"Shen Lin diretas oleh hantu. Untuk melepaskan pengaruh hantu, dia meretas melalui ingatan ke tempat lain, memasuki Kota Daxia yang paling dikenalnya. Masih belum pulih dari teror, matanya melirik ke sekeliling, berharap semuanya berjalan mulus."
"Namun hasilnya justru memupus harapan."
"Air terus merembes dari bawah kakinya. Suasana sekitar tetap dingin menyeramkan dan lembab."
"Hantu itu masih menempel di tubuhnya."
"Kecepatan peretasannya tidak melambat. Separuh wajah Shen Lin sudah memucat, bentuk wajahnya berubah asing menjadi rupa seorang wanita. Rambut pendeknya tanpa disadari telah berganti menjadi rambut panjang yang basah."
"Ulangi lagi! Kali ini kita restart untuk melepaskannya!"
"Shen Lin merasakan firasat buruk, jika terus begini dia akan mati, dan benar-benar musnah tanpa sisa."
Karena hantu sedang mengendalikannya, cukup sekali berhasil, hantu akan membunuhnya untuk kedua, ketiga kalinya. Semua memorinya tentang diri sendiri akan berakhir dengan kematian.
Shen Lin dari Kota Daxia langsung bunuh diri.
Memori ini langsung menghilang dari ingatannya.
Tapi Shen Lin terbangun lagi, kali ini di Kota Zhongzhou. Restart kali ini cukup baik, dia kembali ke pagi hari ini.
Dalam memorinya, Shen Lin berada di sebuah alun-alun kosong melompong.
Namun seluruh tubuh Shen Lin masih basah kuyup, separuh tubuhnya sudah tidak lagi miliknya - pucat dan dingin menyeramkan.
"Aku sudah restart sekali tapi tetap tak bisa lepas dari arwah gentayangan? Tidak boleh begini. Aku tak boleh mati lagi. Mati seperti ini sudah tidak ada efeknya. Harus ada orang yang menghabisi hantu ini dalam memorinya, baru aku bisa terbebas dari kontrol."
Shen Lin mulai cemas, dia menengadah menatap alun-alun ini.
Di alun-alun terlihat beberapa siluet buram.
Dia tahu, mereka adalah Li Jun, Yang Jian, Liu San, Ahong, dan Feng Quan...
"Siapa yang punya kemampuan untuk membunuh hantu dalam memori?" Shen Lin menatapi siluet-siluet itu.
Dia perlu meretas memori salah satu dari mereka.
Dengan begitu, dalam memori tersebut Shen Lin akan menjadi hantu gentayangan, sementara lawannya menjadi Pengendali Hantu yang harus melawan.
Tapi syaratnya: lawan harus menang.
Jika kalah.
Dirinya akan mati, lawannya juga tewas.
Karena hantu telah menguasai kekuatan gaibnya, bisa membunuh lawan dalam memori lalu memengaruhi orang di dunia nyata.
"Ini adalah kekuatan gaib yang sama sekali tidak mengikuti logika."
Shen Lin sendiri merasa tak percaya.
"Haruskah menarik seorang komandan tim ke dalam masalah, atau aku harus mencari cara lain?" Shen Lin kembali ragu-ragu.
Tapi keraguannya tidak berlangsung lama.
Tak lama kemudian, dengan bertahan ia membuat keputusan.
"Pilih komandan tim paling aman untuk mengakhiri semua ini." Tatapan Shen Lin menyapu sekeliling, mengawasi salah satu sosok.
Sosok itu meski buram, memegang tombak retak di tangan, dengan mata hantu merah darah yang ganjil di alutnya.
Ini adalah Yang Jian si Mata Hantu.
"Jika kau yang melakukannya pasti berhasil, anggap saja ini hutangku." Shen Lin memilih Yang Jian.
Sesaat kemudian.
Sosok buram Yang Jian perlahan menjadi jelas.
Bersamaan dengan itu.
Di kapal Danau Hantu, ekspresi Yang Jian tiba-tiba menyempit tajam. Di benaknya muncul memori ganjil yang bukan miliknya, dalam memori itu ia melihat Shen Lin, juga melihat seekor hantu melekat di tubuhnya...
Memori baru terus bermunculan.
Di alun-alun Kota Zhongzhou.
Shen Lin berkata: "Yang Jian, terpaksa aku menghubungimu kali ini. Aku sedang dihantam hantu meretas, hanya bisa menyusup ke memoriamu untuk minta tolong. Kau wajib menghabisi aku. Jika berhasil, semuanya akan berakhir..."
Ia berbicara kepada sosok Yang Jian dalam memorinya.
Sedangkan Yang Jian dalam memori itu identik dengan Yang Jian di dunia nyata pada periode waktu tersebut.
