mungkin hanya pemeriksaan keamanan rutin," Miao Xiaoshan pura-pura tidak tahu, memberi penjelasan.
Saat ini,
Di dalam vila yang sepi, sepasang mata hantu merah darah mengintai ke setiap sudut.
Dia tidak akan lupa:
Di vila ini tersimpan benda gaib yang sangat tabu.
Sebuah Lukisan Hantu!
"Dulu ketika Yang Jian meninggalkan kota ini, dia menaruh Lukisan Hantu di sebuah ruang aman di vila ini, lalu memblokir bangunan ini, baru memilih untuk pergi. Tapi setelah waktu yang lama, dia tidak berani memastikan apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga di sini. Jadi sebelum masuk, dia harus memastikan keamanan tempat ini."
"Lantai satu tidak ada masalah." Yang Jian segera muncul di lantai dua.
Vila ini dibangun secara khusus dengan kertas emas menempel di dinding. Saat lampu dinyalakan, seluruh ruangan berkilauan. Lapisan kertas emas ini bisa mengisolasi pandangan Mata Hantu. Karena itu dia harus memeriksa setiap ruangan satu per satu.
Setelah memastikan tidak ada masalah, dia naik ke lantai tiga.
"Semuanya normal." Tak lama kemudian Yang Jian muncul di depan ruang aman.
Tapi saat berdiri di depan ruang aman, wajahnya berubah.
Karena pintu ruang aman itu terbuka.
Dia ingat saat pergi dulu, pintu ini terkunci rapat dengan sebuah Lukisan Hantu di dalamnya.
"Jadi selama ketiduranku, ada hantu yang berkeliaran keluar dari ruang aman?" Dadanya terasa berat.
Tapi saat masuk, dia menemukan sebuah lukisan minyak terletak diam di dekat tembok.
Kain hitam yang awalnya menutupi lukisan itu kini jatuh di sebelahnya, seolah digeser oleh sesuatu, memperlihatkan wujud asli lukisan tua ini.
Latar belakang lukisan minyak adalah sebuah kota yang redup dan menekan. Di bagian tengahnya terdapat lukisan potret seorang wanita. Namun lukisan ini terlihat agak buram. Wanita itu seolah tersenyum, tampak lembut, namun juga memancarkan sikap dingin yang tak terjelaskan. Sepasang matanya terus menatapmu tanpa henti, menciptakan kesan mengerikan di lingkungan yang remang-remang ini.
Potret tersebut buram dan tidak cukup jelas, sehingga pencahayaan dan sudut pandang yang berbeda akan memberikan kesan yang berbeda pula.
"Hantu masih berada di dalam lukisan, ini menandakan situasi masih terkendali. Belum terjadi kasus hantu meretas dunia nyata," bisik Yang Jian dalam hatinya.
Wanita dalam lukisan itu adalah hantu gentayangan. Bahkan gambar gaib yang tercipta darinya tetaplah hantu.
Tidak menatap terlalu lama.
Yang Jian langsung mengambil kain hitam dan menutupi lukisan itu, kemudian mengunci kembali pintu ruang aman tersebut dengan kencang.
Dia memutuskan untuk membawa pergi Lukisan Hantu ini sebelum kepergiannya, mengirimkannya ke apartemen neraka di Kota Dahan yang dikelola Sun Rui.
Jika semua berjalan mulus, melalui Lukisan Hantu ini, para kurir surat yang pernah meninggalkan potret di kantor pos akan memiliki kemampuan untuk meretas dunia nyata.
Metodenya telah terukir di benak Yang Jian.
Hanya saja penggunaan metode ini mengandung risiko tertentu. Jika gagal, Lukisan Hantu bisa saja lepas kendali.
Namun semua kekuatan gaib pada dasarnya tidak aman.
Terkadang, selama nilainya cukup besar, risiko ini patut ditanggung.
Setelah memeriksa Lukisan Hantu ini hingga tuntas.
Mata Hantu Yang Jian menyapu ruangan, membersihkan debu-debu sebagai persiapan untuk Miao Xiaoshan yang akan tinggal di sini.
Tak lama kemudian.
Dia kembali ke ruang tamu, menyalakan semua lampu hingga menerangi seluruh vila, baru kemudian membuka pintu gerbang: "Tidak ada masalah, kalian bisa masuk. Mulai sekarang kalian tinggal di sini. Tempat ini cukup luas, kalau ada teman juga bisa diundang kesini. Saya jarang datang ke sisi ini."
Begitu ketiganya masuk ke vila, mereka langsung terkejut dengan dekorasi megah berkilauan emas di dalamnya.
Setiap sudut dipenuhi nuansa kemewahan.
Tempat ini dulunya adalah kediaman He Tianxiong dari moment. Dulu dia menghabiskan banyak uang untuk membangun tempat ini, berencana menetap lama di kota ini. Siapa sangka karena bermasalah dengan Yang Jian, dia hampir dibunuh. Untuk menyelamatkan nyawa, terpaksa menyerahkan rumah beserta aset besar kepada Yang Jian, akhirnya kabur ke luar negeri.
Saat ini di meja teh aula utama masih tergeletak tumpukan uang tunai, sertifikat properti, kontrak pengalihan aset peninggalan He Tianxiong.
"Wah, tempat ini benar-benar megah!" Liu Zi berkata dengan takjub.
