"Bekerja, bekerja! Sudah lama aku tidak ke kantor, pasti anggota perusahaan hampir lupa dengan aku."
Di hari kedua, Jiang Yan tampak bersemangat bahkan sedikit terlalu antusias.
Setelah menyelesaikan pembangunan kamar pengantin dan ruang aman di kampung halaman, ia tak sabar ingin kembali ke rutinitas kerja. Tinggal di desa terlalu membosankan baginya dibandingkan keramaian kota.
Yang Jian mengemudi mobil, seperti biasa tidak langsung menuju perusahaan, melainkan berputar-putar di pusat kota Dachang.
Sebagai penanggung jawab, keamanan Kota Dachang tetap harus menjadi perhatian serius baginya.
Namun dengan kehadiran Li Yang, Tong Qian, dan Huang Ziya, keamanan Dachang sudah pasti terjamin. Yang Jian tidak terlalu khawatir, hanya sekadar kebiasaan mengemudi berkeliling.
Tak lama kemudian.
Mobil berhenti di depan pintu perusahaan.
Yang Jian turun bersama Jiang Yan dan Zhang Liqin.
Begitu turun, dia melihat kerumunan orang berkumpul di depan perusahaan, beberapa di antaranya wajah-wajah familiar.
"Itu mobil Bos Yang."
"Akhirnya Bos Yang kembali juga, kami pikir hari ini juga tidak bisa bertemu."
"Benar itu Yang Jian."
Kehadirannya langsung menarik perhatian semua orang. Tampaknya selama dia dinas luar, terjadi sesuatu di perusahaan. Karena yang datang adalah karyawan perusahaan, bukan anggota timnya, kemungkinan tidak terkait peristiwa supranatural.
"Apa yang terjadi? Kenapa kalian semua menunggu di sini?" tatapan Yang Jian menyapu sekilas, langsung bertanya tanpa basa-basi.
"Zhang Liqin, kau tahu apa yang terjadi?"
Zhang Liqin menggelengkan kepala: "Saya juga tidak tahu. Beberapa hari ini saya tidak di perusahaan, menemani Bibi di rumah."
Jiang Yan buru-buru menambahkan: "Jangan tanya saya, saya baru pulang dan tidak tahu apa-apa."
"Yang Jian, perusahaan ada masalah." Seorang pria paruh baya berbaju jas menyelusup dari kerumunan, wajahnya berkerut khawatir penuh beban.
Dia adalah Wang Bin, ayah Wang Shanshan, kini menjabat sebagai Manajer Umum perusahaan Yang Jian. Seluruh operasional perusahaan bergantung padanya.
"Perusahaan nirlaba yang hampir bersifat sosial ini bisa ada masalah?" tanya Yang Jian.
Wang Bin melihat sekeliling, lalu berkata dengan suara tertekan: "Masalah ini agak memalukan untuk diceritakan, sebaiknya kita bicara di kantor saja."
"Baik, mari kembali ke kantor." Yang Jian mengangguk.
"Mohon minggir sebentar." Zhang Liqin segera memberi isyarat pada kerumunan untuk membuka jalan, jangan menghalangi perjalanan Yang Jian.
Yang Jian berjalan cepat mendekat, tak ada yang benar-benar berani menghadangnya. Mereka hanya mengelilingi secara simbolis lalu segera bubar, sebab menghalangi orang lain mungkin hanya akan diusir, tapi menghalangi jalan Yang Jian bisa berujung kehilangan nyawa.
Tak lama kemudian.
Dia membawa rombongan masuk ke perusahaan, naik lift khusus menuju kantor.
"Duduk."
Yang Jian memberi isyarat lalu berkata: "Beri mereka semua secangkir kopi."
Zhang Liqin mengangguk, menarik tangan Jiang Yan menuju area bar.
Yang datang ke kantor tidak banyak, hanya beberapa orang penting perusahaan termasuk Zhang Xiangui, ayah Zhang Wei.
Namun penampilan Zhang Xiangui hari ini sangat buruk, wajahnya pucat lesu seolah belum tidur berhari-hari, terlihat sangat tertekan, sepertinya sedang menghadapi masalah yang menyebalkan.
"Sebenarnya urusan perusahaan tidak perlu ditanyakan padaku. Aku tidak tertarik dengan operasional perusahaan. Jika ada peristiwa supranatural, barulah kalian bisa minta bantuanku." Yang Jian duduk sambil langsung menyatakan sikapnya.
Wang Bin terdiam sejenak lalu berkata: "Sebenarnya secara ketat, ini bukan urusan perusahaan melainkan masalah pribadi."
