Jamuan makan masih berlanjut.
Tapi di dalam ruang makan kecil yang sempit sudah menyebar bau amis darah.
Beberapa pengawal yang dibawa Bos He itu kini kulitnya terkoyak, darah mengalir deras, nyaris pingsan karena sakit, tapi mereka masih tak berhenti, menggunakan sendok baja tahan karat untuk mengikis tato di kulit mereka perlahan-lahan.
Penyebab semua ini hanya karena seorang pengawal tadi secara refleks mengeluarkan pistol.
Bos He juga tidak membuka mulut untuk mencegah. Dia tahu jika Yang Jian tidak memberi pelajaran, maka yang dalam bahaya adalah dirinya sendiri.
Lagipula luka seperti ini tidak fatal, nanti diobati di rumah sakit saja.
"Anak buahmu daya tahannya cukup bagus, benar-benar orang kejam. Sampai sekarang tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Tapi semakin kejam pada diri sendiri, semakin kejam pula pada orang lain. Aku takut tiba-tiba mereka mengeluarkan pistol lalu langsung menembakku mati. Duduk bersama orang-orang berbahaya seperti ini memang butuh nyali yang besar." Yang Jian meneguk teh susu panas yang baru dihidangkan sambil melirik ke arah mereka.
“Mainan di tangan mereka hanya untuk Kapten Yang, pasti tidak berguna. Tidak perlu Kapten Yang meladeni mereka. Lebih baik suruh mereka jalan-jalan, biar tidak mengganggu di sini.” Bos He berkata.
Yang Jian menatapnya: “Kau mau aku lepaskan mereka? Bisa saja. Tapi menurutku semua harus adil. Tadi Bos He bilang mau mengajakku main ke hiburan malammu? Begini, aku tambahkan satu aturan: Jika Bos He bisa membuatku kalah 100 juta poin, aku akan melepas satu orang dari kalian.”
“Kalau tidak bisa?” Ekspresi Bos He berubah.
Yang Jian berkata: “Jika aku menang 100 juta poin, maka seseorang dari kalian harus menghilang dari dunia ini. Satu miliar, satu nyawa. Menurutku janji ini adil. Bagaimana, Bos He? Oh ya, aku lupa mengingatkan: Nyawamu juga termasuk.”
“Apa?!”
Seketika wajah Bos He dipenuhi rasa kaget dan marah, ia langsung berdiri.
“Kapten Yang, aku sudah sangat menghargaimu. Tindakanmu kali ini keterlaluan!”
Ekspresi Yang Jian dingin: “Berlebihan? Kau jebak kami puluhan miliar sampai hampir bangkrut, itu tidak berlebihan? Kabarnya, tidak sedikit bos yang lompat dari lantai karena bangkrut di hiburan malammu. Kenapa waktu itu kau tidak merasa keterlaluan?”
“Janji adalah janji, itu katamu sendiri.”
Wajah Bos He berubah-ubah: “Kapten Yang, harus sebesar ini taruhannya?”
“Di wilayah kekuasaanmu, kau adalah bandar. Mereka mematuhi tata kramamu. Tapi di sini, sayalah bandarnya. Kau harus ikut aturanku. Jangan sampai ketahuan curang, kalau tidak permainan berakhir. Aku akan langsung membalik meja dan menghilangkan kalian semua—termasuk kau.” Setelah berkata demikian, Yang Jian menunjuk ke arah makelar Qian Xin.
Ekspresi Qian Xin berubah drastis. Seluruh tubuhnya menegang. Dengan senyum dipaksakan ia berkata: "Kapten Yang, bukankah lebih baik kita berdamai? Untuk apa berkonflik seperti ini?"
"Ini belum dianggap ingkar janji. Kalau kalian bisa mengalahkanku, tentu tidak akan ada masalah."
Yang Jian berkata: "Tadi kuperhatikan, total ada delapan orang di sini. Malam ini Bos He harus memenangkan 800 juta dariku baru urusan selesai. Sebaliknya, jika aku yang menang 800 juta, maka aku terpaksa menyatakan penyesalan."
