"Sampai, di sinilah tempatnya."
Malam hari.
Liu San membawa Yang Jian kembali muncul di depan kuil leluhur itu.
Berbeda dengan siang hari, pintu gerbang kuil tertutup rapat di malam hari, sunyi senyap tanpa suara.
"Terlalu malam, kuil sudah tutup. Sebelumnya pintunya masih terbuka, baru-baru ini ditutup. Tapi di dalam ada penjaga kuil tua, memegang cangkir keramik, agak bungkuk, bermata satu." Kata Liu San.
Dia menjelaskan beberapa situasi di dalam kuil.
"Orang itulah yang menghabisi salah satu manusia kertasku. Menurutku kalau kita bekerja sama, akan lebih aman. Lagipula kita masih harus menangani peristiwa Danau Hantu, aku tidak ingin terlalu banyak manusia kertas terbuang di sini."
"Tapi saat Liu San sedang berbicara, Yang Jian sudah berjalan mendekat dan mendorong pintu gerbang kuil leluhur yang tebal itu terbuka."
Pintu berderit mengeluarkan suara gesekan yang melengking.
Di tengah kesunyian malam kota tua, suara itu terdengar sangat jelas hingga menjangkau jauh, mungkin para warga sekitar sudah mendengarnya.
Setelah pintu kuil terbuka, aroma kertas persembahan yang terbakar menyebar keluar. Sekelilingnya remang-remang, hanya dua lentera minyak sederhana di tengah kuil yang menyala.
Nyala api di lentera itu kecil dan bergoyang lemah, tak cukup menerangi seluruh kuil. Sebaliknya, goyangan kedua lentera itu justru membuat bayangan-bayangan di sekitarnya tampak samar-samar, menambah kesan seram.
Yang Jian melirik sekilas lalu bergegas masuk ke dalam kuil.
"Hati-hati," Liu San mengingatkan.
Yang Jian berkata: "Suara gedoran pintu yang keras seperti ini saja tidak menarik perhatian orang yang kau sebutkan, berarti dia tuli atau tidak ada di sini. Kalau memang ada, pasti sudah datang menghalangi kita masuk."
"Kenapa, kau takut dipukul?"
Ia menoleh ke belakang.
Liu San masih berdiri di luar kuil, tidak berani masuk.
"Sekalipun dia nekat bertindak lagi, kali ini yang dia hadapi adalah kita berdua. Paling tidak dia harus berpikir dua kali. Asal kau jangan cuma pakai boneka kertas buat asal-asalan, nanti bukan cuma bermasalah dengan penghuni kuil ini, tapi juga denganku."
Yang Jian melanjutkan: "Selain itu, Li Jun sangat tidak puas dengan tindakanmu selama insiden Lukisan Hantu yang lalu."
"Jujur saja, aku juga punya keberatan. Kalau terus begini, cepat atau lambat kau akan membuat semua komandan tim membencimu."
“Salah satu Manusia Kertas saya sudah bertindak sebelumnya, tapi tetap mati, jadi saya hanya agak waspada.” Liu San kini masuk ke dalam, matanya menyapu sekeliling dengan penuh kehati-hatian.
Lagipula, kehilangan satu Manusia Kertas tanpa alasan jelas di sini membuatnya sangat bersedih.
Yang Jian berdiri di dalam kuil leluhur sambil mengamati.
Sekelilingnya tidak ada yang aneh, struktur bangunan ini pun terlihat normal.
Satu-satunya keanehan terletak pada deretan tablet leluhur di bagian tengah kuil.
Tatapannya menyapu cepat, di dalam hati menghitung: Dari atas ke bawah ada tujuh baris, tiap baris berisi beberapa hingga belasan tablet leluhur, totalnya mencapai hampir seratus — jumlah yang sangat banyak.
Di depan tablet-tablet itu terdapat meja persembahan, perapian dupa, lentera minyak, dan mangkuk api.
Di dalam mangkuk api terdapat abu kertas, pertanda seseorang baru saja membakar uang kertas ritual di sini.
"Uang kertas sudah habis terbakar, dupanya pun lenyap, orangnya juga menghilang. Sepertinya semua aktivitas di sini berakhir sebelum pukul enam." Mata hantu Yang Jian menyapu ruangan.
Ia tidak menemukan penjaga kuil itu.
Juga tidak melihat fenomena supernatural apa pun.
"Malam ini tempat ini aman."
Usai berkata demikian, ia menoleh memandang Liu San.
"Aku akan mencari orang tua kolot itu." Ekspresi Liu San kini tampak suram.
Susah payah membawa Yang Jian ke sini, tapi malah gagal menemukan kakek bermata satu itu — jelas ini kerugian besar.