"Mengantarkanmu ke alam baka? Bisa saja." Yang Jian di alun-alun mulai bertindak.
Sesaat kemudian.
Shen Lin terlempar ke belakang, tombak retak tertusuk sepenuhnya menembus tubuhnya, memakukan tubuhnya dengan kencang ke tanah.
“Wah!” Tubuhnya terasa seperti tercabik, darah mengucur deras dari mulutnya.
Pertama kali.
Sejak menjadi makhluk luar biasa, Shen Lin untuk pertama kalinya merasakan kesakitan.
“Inikah paku peti mati yang pernah menghabisi mayat hidup Tingkat S? Bahkan hal gaib dalam ingatan bisa dihapus... Dia terlalu mudah menang. Untung ini hanya paku peti mati dalam memori, bukan yang asli.” Dadanya berdebar ketakutan.
Jika benar-benar meretas memori Yang Jian, dia pun tak akan bisa mengalahkan orang ini dalam ingatannya sendiri.
Tapi, tak lama kemudian.
Segala sesuatu di sekitar mulai runtuh.
Kota Zhongzhou perlahan menghilang.
Shen Lin menyadari sesuatu, berteriak keras: “Yang Jian! Hantu itu sudah menguasai sebagian kekuatan gaibku. Sekarang dia sedang meretas kedalaman memorimu, menuju masa di mana kau belum memiliki paku peti mati. Kau harus menghabisi dia sekali lagi, atau kau akan mati!”
“Meretas memori, membunuh diriku di masa lalu untuk menghabisi aku yang sekarang.” Di tengah alun-alun, Yang Jian mengerutkan alut.
“Shen Lin, pertemuan pertamamu langsung memberikanku masalah besar.”
“Aku juga tak mau. Aku dikejar hantu gentayangan Danau Hantu sampai sekarang, jadi ingin meminjam tanganmu untuk lepas dari kendali hantu. Tak kusangka hantu meretas diriku secepat ini.”
Teriak Shen Lin dengan ekspresi menyakitkan.
Tubuhnya kadang menghilang, kadang terbentuk kembali, seolah akan musnah ditelan waktu.
Dia tak bisa terlalu dalam meretas memori Yang Jian karena ada batasnya — maksimal tiga tahun memori seseorang.
Karena tiga tahun lalu Shen Lin hanyalah orang biasa, dia harus menggunakan momen mengendalikan hantu gentayangan sebagai batas. Begitu melebihi batas ini, dia tidak bisa meminjam kekuatan gaib untuk meretas dunia nyata, hanya akan menjadi orang biasa dalam memori yang sepenuhnya tersesat.
Tapi Shen Lin memiliki batas, sementara hantu yang mengendalikannya tidak.
Yang Jian menghilang dari alun-alun.
Shen Lin dipaksa oleh hantu gentayangan untuk menuju ke bagian memori Yang Jian yang lebih jauh.
"Jangan biarkan hantu meretas memori terlalu dalam!" Shen Lin merintih rendah sambil berjuang menghentikan semua ini.
Jika kembali ke setengah tahun lalu, Yang Jian masih bisa menang. Jika kembali setahun lalu, situasinya mulai berbahaya. Jika kembali dua tahun lalu saat Yang Jian masih mengikuti les SMA, dengan apa dia bisa menghabisi seekor hantu?
Bahkan, hantu bisa kembali ke momen sebelum Yang Jian menjadi Pengendali Hantu untuk bertindak.
Lebih mengerikan lagi, menyerang masa kanak-kanak Yang Jian.
Pada masa itu, Yang Jian sama sekali tak bisa membalas, kemenangan mutlak ada di pihak hantu.
Shen Lin sangat memahami hal ini. Entah untuk dirinya sendiri, untuk Yang Jian, atau untuk menyelesaikan peristiwa gaib ini, dia wajib mengganggu invasi hantu.
Tapi dia tak bisa berbuat apa-apa.
Dirinya seolah sudah dikendalikan hantu, tak mampu menguasai kekuatan gaib.
Dia hanya bisa diam menyaksikan hantu seenaknya menjelajah ke periode tertentu dalam hidup Yang Jian.
Tak lama kemudian.
Invasi berakhir.
Ini adalah Kota Dachang.
"Sial, ini empat tahun lalu."
Shen Lin segera memahami informasinya, keputusasaan langsung menyergapnya.
Hantu telah memasuki memori Yang Jian dari empat tahun silam.
"Pada tahun ini, Yang Jian masih bersekolah, duduk di kelas 1 SMA. Hantu berniat menghabisi Yang Jian yang masih menjadi murid kelas 1 SMA."
Shen Lin berdiri di lapangan sekolah.
