Kota Taiping rupanya tak se-taiping namanya.
Yang Jian memasuki jalanan yang tak ada di dunia nyata, mengembalikan topeng sebelumnya, tapi di stan kosong itu secara aneh dikembalikan selembar uang kertas tiga yuan.
Uang tiga yuan ini tidak berasal dari era mana pun, dengan warna kertas dan model yang mirip uang palsu produksi rumahan. Tapi uang ini bisa dianggap sebagai barang gaib, hanya satu yang membuatnya ragu: apa beda uang tiga yuan dengan tujuh yuan?
Hanya berbeda nominal saja?
Yang Jian menjelajahi jalanan itu, sementara boneka kertas Liu San berhenti di depan sebuah kuil leluhur di Kota Taiping.
Seorang pria tua bermata satu sekitar enam puluhan yang memegang cangkir teh enamel dengan postur agak bungkuk, menghentikan langkah Liu San dengan keras.
Liu San saat ini curiga, dia memeriksi orang ini. Meski sekilas tampak biasa-biasa saja, tak ada yang aneh, tapi setelah diamati lebih seksama terpancar aura keganjilan yang tidak biasa.
"Pengendali Hantu?" Setelah ragu sebentar, dia langsung bertanya.
Si tua bungkuk di dalam kuil leluhur yang memegang cangkir enamel berkata: "Kuil leluhur Kota Taiping bukan tempat untuk mayat hidup sepertimu. Jangan banyak tanya, kembalilah ke tempat asalmu."
"Tempatmu ini angker. Aku mewakili markas besar untuk menyelidiki. Kau tahu Danau Hantu? Kota Zhongzhou sudah diblokir karena ini, banyak korban jiwa." Liu San berdiri di pintu kuil, tak berani masuk sembarangan.
Dia bertanya sekaligus menyelidiki situasi di sini.
"Tahun mana di luar sana yang tidak ada hantu? Tahun mana yang tidak ada korban jiwa? Bukan urusanku. Aku cuma penjaga kuil, tak tahu banyak." Si tua bungkuk ini berwatak keras, menjawab dengan tak sabar.
"Lalu Danau Hantu Taiping? Sumbernya sepertinya dari sini. Hal ini pasti kau tahu."
Liu San melanjutkan: "Beberapa rekan kerjaku sudah masuk ke kota tua untuk menyelidiki. Jika Nenek tahu petunjuk apapun, harap beri tahu agar peristiwa gaib ini cepat ditangani dan ketenangan kota kecil ini pulih. Nanti tak akan ada orang sepertiku datang lagi, setuju?"
Dia tak bisa membaca latar belakang orang ini, jadi tetap bertanya dengan sopan dan sabar.
"Sudah kukatakan tidak tahu ya tidak tahu."
"Si tua bungkuk mendekat beberapa langkah, matanya terbuka dengan kemarahan: 'Bicara dengan mayat hidup sepertimu membawa kesialan, cepat minggat! Kalau tidak, kau bahkan tak akan jadi mayat lagi.'"
Meski wajah Liu San tetap pucat kekuningan dan aneh, tatapannya sudah menjadi suram. Kesabarannya terhadap orang ini sudah mencapai batas. Walau tak tahu pasti latar belakang si tua bermata satu ini - paling-paling hanya Pengendali Hantu yang dapat kekuatan gaib - dia yakin bisa menghadapinya andai benar-benar bertarung.
"Kami dapat perintah dari atasan untuk menyelidiki situasi di sini. Harap kooperatif. Kuil leluhur ini ada yang ganjil, aku harus masuk memeriksa. Kalau kau nekat melawan, pikir baik-baik: di luar ada rekan-rekanku. Bahkan jika kau bisa habisi kami, markas pasti akan kirim pasukan lain. Nanti situasinya tak akan sama seperti sekarang."
"Kalau mau bekerja sama, tak akan ada masalah."
Ancaman tersirat dalam kata-katanya, menegaskan bahwa dia bukan bertindak sendirian tapi punya tim dan dukungan markas besar di belakangnya.