Miao Xiaoshan juga heran: "Saya sama sekali tidak tahu kamu punya tempat seperti ini. Kenapa tidak pernah kamu ceritakan sebelumnya? Apa hadiah dari markas?"
"Bukan. Tempat ini awalnya milik seorang teman. Saya menyelamatkan nyawanya, sebagai ucapan terima kasih dia menghadiahkannya pada saya," jawab Yang Jian.
Benar, dia menyelamatkan He Tianxiong - dengan tidak membunuhnya, itu sudah setara dengan menyelamatkannya.
"Kalian cari kamar di lantai dua. Kuncinya saya serahkan padamu untuk dijaga."
Usai bicara, Yang Jian mengambil setumpuk kunci vila dari tumpukan uang dan kontrak di meja teh, menyerahkannya ke tangan Miao Xiaoshan.
"Ini kurang tepat rasanya..."
Miao Xiaoshan ingin menolak, merasa agak tidak enak hati.
“Kosong juga percuma, kau belajar di sini tidak boleh tidak punya tempat tinggal.”
Yang Jian berkata: “Aku juga bisa tenang kalau kau tinggal di sini, setidaknya tidak akan bertemu orang-orang sembarangan.”
Miao Xiaoshan berpikir sejenak, lalu mengangguk: “Bisakah kami kembali beberapa hari lagi untuk mengambil barang bawaan? Karena buru-buru pergi sebelumnya, banyak barang tertinggal di apartemen.”
“Ambil beberapa hari lagi, mungkin besok tempat itu akan diblokir,” kata Yang Jian.
“Sudah larut, istirahatlah lebih awal.”
Dia mengatur mereka untuk beristirahat di lantai dua, tapi dia sendiri tidak ada urusan mendesak untuk kembali ke Dachang, berencana tinggal di sini beberapa hari menunggu kepastian tidak ada masalah sebelum pergi.
Di markas pusat.
Kejadian sebelumnya sudah dilaporkan.
“Yang Jian si Mata Hantu tiba-tiba muncul di kota kami pukul 10 malam 15 menit, disebabkan dugaan peristiwa gaib di tempat teman SMA-nya Miao Xiaoshan yang membuat perempuan ini mengirim sinyal darurat. Sinal dikirim pukul 10.12, berdasarkan lokasi penerimaan, saat itu Yang Jian masih di Kompleks Perumahan Guanjiang Kota Dachang...”
Seorang pegawai sedang membacakan laporan kejadian.
“Dari pengiriman sinyal darurat sampai kemunculan Yang Jian, total hanya tiga menit. Itu belum termasuk waktu membaca informasi dan penundaan keberangkatan. Artinya, Yang Jian berpindah dari Dachang ke sini dalam tiga menit - merentang ribuan kilometer, dan muncul tepat di lokasi kejadian.”
Di dalam kantor, Cao Yanhua menyimak laporan ini dengan serus, wajahnya tegas.
Jelas terlihat.
Setelah beberapa waktu tidak bertemu, kekuatan gaib yang dikuasai Yang Jian semakin mengerikan.
“Menteri, setelah kejadian tersebut, penanggung jawab Gao Ming muncul dan sempat bertemu dengan Yang Jian. Dari laporan, sikap Yang Jian tidak bersahabat. Sekelompok mahasiswa diduga telah membuat masalah dengan Yang Jian dan menjadi sasaran balas dendamnya. Bagaimana menurut Menteri untuk menangani situasi ini?”
“Menurutmu Yang Jian sedang membalas dendam pada mereka?”
Cao Yanhua mengayunkan daftar di tangannya.
Halaman pertama adalah arip Wan Hao.
“Laporan dari Sun Rui baru datang hari ini. Mereka baru saja bekerja sama dengan Ye Zhen dari Kota Dahai untuk menangani kasus Kantor Pos Hantu di Kota Dahan. Hasilnya, malam ini Yang Jian langsung menerima sinyal darurat Miao Xiaoshan. Dalam peristiwa supranatural, mereka bahkan berani mencuri Lilin Hantu! Sungguh berani melakukan ini!”
Cao Yanhua menepuk meja dengan keras.
“Saat terjadi peristiwa supranatural, mungkin bisa dimaklumi jika mereka bertindak untuk bertahan hidup,” ujar asisten itu.
“Bertahan hidup dengan mencuri Lilin Hantu keluarga komandan tim? Apa bedanya dengan penjahat yang merampok bank karena tidak punya uang?”
Cao Yanhua berkata: “Apakah pelaku kejahatan ini sudah dewasa?”
“Semua sudah dewasa,” jawab si asisten.
Cao Yanhua melambaikan tangan: “Kalau begitu, tangani sesuai tata krama.”
Setelah berkata demikian, ia melempar dokumen daftar nama itu ke samping. Ia tak ingin membuang waktu untuk masalah ini. Yang ia pedulikan adalah kepentingan nasional.
Siapa pun yang bisa menangani peristiwa supranatural dengan cepat dan efektif, dialah yang akan didukungnya.
Apalagi dalam hal ini, Yang Jian juga tidak melakukan kesalahan.
“Siap, Menteri.” Sang asisten tak berkata-kata lagi.
Tapi dari sikapnya, masih terlihat ada yang tidak puas terhadap Yang Jian.