"Masalah pribadi? Bisa dijelaskan lebih spesifik?" tanya Yang Jian.
“Ini harus dimulai dari beberapa hari lalu... Penyebab awal situasi ini adalah sebuah komunikasi bisnis, saya bersama Direktur Zhang dan beberapa eksekutif senior perusahaan menghadiri pertemuan pertukaran tersebut.” Wang Bin ragu-ragu, menceritakan kejadian beberapa hari lalu dengan sejujurnya.
Situasinya tidak rumit.
Intinya, beberapa eksekutif senior dan pemegang saham perusahaan Yang Jian menghadiri sebuah perkumpulan bisnis di lingkaran sosial mereka.
Acara bisnis seperti ini sebenarnya normal-normal saja, namun setelahnya, Wang Bin dan Zhang Xiangui berkenalan dengan seorang makelar bernama Qian Xin. Orang bernama Qian Xin ini memperkenalkan seorang investor kepada Wang Bin dan Zhang Xiangui, menyatakan ada dana besar yang ingin diinvestasikan ke perusahaan tempat Yang Jian bekerja.
Setelah itu mereka membuat janji bertemu di Kota Makau.
Setelah bertemu, investor tersebut mengajak Wang Bin dan Zhang Xiangui berkeliling melihat perusahaan dan industri miliknya, bahkan akhirnya dengan sangat antusias mengundang mereka bermain di rumah judi terkenal setempat.
Mendengar ini, Yang Jian berkata: "Jadi kalian kalah?"
"Benar, dan jumlahnya sangat besar." Zhang Xiangui menjawab.
"Artinya kalian kalah sampai celana dalam pun tidak tersisa."
Yang Jian tersenyum: "Kalian ini sedang euforia, atau terjebak perangkap?"
"Kemungkinan besar terjebak perangkap." Wang Bin serius mengatakan: "Saat itu kondisi emosi saya dan Direktur Zhang sama-sama tidak beres, seolah sedikit di luar kendali, berada dalam keadaan tidak rasional."
"Masuk ke wilayah kekuasaan orang lain, kalah atau terjebak perangkap, hasilnya sama saja." Yang Jian berkata: "Kalian kalah begitu mengenaskan, sampai perusahaan pun terkena imbas, memang terkesan tidak biasa. Tapi hal ini ilegal, kalian tidak perlu terlalu dipikirkan, pihak lawan tidak berani menagih utang."
“Jika masalah ini dibiarkan begitu saja, kerugian yang ditimbulkan akan sangat besar.” Zhang Xiangui menengadah dan berkata: “Setidaknya saya akan bangkrut, harap Anda bisa membantu saya.”
Yang Jian berkata: “Uang sudah dikalahkan orang, saya tidak mungkin turun ke panggung untuk merebutnya kembali. Atau mungkin saya harus ikut bermain untuk mengembalikan uangmu?”
Sambil menggelengkan kepala, dia tertawa: “Saya tidak melakukan kebodohan seperti ini. Begitu kalian bertaruh, berarti sudah mematuhi aturan yang dibuat orang lain. Langkah pertama sudah kalah, bagaimana mungkin menang setelahnya? Saya adalah pembuat aturan untuk dipatuhi orang, jadi tidak mungkin turun ke medan berjudi dengan para penipu itu.”
“Merebut tidak bisa, bertaruh juga salah. Masalah ini tidak menyangkut peristiwa supranatural. Jika saya memaksa campur tangan, konsekuensinya akan berbeda - nyawa bisa melayang.”
“Cuma uang saja yang hilang. Ambil hikmahnya. Nanti saya akan telepon penanggung jawab Kota Da Ao, urusan ini harus dihentikan di sini.”
Dia bersikap profesional, tidak mau mencampuri urusan ini karena hubungan pribadi.
Sikap Yang Jian ini membuat Zhang Xiangui dan Wang Bin tampak serba salah.
Suasana di ruang rapat tiba-tiba membeku.
“Silakan minum kopi,” tiba-tiba Zhang Liqin menyodorkan secangkir kopi.
Tapi keduanya tidak berminat menyentuhnya.
Yang Jian langsung memberi perintah: “Jiang Yan, panggil Liu Xiaoyu dari lantai bawah. Suruh dia menghubungkan saya dengan penanggung jawab Kota Da Ao.”
“Baik, saya segera cari Liu Xiaoyu.” Jiang Yan buru-buru meninggalkan kantor.
Tak lama kemudian Liu Xiaoyu naik ke atas, dia menyodorkan sebuah ponsel ke Yang Jian: "Sudah aku hubungi operator penanggung jawab Kota Da Ao, kalian bisa terhubung kapan saja."
