Perubahan yang terjadi pada lemari hantu di saat seperti ini benar-benar di luar perkiraan Yang Jian.
Tapi dalam situasi sekarang, dia mustahil kembali mengganggu entitas khusus seperti lemari hantu. Meski kutukan lemari hantu telah mengawasinya, dia tetap memutuskan untuk tidak menghiraukannya sementara waktu.
Berjalan menuju sudut ruangan.
Yang Jian mengulurkan tangan mencoba menyentuh lemari hantu.
Lemari hantu merah ini sudah tidak ada di dunia nyata, hanya terlihat dalam pandangan mata hantu, menyertai Yang Jian di sekitarnya dengan cara yang tak bisa dipahami.
Hal ganjil terjadi.
Ternyata Yang Jian bisa meraba lemari hantu. Tekstur nyata yang terasa membuatnya tahu, benda ini bukan sekadar kutukan belaka, baginya ini benar-benar ada.
"Setelah peristiwa Danau Hantu selesai, nanti akan kuhadapi barang brengsekmu ini."
Dia menutup pintu lemari bagian bawah, berusaha menghentikan genangan air yang terus mengalir keluar.
Namun meski pintu lemari sudah ditutup, air tetap merembes keluar dari celah-celah pintu lemari bagian bawah.
Tak bisa dihentikan, hanya bisa membiarkan fenomena supernatural ini terjadi.
"Tak boleh berlama-lama di sini, aku harus pergi dan membawa serta lemari hantu ini." Gumam Yang Jian sambil merenung.
Dia tak berencana tinggal di Kompleks Perumahan Guanjiang.
"Bagaimanapun besok juga harus dinas luar dan pergi, tidur di mana saja semalam sama saja."
Tak lama kemudian.
Yang Jian segera pergi.
Dia meninggalkan pusat kota Dachang, menuju bangunan terlantar di pinggiran kota, berencana menginap di sini semalam.
Namun setelah Yang Jian muncul di bangunan itu, di sudut bangunan tersebut lemari hantu tetap terletak dengan tenang, terus meresapkan air keruh tanpa henti.
Barang ini masih hanya eksis dalam pandangannya.
Seperti noda kotor di retina, sulit dihilangkan.
Yang Jian melirik sebentar lalu mengabaikannya. Dia hanya duduk bersandar di tembok, menutup matanya dan mulai beristirahat.
Bangunan terlantar yang redup itu menjadi sunyi sepenuhnya.
Waktu berlalu perlahan.
Tak lama kemudian hari kedua tiba.
Pagi hari kedua.
Cuaca tidak terlalu baik, suram seolah akan turun hujan.
Di dalam Gedung Shangtong, Liu Xiaoyu telah menerima informasi dari markas.
"Liu Xiaoyu, beri tahu Yang Jian untuk sampai di Kota Zhongzhou sebelum pukul sembilan. Lokasi kumpul sudah dikirim. Misi ini sangat penting, suruh dia harus sangat berhati-hati dalam menyelesaikannya." Segera, pesan markas tersampaikan.
Liu Xiaoyu menerima poin kunci, disertai sejumlah dokumen khusus.
Dokumen terenkripsi itu tidak bisa dibuka tanpa otoritas, hanya akan terpecahkan saat sampai di tangan Yang Jian.
"Peristiwa Danau Hantu datang." Liu Xiaoyu melihat ke pegawai lain di kantor.
Yang Xiaohua, Lao Ying, dan beberapa pegawai lain menunjukkan ekspresi serius.
"Aku akan segera memberitahu Yang Jian. Kita semua harus anggap ini tidak terjadi, jaga rahasia." Kata Liu Xiaoyu.
Meski informasi ini rahasia, namun kemarin masih ada cukup banyak orang yang tahu tentang rapat di Gedung Shangtong.
Tak lama kemudian.
Liu Xiaoyu mengirimkan informasi ini ke ponsel Yang Jian.
Di saat yang sama.
Yang Jian yang sedang beristirahat di sebuah bangunan tua terabaikan di pinggiran kota terlihat seperti tertidur. Di sudut tak jauh darinya, sebuah lemari tua usang yang dicat merah terang berdiri dengan cara ganjil. Entah sejak kapan, lantai sudah dipenuhi genangan air, bahkan lantai bawah tempat Yang Jian berada pun sudah tenggelam oleh air.