"Markas besar tidak akan mengizinkan Kapten Yang bertindak seperti ini," kata Bos He dengan suara berat.
"Kau tahu tentang markas besar? Bagus, informasimu cukup lengkap. Silakan laporkan ini ke markas. Lihat saja apakah mereka akan mengirim orang untuk menghadapi kalian atau menghadapiku? Bos He, jangan keliru. Kalian yang mulai menggangguku. Seharusnya orang biasa tetap tenang menjadi orang biasa. Memasuki lingkaran sosial yang bukan ranahmu, harus siap menanggung risikonya."
"Aku tidak langsung menghabisi kalian saat pertemuan pertama, itu sudah bentuk pengendalian diriku. Kau punya waktu untuk merespon. Kalau mau bertahan hidup, menangkanlah kami."
Yang Jian mengetuk meja berkali-kali dengan keras, wajahnya terlihat sangat dingin.
Keringat dingin bercucuran di tubuh Bos He. Kini ia menyadari gravitasi situasi yang dihadapi.
"Yang Jian ini sama sekali tidak berniat meminta uang. Kedatangannya ke Kota Makau kali ini adalah untuk mengambil nyawanya sendiri. Tadinya dia naif mengira dengan mengganti rugi sedikit uang, masalah ini bisa dibereskan. Tapi sekarang ternyata situasi berkembang ke arah yang terburuk."
Memang, ini sesuai dengan gaya orang-orang dari lingkaran gaib.
Hanya saja Bos He tidak menyangka, setelah seumur hidup menjadi bandar, kali ini giliran orang lain yang memegang kendali.
"Kapten Yang, mari kita bahas lagi masalah ini. Jangan sampai hubungan kita renggang. Kan tujuan kita semua sama-sama mencari keuntungan. Untuk apa bersikap seperti ini?" Qian Xin masih berusaha menjadi penengah, terus membujuk Yang Jian untuk mengurungkan niatnya.
Tapi sebelum kalimatnya selesai,
Tiba-tiba,
Tubuh Qian Xin membeku. Dia merasakan benda asing yang aneh di dadanya. Dingin yang menusuk tulang tiba-tiba mengaliri seluruh tubuhnya. Kemudian dia melihat sebuah telapak tangan mayat yang dingin dan menghitam perlahan muncul dari kerah bajunya, lalu langsung mencekik lehernya dengan kekuatan yang mengerikan, seolah ingin meremukkan tulang lehernya.
Seketika, rasa sesak napas dan ketakutan yang hebat membanjiri hatinya.
Saat ini, Qian Xin membelalakkan mata penuh kengerian sambil menatap telapak tangan mayat yang ganjil dan mengerikan di lehernya, seluruh tubuhnya gemetar tak terkendali.
Ini... Hantu?
"Kalian memang demi keuntungan, tapi aku tidak. Jangan sampai salah paham." Kata Yang Jian sambil menatapnya tajam.
Memandangi telapak tangan mengerikan yang mencengkeram leher Qian Xin, Bos He wajahnya terlihat pucat, kondisi fisiknya sangat buruk. Dia tahu ini adalah kekuatan gaib yang dimiliki Yang Jian, yang begitu digunakan tak ada bedanya dengan pembunuhan langsung oleh hantu gentayangan.
Orang biasa yang berhadapan dengan kekuatan hantu gentayangan seperti ini sama sekali tidak punya ruang untuk melawan.
"Kalau Kapten Yang bersikeras seperti ini, terpaksa aku harus mempertaruhkan segalanya untuk menemani Kapten Yang bermain. Hanya berharap Kapten Yang bisa menepati janji, jangan menagih utang setelahnya." Bos He kini tenang dan memutuskan untuk mengambil risiko.
Dia tidak punya pilihan lain.
Karena Yang Jian kapan saja bisa membunuh mereka, dia terpaksa mematuhi aturan permainan Yang Jian.
"Tentu, aku orang yang selalu menepati janji. Ini hanya permainan taruhan. Kalau menang, tak akan ada masalah. Tapi kalau kalah, hari ini nyawamu harus tertinggal di sini." Kata Yang Jian.