Mata tunggal pucat si tua bungkuk itu menatap tajam Liu San.
Suasana menjadi tegang.
"Aku tak pernah percaya omongan mayat hidup. Mau masuk? Silakan!" Jawaban tua itu lugas tapi sikapnya jelas.
Andai Liu San nekat masuk kuil, konsekuensinya pasti buruk.
"Kalau begitu, aku tak akan sungkan-sungkan." Liu San tetap nekat, tak gentar.
Dengan berani dia melangkahi pintu gerbang, memasuki kuil leluhur itu.
Bersamaan...
Dari belakang juga terdengar beberapa langkah kaki, dua Liu San lagi muncul. Mereka berdiri tegak di kiri dan kanan tidak jauh dari luar kuil leluhur, mata mereka mengawasi setiap gerakan di sini.
Liu San yang memasuki kuil leluhur hanyalah Manusia Kertas pengintai jalan. Bahkan boneka kertas ini sudah siap menghilang di dalam kuil.
"Braak!"
Begitu Liu San melangkah masuk, belum dua langkah berjalan, pintu gerbang kuil leluhur yang tebal di samping langsung terkunci dengan dentuman keras.
Pencahayaan sekitar tiba-tiba meredup.
Di lobi kuil, asap dupa mengepul. Sedikit demi sedikit, di tempat asap melintas, tiba-tiba muncul beberapa orang. Mereka berjejer seperti tablet leluhur, pria dan wanita, berpakaian kuno yang bukan dari era ini.
Dan yang ganjil adalah,
Hanya area yang terkena asap yang menampakkan siluet manusia. Area lain tanpa asap tetap normal.
Asap segera lenyap.
Semua kembali seperti semula. Tablet leluhur di kuil tetap sama, tak ada yang berubah.
Tapi Liu San menyaksikan pemandangan mengerikan tadi.
Matanya membelalak lebar saat ini, menunjukkan keterkejutan yang mendalam.
"Apa itu? Hantu? Atau rekaman gaib?" Dugaan berkelebat cepat di hati Liu San.
Tiba-tiba orang tua bermata satu itu, sambil memegang cangkir teh enamel, dengan wajah muram bergegas mendekat sambil menunjukkan kemarahan.
Permusuhan yang kuat terpancar.
“Ingin bertindak? Hanya dengan kau saja ingin menghabisiku?” Liu San menarik kembali pikirannya, menatap si tua bermata satu ini, mendengus dingin.
Sebagai Pengendali Hantu tingkat komandan tim, dia tak pernah takut pada siapa pun. Bahkan terhadap Yang Jian, dia hanya waspada. Jika benar berkelahi, dia yakin bisa menghabisi siapapun yang setingkat komandan tim. Dan yang terakhir bertahan pasti adalah dirinya, Liu San.
Namun.
Di luar kuil leluhur.
Dua boneka kertas Liu San berdiri di sana namun mengerutkan alut.
Karena mereka tak bisa merasakan hubungan dengan boneka kertas di dalam kuil.
Pintu kayu tebal seolah mengisolasi segalanya. Kejadian di dalam sama sekali tak mereka ketahui. Normalnya, apapun yang terjadi pada satu boneka kertas, yang lain pasti tahu. Memori bahkan hal gaib pun seharusnya terbagi.
Waktu berlahan berlalu.
“Grek!”
Sekitar dua menit setelahnya.
Pintu kayu kuil leluhur perlahan terbuka.
Dua boneka kertas di luar, salah satunya Liu San cepat-cepat mendekat, berusaha menyelidiki situasi di dalam.
Kuil leluhur masih sama seperti sebelumnya.
Tak ada yang berubah.
Si tua bermata satu itu entah sejak kapan telah memindahkan bangku kayu kecil, duduk di depan deretan tablet leluhur sambil membakar kertas.
Tumpukan kertas kuning yang pucat kekuningan, bagai kulit manusia, dilemparkan ke dalam tungku api.
