Air danau yang dingin tak lagi menjadi penghalang bagi Yang Jian.
Di dalam air ini, Yang Jian seolah masuk ke wilayah hantunya sendiri, bebas bergerak ke mana saja di danau.
Setelah dipisahkan dari Danau Hantu, bagian danau ini justru bisa dia kendalikan. Sebelumnya, dia hanya bisa bertahan dengan susah payah, sama sekali tak bisa leluasa berkeliaran seperti sekarang.
Jelas.
Kemampuan Yang Jian menguasai Danau Hantu masih kalah dari hantu gentayangan di dalamnya.
Begitu dua bagian danau menyatu, Yang Jian akan seperti potongan puzzle yang direbut dan dikuasai hantu.
Oleh karena itu, setelah mencuri fenomena gaib ini, hal terpenting adalah menjauhi Danau Hantu untuk memastikan bagian puzzle miliknya tidak terpengaruh.
Jadi, sebelumnya Yang Jian telah membuat pilihan bijak.
"Temukan beberapa anggota yang selamat di Danau Hantu, bawa mereka pergi dari sini dulu."
Saat ini hanya ada satu pemikiran di kepala Yang Jian.
Ia mencari-cari di wilayah Danau Hantu miliknya sendiri.
Di bawah pengawasan mata hantu, tak ada yang bisa bersembunyi.
Danau yang bisa menenggelamkan hantu gentayangan ini tak memberi dampak apapun padanya sekarang, sehingga tak lama kemudian Yang Jian mengunci posisi seorang korban selamat.
Cao Yang!
Keberuntungan sepertinya berpihak, sebelumnya saat memisahkan bagian danau, mayat Cao Yang terbawa ke dalam perairan ini. Tentu, di sekitar Cao Yang bukan hanya dirinya sendiri, tapi juga beberapa hantu gentayangan mengerikan yang terendam dalam danau, tak bisa bergerak. Namun Yang Jian tahu begitu makhluk-makhluk ini terbebas dari tekanan danau, mereka akan langsung dibangkitkan.
Meski mayat Cao Yang telah lama terendam dalam danau, tidak terlihat membengkak atau membusuk, tetap utuh tanpa cacat.
Tentu yang terpenting, Cao Yang belum mati.
Saat ini Cao Yang membuka matanya, bola matanya berputar pelan saat melihat kedatangan Yang Jian.
"Hantu gentayangan di Danau Hantu sementara tak bisa dihadapi, aku akan menyelamatkanmu dulu dari sini." Yang Jian menangkap lengan Cao Yang, lalu membawanya berenang ke permukaan danau.
Cao Yang tak bisa membuka mulut berbicara, diam seribu bahasa dengan kilatan kejutan di pandangan matanya.
Dalam proses mengapung, Yang Jian tidak lupa mencari orang lain.
Tak lama kemudian, orang kedua masuk ke pandangannya.
Itu Ahong.
Ahong mengambang di dalam air, tidak naik maupun turun. Matanya terbuka, memeriksa sekeliling, tapi hanya sampai di situ. Di bawah pengaruh Danau Hantu, seluruh tubuhnya tak bisa bergerak, namun anehnya dia masih hidup.
Alasan Ahong bisa bertahan adalah karena sebelumnya Yang Jian menggunakan stiker permintaan untuk menulis keinginan dan memasukkannya ke lemari hantu. Meski menimbulkan konflik gaib, hal itu tetap membuahkan hasil.
Mulai sekarang, Ahong tidak akan bisa tenggelam lagi.
Bahkan jika terjatuh ke Danau Hantu, Ahong masih bisa bertahan hidup.
Keinginan ini terlihat kuat, tapi sebenarnya sangat tidak berguna. Lagipula, kemungkinan Pengendali Hantu mati tenggelam hampir tidak ada.
Tapi Yang Jian tidak menyesal telah membuang satu kesempatan.
Stiker permintaan memang benda gaib darurat. Menyelamatkan Ahong sudah termasuk memanfaatkannya dengan baik. Apalagi Zhao Xiaoya yang memiliki stiker permintaan masih di tangannya. Jika ada kesempatan di masa depan, mendapatkan lebih banyak stiker seharusnya bukan masalah.
"Ahong, aku akan membawamu keluar dari Danau Hantu." Yang Jian membawa Ahong.
Tapi setelah mencari lagi, dia tidak menemukan sisa-sisa Li Jun.
Keberuntungan Yang Jian memang tidak sampai sejauh itu. Dari tiga orang di danau yang dia kendalikan, karena kulit manusia Li Jun tidak ditemukan di sini, jelas hasilnya: Li Jun masih tertahan di Danau Hantu.