Air yang keruh dan tenang itu menciptakan kesunyian yang terasa ganjil.
Namun melalui pantulan cahaya dari jendela, samar terlihat bayangan-bayangan mengerikan yang sesekali muncul dari bawah genangan air.
Genangan air itu merambat hingga ke dekat Yang Jian, lalu tiba-tiba berhenti.
Tidak mendekat, secara alami menghindarinya. Tapi semakin lama air semakin banyak, sepertinya tak lama lagi akan menelan seluruh tubuhnya.
Tiba-tiba.
Yang Jian terbangun, dia membuka matanya.
Seketika segala sesuatu di sekitarnya berubah.
Semua genangan air menghilang.
Lantai hanya terlihat lembab dengan noda air yang belum kering, tidak separah yang terlihat sebelumnya.
Layar ponsel menyala terang.
Sebuah pesan muncul.
"Kota Zhongzhou... di sanakah sumber peristiwa Danau Hantu?" Yang Jian mengerutkan kening.
Dia pernah membaca arsip Danau Hantu, namun dalam arsip tersebut Danau Hantu hanya digambarkan sebagai danau biasa. Tentang lokasi sumbernya, dia pun tidak tahu.
"Pergi melihat langsung saja pasti jelas."
Yang Jian berdiri, bersiap untuk berangkat.
“Dia melirik lemari hantu yang masih berada di sudut, benda ini sepertinya，，，？
Tidak menghiraukan lebih lanjut。
Mata hantu Yang Jian membelalak, cahaya merah berkilat di sekeliling, dia langsung menghilang。
Pada saat yang sama。
Feng Quan telah tiba di vila Yang Jian di Kompleks Perumahan Guanjiang。
Zhang Liqin bertugas menjemput, dia menyuguhkan secangkir teh hitam kepada Feng Quan lalu berkata: "Bos Yang tidak pulang beristirahat tadi malam, tapi hari ini ada hal penting seperti ini pasti Bos Yang tidak akan lupa, harap menunggu sebentar。"
"Aku tahu, Yang Jian tidak akan terlambat, aku akan menunggu。" Feng Quan mengangguk, lalu menenggak habis teh hitam yang masih mendidih。
Dia tidak perlu makan, hanya sekadar sopan santun saja。
"Harus pergi。"
Tiba-tiba。
Suara Yang Jian muncul, bergema di ruang tamu, tapi dia tidak，。
Di atas meja hanya tersisa cangkir teh yang masih menyimpan sisa kehangatan。
Kota Zhongzhou bukanlah kota istimewa, sebaliknya ini kota yang sangat biasa, tidak sebagus Kota Dahan, juga tidak sebagus Kota Dachang, apalagi dibanding Kota Dadong。
Kota pusat seperti ini, tidak terhitung jumlahnya di seluruh negeri。
Tapi justru kota yang ini adalah sumber peristiwa gaib Tingkat S Danau Hantu。
Setidaknya berdasarkan penyelidikan, sumber Danau Hantu berasal dari sini。
Saat ini。
Kota ini telah lama meredup。
Seperti telah ditinggalkan, tidak lagi ramai dan bising. Sebagian besar warga telah pindah.
Di sini adalah sebuah kota mati.
Tentu saja tidak menutup kemungkinan ada orang nekat atau penasaran yang menyusup masuk ke kota ini.
Tapi hari ini.
Sebuah helikopter khusus tiba di ketinggian kota ini.
Bersamaan dengan pendaratan helikopter.
Satu pria dan satu wanita, dua orang khusus memasuki alun-alun taman di kota ini.
Setelah menurunkan mereka, helikopter segera mundur tanpa berlama-lama.
"Kita yang pertama tiba? Tidak melihat Liu San, juga tidak melihat Shen Lin maupun Yang Jian." Wajah Li Jun tenang, memancarkan mati rasa yang aneh tanpa sedikit pun perasaan manusia hidup.
Melirik sekeliling.
Sepi.
Tak ada seorang pun.
Di alun-alun yang pandangannya tak terhalang ini, semua terlihat jelas sekilas.
Ini titik temu yang ditetapkan markas, juga tempat yang relatif aman.