"Kalau begitu aku pamit dulu. Klub hiburan Da Xing-ku ada di seberang. Kapten Yang pasti tidak akan tersesat. Aku akan menantimu di sana."
Sikap Bos He kini berubah, terlihat lebih tegas. Dia membawa serta pengawal dan asistennya pergi.
Hubungan sudah retak, tak perlu lagi menjaga sopan santun. Dia juga tidak takut Yang Jian tiba-tiba main kasar, toh peraturan sudah disepakati.
Yang Jian diam saja, membiarkan kepergian Bos He dan anak buahnya.
"Kak, tiba-tiba jadi sok jagoan nih. Mending kita blokir mereka di sini, biar baru boleh pergi setelah kita selesai main. Kalau dilepasin gini, nanti pasti bakal cari bala bantuan buat balas dendam." Kata Zhang Wei.
“Kau juga tahu pihak lawan akan memanggil orang, dan aku sengaja ingin mereka memanggil orang. Kalau tidak memanggil orang, bagaimana caranya memancing keluar orang di belakang layar?”
Yang Jian berkata: “Tentu saja, dengan syarat orang di belakang mereka mau membela mereka. Kalau cuma tumbal, hari ini mereka pasti kalah, dan aku akan menangani ini sebagai urusan biasa.”
“Apakah ini serangan terhadapku, atau cuma salah paham, tergantung pada hasil taruhan ini menang atau kalah.”
Zhang Wei berkata: “Lalu kau mau bertaruh? Bisa menang delapan miliar dari lawan? Jangan bercanda, keahlianmu mana aku tidak tahu. Main Dou Dizhu saja belum pernah menang.”
“Tidak. Aku tidak akan bertaruh, dan emang tidak suka. Aku sama sekali tidak tertarik dengan hal begini.” Kata Yang Jian.
“Lalu kenapa tadi bilang mau taruhan sama mereka?” Tanya Zhang Wei.
Yang Jian menjawab: “Aku tidak turun. Kalian berdua, kau dan Xiong Wenwen yang main.”
“Akhirnya tetap harus minta tolong ke Ah Beng (). Xiao Yang, kali ini kau benar pilih orang! Coba kasih tahu, berapa modal yang kau siapkan buat Ah Beng? Aku jamin lawan bakal bangkrut, sujud manggilmu 'Ayah', manggilku 'Kakek'.” Xiong Wenwen langsung berdiri sambil mendongakkan kepala penuh kebanggaan.
Wang Bin berkata: “Uang di rekening perusahaan tinggal sedikit, cuma puluhan juta.”
“Apa?! Cuma segitu? Waktu aku pergi masih ada puluhan miliar! Kalian pakai buat apa sampai habis segini?” Jiang Yan membelalakkan mata tak percaya.
Sebagai akuntan, sebelum pulang kampung dia yang mengelola rekening perusahaan dan akun pribadi Yang Jian.
Wang Bin terdiam.
Yang Jian saat ini melambaikan tangan dan berkata: "Cuma uang, kalau kalah bisa menang kembali, bukan masalah besar. Karena lawan sudah masuk lebih dulu, kita juga harus segera berangkat. Waktu setengah jam sudah cukup bagi mereka untuk bersiap-siap."
"Bagus, saatnya A Wei menunjukkan keahlian. Ayah, kau harus perhatikan baik-baik, lihat bagaimana aku menyelamatkanmu dari tepi kebangkrutan." Zhang Wei berdiri, penuh vitalitas seperti ahli yang baru muncul.
"Lagipula aku tidak pernah berharap padamu." Zhang Xiangui melirik sambil berkata.
"Ayo mulai, semoga kita semua bisa bersenang-senang malam ini." Kata Yang Jian.
Tak lama kemudian.
Rombongan meninggalkan kedai teh New menuju Hiburan Daxing di seberang jalan.
Gedung hiburan yang megah dengan penerangan gemerlap, mobil-mobil mewah hilir mudik, pengunjungnya berpakaian mewah dan banyak pria tampan serta wanita cantik yang keluar masuk.
Yang Jian dan rombongannya memasuki Hiburan Daxing menuju area penukaran poin.