Cahaya api menyala, menerangi wajah kisut berkerut si tua bermata satu.
Sebuah mata pucat berputar dengan sudut tak wajar, melirik ke arah dua boneka kertas Liu San di pintu gerbang.
“……”
Dua boneka kertas Liu San memandangi setumpuk kertas kuning tebal di tangan orang itu, lalu diam membisu.
Bersamaan dengan itu.
Lokasi lain di kota kuno.
Shen Lin, Li Jun, dan Ahong bersama-sama mencari, di Kota Taiping yang tidak terlalu luas ini mereka segera mengunci titik koneksi antara Danau Hantu dengan dunia nyata.
Itu adalah sebuah sungai kecil yang mengalir melewati kota kuno, di sebelah sungai terdapat sebuah dermaga yang tampaknya sudah berdiri cukup lama.
Batu pualam di sekitar dermaga sudah sangat aus dan licin, membuktikan bahwa dermaga ini dulunya sangat ramai, pasti sering dilalui kapal untuk perjalanan maupun pengiriman barang.
Tapi sekarang.
Tempat ini sudah ditinggalkan.
Sekitarnya dipenuhi rumput liar, sesekali warga kota datang mencuci pakaian di sini.
"Tidak mungkin salah, inilah titik penghubung Danau Hantu dengan dunia nyata. Semua berawal dari sini. Dengan mengikuti aliran sungai ini terus ke depan, kita bisa memasuki Danau Hantu." Shen Lin mengingat-ingat lalu memastikan tidak ada kesalahan.
Fenomena gaib terus menyusuri aliran sungai ini hingga melewati Kota Zhongzhou.
Karena itulah peristiwa Danau Hantu terjadi di Zhongzhou.
Untuk memasuki Danau Hantu, kita harus mengikuti arus dari sumber ini, perlahan terkontaminasi oleh hal gaib hingga terjerumus ke wilayah ganjil itu.
"Panggil Yang Jian dan Liu San kemari, bersiap untuk memasuki Danau Hantu." Li Jun langsung memberi perintah.
"Tidak perlu terburu-buru."
Shen Lin berkata: "Jalannya sudah ditemukan, tapi cara masuknya yang jadi masalah utama. Jika langsung berjalan begitu saja, kita akan tenggelam dalam Danau Hantu. Pengalaman Liu San akan terulang pada kita. Tak ada yang percaya diri bisa bertahan hidup di tempat itu."
"Kita butuh alat transportasi, idealnya sebuah kapal yang tidak akan tenggelam di Danau Hantu."
Li Jun berkata; "Mustahil ada barang itu, Danau Hantu adalah fenomena gaib. Semua kapal akan tenggelam, itu adalah danau yang terbangun dari hal-hal gaib, bukan danau sungguhan."
Danau Hantu hanyalah bentuk manifestasi fenomena gaib, bukan danau sebenarnya.
Jadi perahu kecil tidak bisa mengapung di Danau Hantu.
"Jika Danau Hantu bukan danau sungguhan, maka perahu itu juga bukan perahu sungguhan." kata Shen Lin.
"Shen Lin, kau tahu apa?" Ahong tidak bisa menahan diri terus mengejar.
Li Jun juga menatap Shen Lin: "Apa yang kau sembunyikan?"
Shen Lin berkata: "Pukul dua belas malam ini, di dermaga ini akan ada perahu kayu kecil hitam. Informasi yang kuketahui hanya ini saja. Dugaan saya itu adalah kunci untuk masuk ke Danau Hantu."
"Dari mana kau dapat informasi itu?" tanya Li Jun.
"Saya meretas budak hantu di dalam Danau Hantu, mencuri beberapa informasi tentang hantu. Dalam informasi tersebut ada perahu kecil hitam yang mengalir turun dari kota kecil ini pada malam hari, dengan peti mati terletak di atasnya..." Shen Lin memicingkan mata: "Itu gambaran yang mengerikan, saya tidak berani terus mengintai, kalau tidak bahaya akan mendekat."