"Tunggu sebentar, belum pukul sembilan, masih kurang sepuluh menit." Wanita di sebelah membuka mulut berbicara.
Wanita ini cukup cantik, tapi memakai riasan tebal yang tidak selaras. Warna kosmetiknya terlihat aneh, memancarkan aura tidak wajar yang sulit dijelaskan. Tapi jika diamati lebih seksama, tak ada yang mencurigakan, membuat orang merasa tak percaya.
Namanya Ahong, dengan kode nama Rias Hantu.
Hantu Api Li Jun, Rias Hantu Ahong.
Kombinasi sempurna tingkat komandan tim, memiliki modal untuk melawan segala peristiwa supranatural.
“Yang Jian tidak akan terlambat, dia masih sangat tepat waktu. Adapun anggota lain belum tentu.” Li Jun berkata.
Dia tidak punya rasa suka terhadap komandan tim lainnya, malah persepsinya terhadap Yang Jian lebih baik.
Lagipula Yang Jian memiliki jasa nyata yang tak terbantahkan.
“Li Jun, jangan bicara seperti itu. Aku datang jauh lebih awal darimu.” Namun saat itu juga, sebuah suara bergema dari sekitar.
Langsung.
Beberapa arah di sekitar alun-alun ada orang yang mendekat, tapi setelah dilihat lebih teliti, membuat orang terkejut.
Setiap orang persis sama, tanpa perubahan apa pun.
“Manusia Kertas, Liu San.” Di balik kacamata hitam Li Jun, api hantu hijau seram melompat.
Tepat enam Manusia Kertas mendekat, tapi berhenti di tengah alun-alun. Salah satu Liu San maju; “Aku sudah tiba di kota ini setengah jam yang lalu, cuma berkeliling saja. Sarang hantu ini benar-benar tidak layak ditinggali. Sedikit lengah, benar-benar bisa mati.”
“Hanya kau sendiri?” Li Jun bertanya: “Tidak membawa teman lain?”
Liu San berkata: “Tidak perlu. Kalau beberapa komandan tim bekerja sama pun tidak bisa menanganinya, satu orang lagi mana bisa mempengaruhi kepentingan nasional? Lagipula menurutmu aku perlu teman?”
Dia melihat-lihat beberapa Liu San lain di sekitarnya.
Ini baru manusia kertas yang terlihat jelas, siapa tahu berapa banyak Manusia Kertas yang dia sembunyikan di kota ini.
“Kau datang sendiri, atau hanya mengirim manusia kertas?” Li Jun berwajah dingin.
Liu San tertawa: “Aku tidak akan memberitahumu.”
Li Jun maju beberapa langkah: “Masalah Danau Hantu yang sangat penting ini, kau harus serius!”
“Aku sudah sangat serius, tahu tidak.” Liu San mengangkat bahu.
“Saya tidak peduli berapa banyak manusia kertas yang kau kirim, saya harus memastikan wujud aslimu ada di sini. Jika kau menganggap remeh, saya pasti tidak akan melepaskanmu.” Li Jun berkata dingin, menunjukkan kewibawaan yang tak terduga.
“Setiap orang punya rahasianya sendiri, saya tidak akan memberitahumu. Tapi saya akan berusaha sebaik mungkin.” Liu San berkata.
Li Jun mengerutkan kening: “Berkusaha sebaik mungkin? Saya bahkan tidak tahu apakah kau manusia kertas atau bukan, bagaimana saya yakin kau benar-benar berusaha, bukan sekadar mengirim boneka kertas untuk asal-asalan? Saat Peristiwa Lukisan Hantu dulu, saya kira kau benar-benar mati. Ternyata hanya boneka kertasmu yang mati di dalam lukisan itu. Sekarang saya sulit mempercayaimu.”
Dia pernah bekerja sama dengan Liu San sebelumnya, tentu saja prosesnya sangat tidak menyenangkan.
Li Jun mempertaruhkan nyawa menangani Lukisan Hantu, ternyata Liu San hanya mengirim boneka kertas, membuat mereka tertipu dengan mengenaskan.
Hasil akhirnya Chen Yi tewas, Xiong Wenwen terkunci dalam foto oleh kamera gaib, dan arwah gentayangannya sendiri pun bangkit kembali...