"Dua juta poin per orang. Kemenangan jadi milik kalian, kerugian tanggunganku." Dia memberikan tunjangan kepada beberapa manajer dan eksekutif senior yang ikut.
"Terima kasih banyak, Bos Yang."
Jiang Yan mencibir tidak senang karena uang itu harus keluar dari kantong pribadi Yang Jian.
"Kalau aku? Pasti jatahku lebih dari segini." Kata Zhang Wei.
"Ayah Beruang juga harus dapat perlakuan spesial!" Xiong Wenwen langsung menuntut.
Yang Jian berkata; "Kalian memang spesial. Jiang Yan, berikan dompetmu padaku."
"Untuk apa kau mau dompet?" Jiang Yan mengeluarkan dompetnya.
Yang Jian membuka dompet lalu menyerahkan seribu yuan kepada Xiong Wenwen dan Zhang Wei: "Ini semua uang yang kalian punya."
"Apa? Cuma seribu? Xiao Yang, kau salah hitung ya. Setiap anggota klub dapat dua juta lho!" protes Xiong Wenwen.
Yang Jian berkata: "Mereka ikut berinvestasi dengan risiko kekalahan tinggi. Tapi kemenanganmu pasti. Seribu yuan sudah cukup besar. Kalau bukan karena batas minimal penukaran, sepuluh yuan pun sudah kuberikan."
“Sementara kau sudah bicara seperti ini, seribu yuan ya seribu yuan. Bagaimanapun, akhirnya pasti Ayah Beruang yang menang.” Xiong Wenwen baru mengangguk, menyimpan seribu poin ini.
Zhang Wei berkata dengan suara berat: “Jika begitu, saya seratus yuan saja cukup.”
“Jangan kau membual, kira-kira kau ini saya?” Xiong Wenwen sangat merendahkan: “Nanti saat kalah jangan diam-diam pergi meminjam uang.”
“Dengan seratus yuan, aku A Wei bisa membuat lawan bangkrut.” Zhang Wei juga berkata penuh keyakinan: “Kecuali mereka curang. Tapi pasti mereka tidak berani, kalau berani pakai cheat, Kakak Kaki akan membunuh mereka.”
“Aku akan duduk diam melihatmu membual, menunggu wajahmu dipukul. Tapi kalau kalah juga gapapa, bagaimanapun di saat terakhir tetap harus mengandalkan Ayah Beruang-ku.” Xiong Wenwen berkata.
Saat berbicara, Yang Jian dan yang lain sudah menukarkan poin mereka.
Wang Bin, Zhang Xiangui dan anggota lainnya masing-masing mendapat dua juta poin, cukup untuk bermain-main dan ikut serta.
Xiong Wenwen dan Zhang Wei masing-masing mendapat seribu poin.
Yang Jian tidak tertarik dan tidak ikut serta.
"Sementara kau tak main, aku juga tak mau main. Aku cuma punya sedikit uang simpanan ini, tak ingin sampai kalah habis," kata Jiang Yan.
“Kalian bisa ikut Xiong Wenwen, biar dia yang ajak kalian main.” Yang Jian berkata.
Jiang Yan mendengar ini matanya langsung bersinar: “Oh iya, kenapa aku tidak kepikiran ya.”
Seketika itu juga, dia menukar sepuluh ribu poin.
Bukan tidak punya uang, tapi Jiang Yan penakut, ingin mencoba dulu. Bagaimana jika ramalan Xiong Wenwen meleset? Bukannya malah dijebak sampai mati?
Lebih baik berhati-hati.
“Kak Kaki, aku duluan ya, nanti ketemu lagi.” Zhang Wei yang sedang bersemangat membawa seratus yuan beraura menyeramkan menyergap ke dalam kota hiburan, lalu menghilang tanpa bekas.
Zhang Xiangui langsung berkata: “Yang Jian, dia kabur begitu saja, apa tidak bahaya?”
“Tidak, aku akan terus mengawasi. Tenang saja, tujuan ku tidak ikut adalah memastikan tidak ada yang mengacau.” Jawab Yang Jian.
“Kalau begitu baiklah.” Zhang Xiangui baru merasa lega.