Li Jun menatapnya: "Jika perahu tidak muncul, kita akan membuang-buang waktu setengah hari percuma."
"Pasti akan muncul." kata Shen Lin dengan serius.
"Ahong, bagaimana pendapatmu?" Li Jun beralih bertanya.
Ahong berkata: "Menurutku kita harus menunggu, setidaknya ini sebuah kesempatan. Sebelumnya aku sudah mencoba, air yang tercemar oleh kekuatan gaib itu bisa menenggelamkan segalanya. Kita masuk ke Danau Hantu tanpa tempat berpijak, meski bisa mengisolasi dengan wilayah hantu, tapi begitu ada gangguan gaib dan wilayah hantu menghilang, kita semua akan jatuh ke danau dan tenggelam."
"Ini peristiwa gaib Tingkat S, semuanya harus dilakukan dengan sikap tenang. Sekarang ada empat komandan tim yang bekerja sama. Jika kali ini kalah, konsekuensinya bagaimana? Komandan harusnya tahu."
Benar.
Li Jun mengerti.
Kali ini markas besar mempertaruhkan empat komandan tim. Jika dihitung Cao Yang yang hilang dan tael perak, total enam komandan terlibat dalam peristiwa Danau Hantu. Jika masih ada kejadian tak terduga, markas besar akan hancur.
"Tunggu."
"Aksi baru mulai pukul dua belas malam." Li Jun langsung mengambil keputusan dengan tegas.
Dan saat ini.
Di jalanan kota tua yang tidak eksis itu.
"Penyakit manusia masih ada obatnya, penyakit hantu bagaimana?"
Ekspresi Yang Jian berubah samar. Ia berdiri di depan toko tua, di pintu gerbang toko tergantung dua plakat bertuliskan dua baris kalimat.
"Ini apotek, tapi terkunci. Sepertinya sudah lama tidak beroperasi."
Melihat apotek ini, entah mengapa muncul ingatan lain di kepalanya. Bukan ingatannya sendiri, tapi memori yang dulu dicurinya dari Kantor Pos Hantu.
Dalam ingatan itu, ada juga sebuah apotek herbal.
Ia hanya tahu lokasi apotek herbal itu, tapi ingatan tentang bos apotek herbal tersebut tetap buram.
"Ada Pengendali Hantu yang menghadapi bahaya kebangkitan Hantu Gentayangan, memasuki toko obat herbal itu, dan situasi kebangkitan hantu pun membaik."
Di dalam Kantor Pos Hantu, dulu banyak kurir lantai lima yang mendapat pengobatan dari toko obat herbal tersebut.
"Seharusnya... itu keluarga yang sama." Yang Jian mengingat-ingat memori buramnya dengan serius, akhirnya mengakui dengan ragu.
Toko obat herbal dalam ingatannya dan apotek ini adalah satu keluarga.
Hanya saja toko obat di Kota Taiping sudah tutup, sedangkan cabang luarnya masih beroperasi.
"Tempat ini sangat misterius, pasti dulu ada banyak Pengendali Hantu era Republik yang berkumpul di sini, mereka pernah tinggal, hidup, bahkan meninggalkan jejak." Yang Jian menarik pandangannya dan melanjutkan berjalan.
Di depan ternyata ada toko kerajinan kertas.
Di pintu masuk terpajang dua manusia kertas berwarna putih-hitam, satu pria dan satu wanita.
"Lagi-lagi manusia kertas?" Yang Jian berhenti melirik.
Pintu toko terbuka, tapi dalamnya kosong melompong. Namun terlihat banyak manusia kertas, ada cewek cantik, meja kertas, rumah kertas... Stok tidak banyak, beberapa bagian kosong seolah sudah dibeli orang.
"Tidak ada tandu kertas."
Yang Jian merenung, otaknya teringat tandu kertas yang tiba-tiba menjemput Chen Qiaoyang di Kota Dadong.
Model dan gayanya ternyata mirip dengan yang ada di toko ini.
"Ayo masuk lihat."
Dia melangkah masuk ke dalam toko.