“Li Jun, jika kau tidak percaya padaku, tidak masalah kita membagi tugas.” Liu San berkata.
Kalimat itu meluncur.
Seperti memicu amarah Li Jun yang memang sudah membenci Liu San. Wajahnya langsung suram, tangan kanannya menyambar ke arah Liu San.
“Li Jun, jangan-jangan kau mau menyerangku?” Liu San mundur menghindar.
Namun sesaat kemudian, api hantu yang seram tiba-tiba menyala dari tubuh Liu San.
Api itu berkobar, tubuhnya mulai buyar.
Setelah terbakar, ternyata ditemukan Liu San hanyalah boneka kertas kosong yang sama sekali tidak berisi apa-apa.
“Saya hanya ingin kau sendiri yang keluar menemui saya, jangan asal-asalan pakai Manusia Kertas, luruskan sikapmu.” Li Jun berkata.
Dugaan dia benar, Liu San di depan mata hanyalah sebuah Manusia Kertas yang tidak berarti.
“Li Jun, ngapain kau mempersoalkan apakah saya Manusia Kertas atau bukan, yang penting hasilnya baik bukankah cukup?”
Seorang Liu San lagi muncul, ia memicingkan mata berkata: “Masalah Lukisan Hantu waktu itu memang salah saya, tapi kau juga tidak boleh terus-terusan menyalahkan ini. Jika mau menagih utang, saya tidak takut, hanya konsekuensinya bagaimana saya tidak bisa jamin.”
Dia juga punya temperamen, terbakar satu Manusia Kertas oleh Li Jun tanpa alasan jelas membuatnya tidak nyaman.
“Kalau bisa, coba saja.”
Li Jun juga punya karakter, dia jijik pada Liu San yang dianggapnya telah menjebak sampai mati penanggung jawab Chen Yi, ditambah sikap buruk Liu San membuatnya langsung marah.
Telapak tangan terbuka, api hantu hijau melompat-lompat.
Sebuah gedung tinggi modern yang mati suri samar-samar berdenyut dalam kobaran api hantu.
Gedung 'Keselamatan'.
Lokasi gaib yang mengurung Lukisan Hantu dan Guicha.
Hanya Li Jun yang bisa menyambungkan tempat angker mengerikan ini melalui api hantu.
“Li Jun, kalau benar-benar berkelahi, kau akan mati.” Liu San memberi peringatan serius.
“Bicara lagi setelah wujud asalimu datang.” kata Li Jun.
Dia masih tidak percaya bahwa ini benar-benar Liu San.
“Braak!”
Namun sesaat kemudian.
Tiba-tiba sebuah dentuman keras menggema di alun-alun taman ini.
Sebuah tombak retak berwarna keemasan jatuh dari langit, menusuk dalam-dalam ke bawah tanah hingga membuat lantai beton di sekitarnya retak berantakan.
“Bagus, semua terlihat bersemangat. Li Jun, temperamenmu sepertinya lebih meledak-ledak dibanding dulu. Bertindak sekarang tidak bijaksana, sekali pun kau sangat membenci Liu San, tetap tidak boleh.” Suara terdengar, semburat cahaya merah muncul sekejap.
Yang Jian muncul bersama Feng Quan di hadapan mereka.
“Yang Jian si Mata Hantu...” Liu San melirik Yang Jian, lalu melihat tombak yang tertancap di lantai, raut waspada terpancar.
Itulah paku peti mati yang legendaris, disertai golok kayu bakar yang sangat ganjil.
“Bahkan entitas aslinya di mana saja tidak diketahui, cuma mengirim boneka kertas asal-asalan. Yang Jian, kau percaya padanya?” Li Jun berkata.
Yang Jian menjawab: “Aku tidak percaya, tapi harus lihat apakah dia benar-benar asal-asalan. Kalau memang cuma main-main, akulah yang pertama akan menebasnya. Kapten seperti ini lebih baik dibuang. Santai-santai biasa masih bisa dimaklumi, tapi dalam peristiwa gaib Tingkat S berani berbuat seperti ini, jelas menjebak anggota lain.”
“Tidak dibunuh, mau disimpan sampai tahun baru?”
“Ucapanmu benar.” Jarang-jarang Li Jun menyetujui perkataan Yang Jian.