“Siapa yang mau ikut Ayah Beruang? Aku jamin bawa kalian kaya!” Xiong Wenwen memutar bola matanya, memutuskan merekrut beberapa anak buah.
Jiang Yan langsung berseru: “Aku, bawa aku!”
Beberapa manajer yang ikut juga menyatakan ingin mengikuti Xiong Wenwen. Siapa yang mau melewatkan kesempatan jadi kaya?
Wang Bin dan Zhang Xiangui mengutarakan keinginan berkeliling sendiri.
Yang Jian juga tidak menghalangi tindakan mereka.
Tak lama kemudian.
Rombongan itu terpisahkan di dalam kota hiburan.
“Benar-benar tidak ada bahaya?” Jiang Yan berbisik pelan.
Yang Jian menjawab: “Tempat sekecil ini tidak mungkin ada situasi.”
Setelah berkata demikian, dia memberi isyarat ke pelayan untuk mengambil segelas air.
“Kalau tidak tenang, pegang gelas ini. Ia akan melindungimu.” Yang Jian menyerahkan gelas air itu ke Jiang Yan.
Jiang Yan melihat-lihat gelas air, melalui bayangan di gelas itu dia melihat siluet anjing jahat hitam muncul di dalamnya.
"Kalau begitu aku jadi tega melepas."
Dia sama sekali tidak takut, mengetahui ini adalah strategi Yang Jian, sehingga merasa sangat aman. Seketika dia memicingkan mata dan tersenyum.
Yang Jian berkata: "Pergi bermainlah, aku akan jalan-jalan sebentar."
"Jangan pergi jauh ya, kalau ada apa-apa aku akan memanggilmu," kata Jiang Yan.
Yang Jian mengangguk, lalu berjalan sendirian ke satu arah di pusat hiburan tanpa tujuan jelas.
Dia bergerak.
Semua CCTV di sudut gelap mulai mengawasinya, hampir 360 derajat tanpa titik buta.
"Hari ini awasi ketat Yang Jian ini dan anak aneh bernama Xiong Wenwen. Orang lain mungkin hanya kedok, cukup pantau saja. Yang Jian dan Xiong Wenwen bukan orang biasa, pasti akan curang dengan cara tertentu. Jangan biarkan mereka menang sampai 800 juta poin!" Di ruang pemantauan, Bos He muncul dengan wajah muram sambil menggigit gigi ke manajer satpam.
"Tenang saja Bos, mereka tidak mungkin menang," jawab manajer satpam.
Bos He menambahkan: "Jika hari ini mereka berhasil mendapatkan 800 juta, jangan salahkan aku kalau tidak ada toleransi. Tapi jika target tercapai, 800 juta itu akan jadi bonus kalian hari ini."
"Terima kasih banyak, Bos!"
Kerumunan di ruang pemantauan langsung bersemangat.
Namun Bos He sama sekali tidak senang. Dengan wajah suram dia keluar dari ruang pemantauan, karena menurutnya ini belum cukup aman. Dia masih perlu meminjam beberapa ahli judi dari pusat hiburan lain untuk mengintervensi, selain itu juga harus menghubungi penanggung jawab Kota Makau, Luo Sheng.
Strategi orang biasa mungkin efeknya terbatas, anggota lingkaran gaib tetap harus dihadapi oleh sesama anggota lingkaran gaib.
"Bos, Luo Sheng sudah bermain di ruang VIP sepanjang sore ini, sampai sekarang belum pergi." Seorang asisten mengingatkan.
"Belum pergi? Di ruang VIP mana, bawa aku mencarinya." Ekspresi Bos He berubah, langsung bergegas menuju sana.
Dia punya firasat bahwa Luo Sheng sengaja menunggu kedatangan Yang Jian di sini.
Semakin begitu, semakin gelisah hati Bos He.
Karena ini berarti dia benar-benar mungkin sedang dijebak sebagai pistol, lawan sengaja menggunakan tangannya untuk memancing Yang Jian ke Kota Makau, dan kejadian selanjutnya sudah di luar pengetahuannya.
Hatinya semakin dilanda kepanikan.