Tidak ada jendela maupun lentera, hanya cahaya dari pintu masuk yang membuat suasana terlihat redup dan dingin menusuk.
Toko ini lebih luas dari perkiraannya.
Di dalamnya terpajang berbagai macam manusia kertas dan barang-barang dari kertas.
“Mungkin Liu San akan tertarik dengan toko ini.” Yang Jian menatap barang-barang dari kertas itu.
Mata hantu mengintai.
Semua terlihat normal, tapi sebenarnya tidak ada yang normal.
Perasaan ini sulit diungkapkan dengan kata-kata.
。
Semua kekuatan gaib mengerikan seolah terikat erat dalam setiap manusia kertas dan benda-benda dari kertas ini.
Ikatan ini terlalu kuat, membuat semuanya terlihat begitu biasa.
Tapi jika ikatan ini terbuka, semua kengerian akan segera terungkap.
"Pantas saja orang biasa yang tersesat ke sini langsung pergi cepat dari stan topeng itu. Tempat ini seram, aneh, dan sunyi-sepi, tak ada yang berani terus menjelajah." gumam Yang Jian dalam hati.
Jalan ini sepi, menjual topeng dan manusia kertas, siapa yang berani berkeliaran?
"Tidak boleh berlama-lama, harus segera pergi." Yang Jian hanya datang karena rasa ingin tahu, sekarang setelah melihat-lihat, dia berniat pergi.
"Beli satu saja, sangat murah, hanya tiga yuan." Tapi tepat saat hendak pergi...
Suara penjual tiba-tiba bergema ganjil di telinganya.
Pemilik toko kertas sepertinya sedang menarik pembeli.
Yang Jian menghentikan langkah, menoleh ke kiri-kanan, tapi tetap tak melihat apapun.
Mungkin salah satu manusia kertas itu yang berbicara, atau mungkin toko kertas redup dan seram ini dipenuhi arwah gentayangan.
"Beli satu saja, tiga yuan bisa pilih."
"Suara itu tidak berhenti, masih bergema, dan semakin Yang Jian berjalan ke luar, teriakan penjual ini semakin mendesak, seolah ada seseorang yang tergeletak di bahumu, membujuk di telingamu."
Membuat bulu kuduk merinding.
Yang paling ganjil adalah.
Saat dia sampai di pintu toko, tiba-tiba menyadari.
Dua Manusia Kertas hitam-putih yang sebelumnya berdiri di samping toko kertas, entah sejak kapan sudah berjajar di tengah pintu. Wajah kaku yang dilukis itu menghadap Yang Jian, seolah menghalangi jalannya.
"Apa maksudmu? Memaksa transaksi?"
Tatapan Yang Jian suram, tangannya menggenggam erat tombak retak di genggamannya.
"Tiga yuan pilih satu, sangat murah. Sebelumnya dijual sembilan yuan." Di dalam toko redup, suara ganjil masih bergema.
Suara ini hanya terdengar di telinga Yang Jian, orang lain sepertinya tidak bisa mendengarnya.
"Bukan cuma dua Manusia Kertas di pintu, keanehan lain juga bermunculan." Yang Jian mengabaikan suara ini, Mata Hantu-nya mengintai sekeliling.
Dia menemukan seorang Manusia Kertas wanita cantik yang tiba-tiba bergeser dua meter dari tumpukan kertas, lalu diam membeku di tempatnya dengan cara yang ganjil, seolah ingin menyuruh Yang Jian membelinya.
Barang-barang kertas lain juga mulai berpindah posisi, berbeda sama sekali dengan penempatan sebelumnya.
"Tempat macam apa ini sebenarnya?" Yang Jian menoleh, hatinya dipenuhi kegelisahan.
Setelah merenung sejenak.
Dia mengambil keputusan, mengeluarkan uang kertas hijau tiga yuan dari sakunya.
Menggunakan uang untuk menangkal malapetaka.
"Lebih baik jangan bertarung mati-matian dengan hantu di jalan kuno ini."