"Urusan Li Jun akan dipikirkan nanti. Yang penting sekarang bisa menyelamatkan satu orang ya satu orang."
“Yang Jian juga tidak kehilangan fokus. Ia pertama-tama membawa Cao Yang dan Ahong keluar dari danau ini.”
Biarkan mereka bebas dulu, baru mempertimbangkan situasi Li Jun setelahnya.
Namun saat ini.
Sebuah perahu kertas kecil bergoyang lembut. Dari permukaan danau yang mati itu terdengar suara dayung.
Liu San sedang berenang menuju pantai terdekat dari dirinya, mencoba menggunakan metode paling sederhana untuk keluar dari Danau Hantu.
Tapi di tengah perenangannya, ia menemukan keanehan di Danau Hantu.
Bersamaan dengan air danau yang bergolak, permukaan tenang tiba-tiba terkoyak menjadi dua bagian secara ganjil. Celah yang terbelah tak bisa menyatu, seolah saling menolak hingga membentuk retakan.
Retakan itu menembus dasar danau, membentuk zona kosong.
“Apa yang sebenarnya terjadi di Danau Hantu ini? Bahkan air danau sampai terbelah dua!” Liu San curiga, tapi semakin merasa situasi ini tidak beres. Ia mempercepat laju renangnya.
Sayangnya arah renangnya mungkin salah.
Posisi Liu San saat ini masih berada di dalam air Danau Hantu, bahkan semakin masuk ke dalam.
Padahal sebelumnya ia justru berenang dari area danau yang dikendalikan Yang Jian.
Tapi ia tak menyadari hal ini, hanya bisa menyalahkan nasib sialnya.
Saat Liu San berenang mempertaruhkan nyawa menuju pantai,
Tiba-tiba,
Di permukaan danau tak jauh darinya, muncul sebuah perahu kecil yang identik dengan perahu hitam yang sebelumnya tenggelam. Bahkan sebenarnya ini adalah perahu yang sama.
Perahu kecil hitam itu entah mengapa kembali memasuki perairan danau ini.
Namun yang membuat Liu San terkejut, di atas perahu kecil hitam itu ternyata berdiri empat siluet manusia yang ganjil.
Dengan semakin mendekat.
Perlahan ia mulai melihat jelas orang-orang di atas perahu kecil itu.
Yang memimpin adalah seorang tua bermata satu dengan postur agak bungkuk. Mengatakan 'orang tua' tampaknya kurang tepat, karena pria itu baru berusia sekitar lima puluhan, belum genap enam puluh, hanya terlihat agak tua. Di sampingnya ada seorang pria seumuran yang tampak biasa, seorang perempuan, dan seorang pria bertubuh tinggi namun tanpa lekuk wajah yang jelas.
"Itu orang yang siang tadi menjaga kuil leluhur di Kota Taiping!" Liu San mengenali sang pemimpin, rasa terkejut di hatinya semakin menjadi.
Garis air perahu itu sangat dalam, terombang-ambing seolah setiap saat bisa tenggelam.
Situasi ini menunjukkan bahwa bahkan tanpa membawa hantu gentayangan sekalipun, perahu tersebut sudah mencapai batas maksimalnya. Keempat orang ini saja hampir membuatnya karam.
"Perahunya menyerbu ke arahku!" Wajah Liu San tiba-tiba berubah pucat.
Perahu hitam itu meluncur lurus tepat ke arahnya.
Tak lama kemudian.
Perahu itu berhenti persis di hadapan Liu San.
Keempat orang ini sepertinya bisa mengendalikan perahu tersebut, setidaknya mampu mengubah arah geraknya.
"Lagi-lagi kau."
Dengan wajah suram meski terendam air danau yang dingin menusuk, Liu San tetap menatap tajam pria bermata satu di atas perahu itu.
“Kalian semua ini tak tahu tinggi-rendahnya langit, telah membuat malapetaka besar. Sekarang kami harus turun tangan memperbaikinya. Jika dibiarkan, tempat tinggal kami akan tenggelam oleh danau ini.” Suara parau perempuan itu memancarkan rasa jijik.
“Ternyata ini perahu kertas dari toko kertas di Jalan Hantu. Pantas saja bisa mengapung di air. Sayang cara pakainya salah. Jika digunakan di tempat yang tepat, takkan tenggelam ke dasar danau.” Bos Liu menggelengkan kepala pelan sambil memandangi perahu kertas warna-warni itu.
Jelas, cara Liu San menggunakan perahu kertas ini salah.