Rambutnya panjang terurai, kulitnya pucat lesi, seluruh tubuhnya basah kuyup. Di tangannya tergenggam kapak merah, sebagian besar wajahnya telah berubah total menjadi rupa wanita ganjil yang sama sekali asing.
Di atas lapangan, para murid sedang pulang sekolah lalu-lalang.
Hantu itu hanya berdiam diri sambil memegang kapak, wajah orang-orang di sekitarnya tampak buram dan tak bisa dikenali dengan jelas.
Dalam memorinya, Yang Jian memang tidak memiliki hubungan erat dengan orang-orang ini sehingga informasinya sangat terbatas.
"Bagaimana ini? Begitu diawasi hantu, Yang Jian pasti mati!" Shen Lin panik luar biasa.
Sejak menjadi Pengendali Hantu, ini pertama kalinya ia merasakan kepanikan dan ketidakberdayaan yang sedemikian hebat.
"Lagipula dalam memori ini, Yang Jian sama sekali tidak punya cara untuk melarikan diri. Hantu sudah mengincarnya. Ini dunia memori, bukan dunia nyata."
Shen Lin merenung, memikirkan kata-kata apa yang harus diucapkannya saat bertemu Yang Jian untuk membantu pemuda itu.
Namun setelah dipikir matang-matang, ia menyadari semua perkataannya tak akan ada gunanya.
Karena pada periode ini, Yang Jian belum memiliki kekuatan gaib sama sekali.
Kecuali... jika di masa ini ia sudah mengenal Pengendali Hantu lain. Ia bisa mengingatkan Pengendali Hantu itu untuk bertindak menghabisi dirinya sendiri, persis seperti yang dilakukannya di Kota Zhongzhou sebelumnya.
Tapi lokasinya sekarang adalah sekolah.
Mana mungkin ada Pengendali Hantu di sini?
Hantu itu tetap tak bergerak.
"Tapi murid di lapangan semakin sedikit. Mereka semua sosoknya buram, jelas bukan target. Tapi seiring berkurangnya orang-orang tak terkait ini, Yang Jian pasti akan muncul."
"Karena Yang Jian tak peduli bagaimana caranya tak bisa kabur dari memorinya sendiri."
"Belum muncul juga?" Shen Lin saat ini jantungnya berdebar-debar. Dia seolah sudah bisa melihat akhir mengerikan Yang Jian tewas dihantam kapak.
"Tapi setelah murid di lapangan perlahan bubar, Yang Jian tetap belum muncul."
"Saat itulah Hantu bergerak."
"Hantu membawa kapak, seluruh tubuhnya basah kuyup berjalan maju. Sepertinya dia telah menemukan Yang Jian."
"Bukan hanya Hantu, Shen Lin juga menemukan Yang Jian."
"Yang Jian saat ini ternyata sedang jongkok di bawah pohon bersama beberapa teman sekelas, main game di ponsel."
"Kedatangan Hantu, Yang Jian tidak menyadarinya."
"Tapi Shen Lin sudah mendengar percakapan mereka."
"Yang Jian, kumohon jangan terus kalah. Jika kaki A Wei segesit tangan, aku sudah main dual account sendiri. Bawa kamu naik rank bikin aku mau nangis."
"Diam! Gak bisa carry itu karena kamu sampah. Gak ada hubungannya denganku. Kalau jagoan, lawan sembilan musuh sendiri!"
"Maaf, aku memang sampah."
“……”
"Yang Jian, larilah!" Melihat adegan ini, Shen Lin berusaha berteriak.
"Tapi meski suaranya keras, Yang Jian yang sedang asyik main ponsel seperti tak mendengar."
"Sial! Hantu mengganggu sekitarnya. Yang Jian tak bisa dengar maupun melihat Hantu."
"Shen Lin paham, saat ini Yang Jian adalah orang biasa. Setiap fenomena gaib akan mengganggunya."
"Gangguan seperti ini jika berasal dari Pengendali Hantu bisa langsung diabaikan."
Hantu itu masih terus mendekat.
Langkah demi langkah menuju Yang Jian, kapak merah di tangannya terus meneteskan air.
Shen Lin saat ini telah sepenuhnya dikuasai, dia pasti mati. Kecuali terjadi keajaiban dimana Yang Jian berhasil membunuh hantu ini disini, akhir hidupnya sudah ditakdirkan.
"Tap! Tap!"
Hantu itu menghentikan langkahnya, tepat berdiri di depan Yang Jian.
Saat ini Yang Jian sepertinya menyadari sesuatu. Dengan wajah kekanak-kanakan yang bingung, dia merasakan seluruh tubuhnya merinding. Sekelilingnya terasa dingin menusuk, sebuah aura menyeramkan yang tak tergambarkan. Tubuhnya tanpa sadar bergeser ke samping.