"Hubungkan." Yang Jian melambaikan tangan.
Liu Xiaoyu juga tidak bertanya, langsung meminta operator markas besar untuk menyambungkan.
Tak lama kemudian panggilan tersambung.
"Halo Kapten Yang, saya Luo Sheng penanggung jawab Kota Da Ao. Ada yang bisa saya bantu?"
Dari seberang garis terdengar suara dengan aksen berat, parau dan berat, sepertinya tenggorokannya bermasalah.
"Saya Yang Jian. Begini, beberapa staf perusahaanku mengalami masalah di kotamu beberapa hari lalu. Harapannya kejadian ini dihentikan di sini, bisa tolong uruskan?" kata Yang Jian.
"Mudah saja, serahkan padaku." Penanggung jawab Da Ao langsung menyetujui.
Yang Jian berkata: "Baik, aku berutang budi. Lain kali hubungi saja aku."
"Kapten Yang terlalu sungkan. Ke depannya mohon bimbingannya." Luo Sheng itu terkekeh palsu, terlihat sangat sopan.
Setelah menutup telepon, Yang Jian menerima cola yang disodorkan Zhang Liqin: "Ke depannya fokus saja urus perusahaan, jangan sentuh hal-hal begini lagi."
"Paham." Wang Bin dan Zhang Xiangui mengangguk.
Meski merugi besar, setidaknya tidak sampai bangkrut - ini sudah termasuk keberuntungan.
Namun tak lama setelah telepon ditutup, dering ponsel kembali berbunyi.
"Dari penanggung jawab Da Ao, Luo Sheng." Liu Xiaoyu menyodorkan ponselnya: "Sepertinya mencari kau."
Yang Jian mengerutkan kening, menerima ponsel: "Yang Jian di sini."
"Kapten Yang, saya benar-benar minta maaf, saya tidak bisa membantu Anda dalam hal ini. Jumlah utang beberapa anggota tim Anda cukup besar. Menurut saya lebih baik lunasi dulu utangnya sebelum berdiskusi, lagipula kita semua adalah figur yang punya nama baik. Menjadi pengingkar janji tentu tidak baik." Suara Luo Sheng terdengar kaku, kehilangan kesopanan sebelumnya.
"Berapa jumlahnya?" tanya Yang Jian dengan wajah datar.
"Tidak banyak, hanya satu gedung Shangtong. Saya yakin Kapten Yang juga tidak kekurangan satu gedung. Lebih baik gunakan itu untuk melunasi utang." kata Luo Sheng.
"Mengincar Gedung Shangtong milikku?" Yang Jian berkata tenang: "Tidak masalah, besok saya akan ke pihak kreditur untuk menandatangani dokumen pengalihan hak."
"Kapten Yang jangan marah, janji adalah janji. Kita semua harus bertindak adil. Sebagai penanggung jawab, saya tidak bisa memihak." Luo Sheng tertawa kaku.
Yang Jian berkata; "Hm, saya mengerti. Kalau begitu mari kita urus sesuai prosedur resmi."
Setelah mengatakan itu, dia segera menutup telepon.
Orang-orang lain di dalam kantor yang mendengar percakapan singkat keduanya langsung terdiam seketika, lalu serempak menatap Yang Jian dengan ekspresi heran.
Mereka tidak menyangka pihak lawan ternyata menolak proposal Yang Jian, tidak memberi 'muka' sama sekali.
Kapan sih Yang Jian si Mata Hantu sampai tidak bisa menangani seorang penanggung jawab kota?
Liu Xiaoyu juga merasa heran, tapi sekaligus penasaran: Apa yang ada di otak penanggung jawab itu? Berani-berannya ingin menyita gedung milik Yang Jian, ini jelas mencari mati.
"Mereka menarget saya. Kalian memang terjebak dalam perangkap."
Yang Jian meneguk cola perlahan: "Kalau mereka ingin bermain, saya akan temani. Semoga mereka sanggup menerima kekalahan."
“Lalu apa rencanamu?” Wang Bin bertanya.
“Sederhana saja, dua hari lagi pergi liburan dan bermain lagi dengan mereka.” Yang Jian berkata santai: “Bukan masalah besar, anggap saja sebagai pengisi waktu yang membosankan. Ngomong-ngomong, kalian mau ikut liburan?”
Setelah berkata demikian, ia melirik Zhang Liqin dan Jiang Yan.
“Tentu saja mau!” Jiang Yan segera menjawab sambil tertawa riang.