"Kemungkinan besar sudah tidak bisa ditemukan."
Yang Jian berkata: "Seluruh kota kuno ini dipenuhi aura misterius, bahkan aku tak bisa menembusnya. Manusia Kertasmu bisa meraba seluruh kota sekalipun, tetap tak akan menemukan kebenaran."
"Di sini saya merasa dunia nyata dan suatu ruang dimensi gaib terjerat sangat dalam, seperti yang dikatakan Shen Lin sebelumnya. Tempat ini adalah titik sambungan, sehingga banyak kejadian luar biasa akan muncul di sini."
"Meski begitu, pasti ada 'jalan'. Beri saya waktu, saya bisa menemukannya," kata Liu San.
Yang Jian tidak berbicara, hanya terus menatap deretan tablet leluhur di depannya.
Setiap tablet terukir nama-nama berbeda tanpa tanggal kematian maupun kelahiran, sangat sederhana.
Meski tahu banyak, tak satu pun nama yang dikenalnya, semuanya asing.
Namun karena penasaran, dia mengingat semua nama itu, mungkin berguna nanti.
Ini manfaat setelah bayangan hantu ditambal - bisa kapan saja melihat kembali memorinya, layaknya kemampuan mengingat sekali lihat sejati.
Tepat ketika Yang Jian dan Liu San gagal meraih target, di sudut lain kota tua:
Sebuah dermaga tua berdiri.
Shen Lin, Li Jun, dan Ahong dengan paksa menunggu dari siang hingga malam, tapi jarak ke waktu yang tepat masih beberapa jam.
Sebagai Pengendali Hantu, kesabaran bukan masalah bagi mereka.
Lagipula, dibanding menghadapi hantu gentayangan sejati, menunggu justru terasa ringan.
Jarum jam menunjukkan pukul sembilan lebih malam.
Kota tua ini tanpa lampu jalan, gelap gulita.
Di atas batu tepi jalan yang redup,
Dua bola api hantu bergoyang - itu adalah mata Li Jun di balik kacamata hitam.
Tanpa mata, dia tak bisa melihat, tapi api hantunya memiliki wilayah sendiri. Setiap tempat yang diterangi cahaya api adalah wilayah hantunya, memungkinkannya memahami segala sesuatu di sekitarnya.
“Tidak ada gerakan, semuanya tenang. Kota tua di malam hari jauh lebih patuh dibanding siang hari. Segalanya seolah tertidur pulas, justru ini membuatku sangat tidak nyaman.” Li Jun berkata dengan suara tenang.
“Bukankah ketenangan lebih baik? Mengapa merasa tidak nyaman?” Ahong bertanya.
Shen Lin di samping menambahkan; “Bahkan hal gaib pun mulai mengikuti aturan seperti ini. Ini hanya membuktikan bahwa sesuatu yang tersembunyi di balik kota tua ini semakin menakutkan. Apakah ada hubungannya dengan Peristiwa Danau Hantu? Tak seorang pun tahu.”
“Tapi yang harus dipahami, ini adalah peristiwa gaib Tingkat S.”
“Menangani kasus supranatural malah menemukan fenomena gaib yang lebih besar... Perasaan ini pasti tidak enak... Tunggu, ada yang datang.”
Tiba-tiba.
Shen Lin memberi isyarat, merasakan seseorang mendekat di jalan gelap. Dia segera berbisik memberi peringatan.
Di kegelapan, dua bola api hantu yang seram tiba-tiba padam. Siluet Li Jun menghilang.
Shen Lin juga lenyap tanpa bekas.
Ahong mundur beberapa langkah, sosoknya dengan cepat menyatu dalam kegelapan, seolah melebur dengan segala sesuatu di sekitarnya.
Ketiganya bersembunyi dengan cepat.
Di antara dua rumah tua di sebelah, suara langkah kaki terdengar dari jalan setapak batu hijau yang tak mencolok.
Langkah kaki itu datang tiba-tiba, seolah muncul entah dari mana. Di ujung jalan yang lain tak terlihat ada orang yang lewat. Hanya pada suatu momen, di titik waktu tertentu, seseorang tiba-tiba muncul di jalan itu.
Di bayang-bayang jalan setapak, muncul seorang wanita paruh baya berusia sekitar lima puluh tahun. Wanita ini terlihat sangat tua dengan banyak kerutan di wajahnya. Saat ini, ia membawa baskom kayu berisi tumpukan baju, berjalan menuju dermaga tua yang ditinggalkan.
Wanita paruh baya itu berpakaian dengan gaya yang sangat kuno.