"Terlambat. Meski dia peka terhadap ketidakberesan di sekitarnya, Yang Jian saat ini hanyalah seorang murid. Tanpa pengalaman apapun, mustahil baginya memahami bahaya ini."
Shen Lin sudah tak punya harapan lagi.
Dia mulai menyesal.
Menyesali tindakan gegabahnya menyusup ke memori hantu sendirian, yang berujung pada penguasaan dirinya oleh hantu.
Seandainya hanya ini konsekuensinya mungkin masih bisa ditolerir, tapi dia juga telah menyeret Yang Jian ke dalam masalah.
Menurut rencananya, Yang Jian seharusnya bisa menghabisinya dan mengakhiri semua ini. Tapi Shen Lin tak menyangka hantu menguasai dirinya dengan begitu cepat, langsung bertindak sebelum dihabisi dengan menyusup lebih dalam ke memori Yang Jian.
Hantu gentayangan yang basah kuyup itu melangkah maju sambil mengayunkan kapak. Tepat ketika kapak itu hendak diangkat...
Sesuatu yang luar biasa terjadi.
Hantu menghentikan gerakannya.
Mengapa serangan tiba-tiba terhenti?
Shen Lin penuh tanya.
Sesaat kemudian, kejadian yang membuat Shen Lin terkejut: Dari bayangan pohon di belakang Yang Jian, muncul seekor serigala besar dengan bulu hitam legam. Binatang itu menggeram dengan mata merah menyala, tatapannya begitu ganas dan kejam seakan siap menerkamnya kapan saja.
"Mengapa dalam ingatan Yang Jian ada anjing? Dan anjing ini sepertinya bisa... melihat hantu." Shen Lin tertegun.
Ini adalah fenomena yang sungguh tak bisa dipahami.
Secara normal, di masa ini Yang Jian seharusnya belum pernah bersentuhan dengan masalah supranatural.
Serigala hitam itu muncul dari belakang Yang Jian. Sosoknya samar-samar seperti kabut pekat yang mengumpul, bukan anjing berwujud fisik utuh.
Yang Jian masih asyik jongkok bermain game dengan Zhang Wei dan beberapa teman sekelasnya, sama sekali tak menghiraukan kejadian ini.
"Tunggu, ini bukan anjing... Ini juga hantu!" Shen Lin terkejut bukan main.
Geraman binatang buas bergema di sekeliling. Tak hanya satu, dari bayang-bayang lain muncul serigala-serigala hitam identik dengan tatapan ganas nan mengerikan.
Hanya dalam beberapa saat, lapangan dipenuhi belasan serigala besar.
Jumlah mereka terus bertambah satu persatu.
“Apa leluconnya, anjing ini, tidak, hantu ini ternyata mengejar mengikuti memori.” Gelombang besar bergulung di hati Shen Lin.
Dia paham, dalam memori Yang Jian tersimpan seekor anjing, tidak, lebih tepatnya hantu gentayangan mengerikan yang mirip anjing.
Hantu Danau Hantu yang meretas melalui memori ke sini, maka anjing yang tersimpan dalam memori itu akan mencurigai dan ikut mengejar ke sini.
Tapi yang paling mengerikan adalah, hantu yang dikendalikan Shen Lin hanya satu.
Sedangkan anjing Yang Jian bisa menelusuri dari berbagai titik memori, sehingga semakin lama hantu tinggal di sini, semakin banyak anjing yang datang mengejar.
Hantu yang seluruh tubuhnya basah kuyup meski membawa kapak merah, tapi tidak menyerang Yang Jian lagi, malah mundur seolah tahu takut.
Tapi Shen Lin mengerti, bukan hantu yang takut, melainkan memori Yang Jian ini telah dilindungi anjing-anjing itu. Tanpa menghabisi semua anjing, mustahil membunuh Yang Jian.
Ini adalah perlindungan gaib.
Yang Jian yang jongkok bermain ponsel di depan mata terlihat sangat dekat, seolah dua langkah saja bisa dihabisi dengan kapak. Tapi dua langkah itu tak terjangkau.
Hantu mundur, tapi anjing-anjing serigala berpostur besar terus mendekat.
“Hantunya terjebak, tak bisa terus meretas. Kekuatan gaib terhalang oleh anjing-anjing serigala ini.” Shen Lin kaget sekaligus girang.
Tak disangka keajaiban benar-benar terjadi.
Tidak, mungkin ini bukan keajaiban.
"Ini adalah hal yang ditakdirkan terjadi, karena dalam memori Yang Jian tersimpan anjing serigala ini. Asalkan hantu meretas memori melewati titik waktu kemunculan anjing serigala, pasti akan ketahuan."
Anjing serigala itu ibarat firewall dalam memori.
Setiap kekuatan gaib yang berusaha mengakses masa lalu Yang Jian akan dihalangi.