Peristiwa gaib Tingkat S membutuhkan Pengendali Hantu level komandan yang mempertaruhkan nyawa. Kalau di saat seperti ini masih bekerja setengah hati, lebih baik bekerja sama membunuhnya.
“Sepertinya aku tidak melakukan kesalahan apapun terhadap Kapten Yang.” Liu San membalas dengan tawa renyah: “Baru pertama bertemu sudah mau bekerja sama menghabisiku, terdengar sangat menyeramkan. Meski tahu kalian berdua sedang menakut-nakutiku, tapi lelucon seperti ini tidak boleh dilakukan.”
“Aku ingin melihat kesungguhanmu.”
Yang Jian berkata sambil meletakkan tangan di tombak. Dengan tenaga ringan, tombak yang menancap di lantai itu tercabut keluar.
“Aku mengerti.” Liu San terdiam sejenak, lalu berdiri di tempat tanpa bergerak sama sekali.
Pada saat ini, seorang lagi Liu San berjalan keluar.
Dia tidak berbeda dengan yang lain, namun dia mengambil sebuah pisau kecil dan menggores jarinya sendiri.
Darah pekat kehitaman mengalir keluar.
"Sekarang bagaimana?"
Liu San yang jarinya tergores memandangi mereka berdua: "Kali ini saya juga sudah mempersiapkan diri, entitas asli sudah datang, bukan Manusia Kertas. Hanya untuk keamanan, saya memilih bersembunyi. Ini adalah wilayah gaib tempat peristiwa Danau Hantu terjadi. Saya harus waspada terhadap siapa pun, menahan seseorang. Saya tak ingin tumbang di sini."
Kemampuan mengeluarkan darah membuktikan dia bukan Manusia Kertas, melainkan Liu San sejati.
"Itu karena ritualmu kali lalu sangat tidak memuaskan." Yang Jian melirik dan berkata.
"Dalam Peristiwa Lukisan Hantu, jika tidak menggunakan Manusia Kertas, saya sendiri mungkin sudah mati." Liu San berkata: "Saya juga hanya bertahan hidup, tidak ada yang salah."
"Mengingat kau sendiri yang datang, salah paham sementara terhapus." Li Jun membuka mulut: "Selanjutnya harap bisa kerja sama dengan baik."
Liu San sedikit melegakan.
Kapan dua orang ini bisa sekompak ini?
Jika benar-benar bertentangan, Li Jun dan Yang Jian digabungkan, siapa yang tak bisa mereka bunuh?
Dia juga tak yakin bisa bertahan hidup di tangan mereka berdua.
"Jangan bahas saya terus. Bukankah masih ada satu orang yang belum datang? Si Shen itu mana?" Liu San bertanya.
Dia langsung mengalihkan topik, tak ingin dirinya menjadi pusat pembicaraan.
Li Jun berkata: "Dia sepertinya cukup misterius, menjadi terkenal lebih awal, juga menyelesaikan beberapa peristiwa supranatural yang cukup unik. Ditambah kemampuannya yang memadai, dia direkrut langsung sebagai komandan tim. Namun kemudian menghilang beberapa waktu. Meski banyak orang pernah melihatnya, tapi mereka adalah Pengendali Hantu generasi lama yang hampir semuanya sudah mati. Sekarang tidak ada anggota markas yang benar-benar mengenalnya."
"Justru Fang Shiming dulu yang mengenalnya. Lagipula Fang Shiming dan dia berasal dari angkatan yang sama sebagai Pengendali Hantu."
Fang Shiming.
Mantan putra sulung moment. Tak disangka ternyata memiliki irisan dengan komandan tim bernama Shen Lin itu.
Tapi Fang Shiming sudah dihabisi oleh Yang Jian, sejak lama sudah menjadi mayat.
Namun tepat ketika beberapa orang ini menyebut nama Shen Lin...
Tiba-tiba.
Sejumlah memori yang bukan milik mereka sendiri tiba-tiba muncul di otak.
Dalam memori itu, mereka seolah pernah datang ke tempat ini, juga berdiri di alun-alun taman yang sama.
Tapi dalam memori tersebut, alun-alun taman ini belum sebegini terbengkalai, masih normal dengan orang lewat di sekitarnya. Mereka juga berkumpul di sini seperti hari ini untuk berbincang. Hanya satu perbedaan: dalam memori perkumpulan itu ada satu orang tambahan.