Model dan jahitan bajunya tidak seperti busana era sekarang, melainkan lebih mirip gaya puluhan tahun silam.
"Orang ini ada yang aneh." Li Jun mengintai diam-diam, dorongan untuk melumpuhkan wanita ini dan menginterogasi hampir tak tertahankan.
Tapi ia berhasil menahan impuls dalam hatinya.
Situasi belum jelas, bertindak gegabah hanya akan berisiko.
Wanita itu tetap diam dengan ekspresi hampa. Gerakannya sangat mahir. Meski pencahayaan buruk di malam hari, ia cepat-cepat menuruni beberapa anak tangga menuju sungai, mengambil sehelai baju dan mulai mencucinya.
Gemericik air sungai terdengar berirama.
Suara wanita yang sedang mencuci bergema di sekitar area.
"Di tengah malam, wanita ini tidak tidur, bahkan tak menyalakan lentera, mencuci di pinggir sungai. Menurutmu ini normal?" Bisik Ahong dalam kegelapan, suaranya hanya terdengar oleh Li Jun dan Shen Lin.
"Aku bisa mengambil memorinya, tapi ada risiko yang harus ditanggung. Bagaimana pendapat kalian?" kata Shen Lin.
Jelas terlihat ia berniat untuk bertindak.
Li Jun meliriknya, berpikir sejenak lalu berkata; "Dia orang biasa, setidaknya terlihat seperti itu. Jika penilaian kita salah, kau akan membunuhnya kan?"
"Secara alami, tak peduli benar atau salah, dia pasti mati. Tentu ada hasil lain, yaitu kami yang dihabisi olehnya." Shen Lin tersenyum.
"Sudahlah, tak boleh mempermainkan nyawa orang biasa. Ide untuk bertindak dibatalkan. Tunggu dia pergi, sekarang masih awal." Li Jun berkata.
"Tidak masalah." jawab Shen Lin. Dia hanya punya pemikiran untuk bertindak, bukan harus melakukannya.
Ketiga orang itu menunggu sampai sekitar pukul sebelas.
Akhirnya.
Wanita di tepi sungai selesai mencuci baju, kembali mengambil baskom kayu dan berjalan kembali dari tepi sungai, memasuki gang sempit yang sama.
Namun saat wanita itu masuk ke gang.
Li Jun yang bersandar di tembok sebelah, tersembunyi dalam Wilayah Hantu, melirik baskom wanita tersebut.
Di dalamnya ternyata kosong sama sekali, tak ada sehelai baju pun. Yang dipegangnya malah baskom yang tak ada setetes air pun.
"Bagaimana mungkin..." Li Jun terkejut.
Dia jelas mendengar suara wanita ini mengembalikan baju basah ke dalam baskom setelah mencuci.
Mengapa setelah mencuci lama, tak ada setetes air pun menempel?
"Menyesal? Masih ada waktu untuk bertindak sekarang." Shen Lin tersenyum tipis.
Ekspresi wajah Li Jun berubah-ubah. Akhirnya dia melambaikan tangan, menghentikan aksi Shen Lin: "Sementara sudah memutuskan untuk menunggu, teruskan saja. Tak perlu kau turun tangan. Urusan kota tua akan kuselidiki nanti. Saat ini Peristiwa Danau Hantu yang paling penting, urusan lain bisa ditunda dulu."
Akhirnya dia tak ingin ada kebocoran.
Karena sudah lewat pukul sebelas, jarak waktu aksi tinggal kurang dari satu jam.
"Mungkin kau akan menyesali keputusan ini. Jelas, hal yang tersembunyi di kota tua ini lebih mengerikan daripada Danau Hantu. Yang Jian melihat ini sehingga dia pergi menyelidiki jalan yang tidak ada. Liu San juga tidak tenang, karena itu dia juga ingin menjelajahi kota tua ini sekali lagi." Shen Lin berkata.
"Ngomong-ngomong, ada kabar lagi. Pasangan kekasih yang bertemu Yang Jian siang tadi sekarang sudah mati."
"Mati?" Ahong teringat sesuatu.
Siang hari itu, Yang Jian menghalangi sepasang kekasih yang membawa topeng.
"Apakah Yang Jian yang membunuh mereka?"
Shen Lin tertawa: "Bagaimana mungkin? Yang Jian bahkan tidak melirik makhluk rendahan seperti mereka. Sama sekali tidak mungkin dia bertindak. Mereka mati di sebuah losmen kota tua, dan terlihat... seperti mati secara alami. Bos sedang mengurus jenazah sekarang."
Dia tidak menggunakan Wilayah Hantu, tapi menguasai setiap detail situasi yang sedang terjadi.