Pria tanpa wajah itu diam membeku, tak bisa bicara, seolah menunggu hasil akhir dari situasi ini.
“Ambil perahu kertas itu, biarkan dia tenggelam ke dasar danau. Setelah semuanya kembali normal, aku masih sempat mencuci beberapa baju.” Ucap perempuan itu.
Hanya dengan beberapa patah kata, hukuman mati untuk Liu San seolah telah diputuskan.
Orang tua bermata satu yang memimpin itu membawa lentera minyak redup, mata putih pucatnya menatap Liu San yang mengapung di air, seolah sedang merenung.
“Ternyata kalian semua adalah sisa Pengendali Hantu generasi sebelumnya. Kukira cuma satu, tak disangka di kota tua ini tersembunyi empat orang.”
Liu San dengan wajah dingin berkata: “Pikirkan matang-matang sebelum bertindak. Jika kalian membunuhku, Markas Besar takkan tinggal diam. Sekalipun harus pakai strategi khusus, mereka akan menghabisi kalian semua.”
Sebagai komandan tim, jika dibunuh orang asing, Markas pasti akan menyatukan semua kekuatan untuk membalaskan dendam.
Tapi saat ini posisinya lemah, Liu San terpaksa menarik-narik hubungan untuk menakuti-nakuti mereka.
"Mati di sini, tak ada yang akan tahu bagaimana kau mati. Masih berani mengancam kami? Jika kami benar-benar berkelahi dengan junior seperti kalian, yang rugi tetap kalian." Wanita itu terkekeh sinis.
Bos Liu tiba-tiba menjadi penengah: "Kota Taiping punya tata krama. Kami selalu memegang aturan generasi sebelumnya. Aturan ini bisa dilanggar, tapi tidak boleh dilanggar oleh generasi kami. Dulu kami sudah berjanji, sekarang tidak mungkin benar-benar menghabisi junior. Jika kabar ini tersiar, akan jadi masalah besar."
"Kita harus mencari cara menangani barang ini. Soal dia, seharusnya tidak ikut campur atau bertanya. Setuju?"
Usai bicara, Bos Liu menoleh ke pria tua bermata satu itu.
Lagipula dialah yang paling patuh pada aturan.
"Ambil kapal kertas, sisanya tidak usah diurus." Namun tak lama kemudian, pria tua bermata satu itu membuat keputusan dengan wajah datar.
"Seharusnya memang begitu." Wanita itu tersenyum.
Mengambil kapal kertas sama saja dengan membiarkan Liu San tenggelam di danau. Meski tidak membunuhnya langsung, tapi secara tidak langsung telah merampas harapannya.
Aturan tidak dilanggar, tapi sebenarnya sudah dilanggar.
Tak lama kemudian.
Wanita itu membungkuk, menyambar kapal kertas dan merebutnya dari tangan Liu San.
Liu San yang terpengaruh Danau Hantu tak bisa melawan. Kalaupun melawan, mustahil mengalahkan empat Pengendali Hantu generasi tua ini.
"Aku akan mengingat kalian."
Liu San menatap tajam beberapa orang di kapal, terutama pria tua bermata satu yang memimpin.
Harapannya padam, sosoknya kembali tenggelam drastis ke dalam danau.
"Ah."
Bos Liu menghela napas getir: "Hal ini seharusnya tidak dilakukan."
Orang tua bermata satu berkata: "Dia siang hari masuk ke kuil leluhur dan bertindak kasar, memberinya pelajaran juga baik."
"Mungkin ini awal malapetaka kita." Bos Liu menggelengkan kepala perlahan: "Lagipula kita juga sudah naik kapal."
"Semua orang sudah mati, kau khawatir apaan." Si wanita mengejek.
Tapi perkataannya baru saja selesai diucapkan.
Tiba-tiba.
"Gemerincing..." Suara pecahan terdengar dari permukaan danau di kejauhan.
Beberapa orang tiba-tiba muncul dari dalam danau.
Salah satunya bertingkah laku aneh.
Seluruh tubuhnya terus muncul dari Danau Hantu hingga akhirnya berdiri di permukaan air.
Tubuhnya basah kuyup, namun noda air seperti makhluk hidup, cepat mengering dari badannya tanpa meninggalkan setetes pun.
Sesaat kemudian.
Tatapan orang itu tiba-tiba menyapu sekeliling.
Mata merah darah yang mengerikan langsung menatap ke arah sini.
"Itu rekan orang tadi." Bos Liu terkejut.
Karena saat ini Yang Jian berdiri tegak di permukaan danau, tidak tenggelam maupun terpengaruh airnya.