Orang bernama Shen Lin itu, dalam memori terlihat duduk di bangku panjang tempat istirahat di taman.
Yang Jian, Li Jun, Liu San, bahkan Feng Quan dan Ahong yang ada di samping, semuanya memiliki memori identik yang sama.
Dengan cepat.
Kerumunan menoleh ke satu arah.
Itulah bangku panjang tempat Shen Lin duduk beristirahat dalam memori mereka.
Hal aneh terjadi.
Memori dan dunia nyata tumpang tindih.
“Tadi bangku panjang yang masih kosong melompong, kini benar-benar muncul seseorang. Orang itu mengenakan pakaian santai, duduk dengan nyaman menyilangkan kaki, bahkan menyapa ke arah sini sambil mengangguk dan tersenyum.”
Penampilan ini persis identik dengan ingatanku tentang Shen Lin sebelumnya.
Seolah-olah gambaran dalam ingatan itu terwujud kembali.
“Shen Lin?” Tatapan Yang Jian menyempit tajam. Dia pernah melihat arsip Shen Lin yang memuat fotonya.
Telah dipastikan kebenarannya.
Ini benar-benar Shen Lin.
“Dengan tak percaya, aku merasa memorinya tiba-tiba muncul di otakku, lalu terwujud di dunia nyata. Bagaimana dia melakukannya?” Feng Quan terkejut luar biasa.
Shen Lin ini jelas sudah bukan manusia normal lagi.
“Dia adalah sosok yang tidak eksis di dunia nyata.”
Mata hantu Yang Jian mengintai, menemukan jejak-jejak aneh. Berdasarkan situasi tadi, dia membuat dugaan berani.
“Shen Lin, bagaimana kau melakukannya? Sebenarnya apa yang terjadi padamu?” Li Jun bertanya.
Shen Lin perlahan bangkit dari bangku panjang. Dia orang hidup, tapi seolah tak berada di dunia nyata. “Hanya keberuntungan yang membuatku selamat. Berubah begini pun bukan kehendakku. Dalam peristiwa supranatural, segala kemungkinan bisa terjadi, bukan?”
“Perkenalkan, Shen Lin, salah satu dari dua belas komandan tim markas. Bertanggung jawab atas Kota Daxia, kode nama Hantu Rupa.”
“Hantu Rupa Shen Lin? Sebutan aneh apa lagi ini?” Ahong di sebelah Li Jun bersungut.
“Itu tidak penting. Yang utama, kita harus bekerja sama menangani peristiwa Danau Hantu. Bagaimana menurutmu, Kapten Yang?” Shen Lin menoleh ke arah Yang Jian.
Yang Jian bertanya: "Jadi, aksi kali ini hanya kau seorang diri?"
"Sejauh ini memang begitu." Shen Lin berkata.
Sejauh ini?
Artinya, Shen Lin ini masih punya anggota tim, hanya tergantung situasi apakah perlu diputuskan.
"Asal personel lengkap tidak masalah, tapi sesuai arahan markas, aksi kali ini harus ada pemimpin tim agar kita tidak bertindak semaunya sendiri." Li Jun menambahkan: "Aku setuju Yang Jian yang memimpin, bagaimana pendapat kalian?"
"Alasannya?" Shen Lin bertanya.
Li Jun menjawab: "Dia punya pengalaman menangani peristiwa gaib Tingkat S."
"Alasan yang bagus." Shen Lin mengangguk.
Liu San menyatakan: "Aku tak keberatan siapapun yang memimpin."
"Kalau begitu diputuskan begitu." Li Jun menegaskan.
Yang Jian menyela: "Tidak perlu, posisi komandan tim tidak diperlukan. Mari bertindak bersama. Kita bukan amatiran, banyak hal tak perlu diingatkan lagi. Semua tahu harus berbuat apa."
Jadi komandan tim?
Lelucon.
Dia tak ingin.
Itu posisi kambing hitam. Hasil bagun tak dapat pujian, kalau gagal malah jadi sial.
Lagipula, setiap orang di sini bukan sembarangan.
Saat genting nanti, perintah pun belum tentu didengar.
Meski percaya diri, Yang Jian masih punya kesadaran diri.
