Memancing ikan?
Firasat buruk menyergap, meski sebelumnya sudah mempertimbangkan masalah ini, saat Yang Jian secara terbuka mengatakannya, jantung mereka tetap berdebar kencang.
Ternyata.
Kelambanan Yang Jian bertindak dan tekanan terus-menerus pada Bos He semata untuk memaksa mereka yang bersembunyi di balik layar keluar.
Tapi sampai tahap ini sudah tak bisa mundur.
Yang Jian sudah datang, Sun Ren sudah muncul, Luo Sheng juga hadir... Mundur sekarang berarti mengundang maut. Memberanikan diri bertindak mungkin masih ada kesempatan.
Beberapa orang saling memandang diam-diam, di mata masing-masing terlihat keteguhan.
"Kapten Yang, jangan langsung tegang seperti pedang terhunus. Biar saya jadi perantara, ingin saya mediasi masalah ini? Kita semua Pengendali Hantu, bertahan hidup saja sudah sulit. Musuh kita sebenarnya adalah arwah penasaran dalam peristiwa gaib. Situasi sekarang ini, Kapten juga tahu, bertahan hidup saja susah. Adu kekuatan terus kan tolol."
Luo Sheng tersenyum, berusaha meredakan suasana panik.
Sesuai rencana sebelumnya, mereka berencana menyerang bersama untuk mengulur Yang Jian beberapa detik, lalu mundur cepat dan menggantung plat nomor 707 di luar pintu, langsung menjebaknya.
Tapi sebelum bertindak, sama sekali tidak boleh membuat dia curiga.
Keberhasilan rencana ini bergantung pada serangan mendadak.
Tapi dalam situasi seperti ini, rencana itu mustahil berhasil.
"Luo Sheng, maksud tersembunyimu sudah kuketahui. Bualanmu cukup untuk menipu anak kecil saja. Ngomong begini di sini jelas menghina. Kau pikir hanya kau yang pintar, yang lain semua tolol?" kata Yang Jian dengan wajah dingin.
"Lihat saja Sun Ren si buronan duduk di sini. Kau tidak hanya acuh, malah mau berdamai denganku? Otak babi? Penanggung jawab berdamai dengan buronan?"
Wajah Luo Sheng langsung berubah suram.
Ini pertama kalinya dia dihina langsung seperti ini, padahal dia juga penanggung jawab sebuah kota.
"Yang Jian, jangan sembarangan sebut aku buronan! Kejahatan apa yang sudah kulakukan?"
Sun Ren berkata dengan nada penuh kebencian: "Culik Zhang Wei? Aku sama sekali tidak pernah berniat melawannya. Aku hanya memanfaatkan Zhang Wei sekali saja. Jika benar ingin membunuhnya, menurutmu apakah Zhang Wei masih bisa hidup sampai sekarang?"
"Kalau kau memang tidak bersalah, mengapa muncul di acara ini alih-alih langsung menghubungi dan menjelaskan padaku? Sebagai Pengendali Hantu, pasti kau punya strategi untuk menemukanku. Tapi kau tidak melakukannya. Kehadiranmu kali ini jelas ingin melawanku. Pertama culik Zhang Wei, lalu memeras hantu gentayangan yang kukung, lalu menjadi Pengendali Hantu untuk menyerangku. Masih berani kauanggap ini benar?" Kata Yang Jian dengan wajah datar.
"Surat pencarianmu itu yang membuatku tak punya jalan keluar."
Sun Ren menatapnya tajam: "Kita dulu sekelas, tapi kau sama sekali tak punya belas kasihan. Sebelumnya aku pernah mencoba mencarimu, nyaris terbunuh hantu gentayangan. Jangan bilang kau tidak tahu."
"Menyusup diam-diam ke tempat orang tanpa permisi, masih berani membela diri?"
Tatapan Yang Jian mendingin: "Sudahlah, aku juga tak ingin banyak omong kosong denganmu. Kehadiranmu hari ini pasti sudah disertai persiapan mental. Alasan dan penjelasan tak penting lagi. Yang utama adalah hasil akhir."
"Benar, proses tak penting. Hasil akhir yang utama." Sun Ren mengangguk dengan wajah sama dinginnya.
"Yang Jian, taruhan kita belum dimulai. Jangan-jangan kau mau ingkar janji." Pria bernama Zheng Yijing tiba-tiba menyela.
Yang Jian meliriknya: "Aku takkan ingkar. Katakan, mau bertaruh apa?"
Zheng Yijing langsung berkata: "Taruhan normal tidak menarik dan tidak sesuai dengan status Kapten Yang sepertimu. Karena kita semua anggota lingkaran gaib, lebih baik kita bermain sesuatu yang berhubungan dengan dunia gaib."
"Taruhan gaib? Tidak masalah, tapi kesempatan ini hanya akan kuberikan sekali." Yang Jian penuh keyakinan, dia memberi isyarat: "Bagaimana cara mainnya?"
Zheng Yijing tak menyangka Yang Jian begitu cepat setuju, ekspresinya berubah halus sementara pikirannya bekerja cepat.
Selama lawan tidak langsung membalik meja, ini adalah kesempatan bagi mereka.
Dengan memanfaatkan kesempatan ini, mungkin benar-benar bisa menjatuhkan Yang Jian.
Tentu saja, jika gagal, konsekuensinya adalah serangan mengerikan dari Yang Jian.
Sun Ren saat ini menoleh ke Zheng Yijing, memberikan isyarat dengan tatapan.
Dia merasa sekarang saatnya menampilkan Ruangan 707.
Zheng Yijing memahami isyarat itu, langsung berkata: "Di Pusat Hiburan Daxing ada ruangan misterius bernomor 707. Konon siapa pun yang masuk tak pernah keluar. Mari kita jadikan ruangan itu sebagai arena taruhan. Jika kamu bisa masuk lalu keluar, kami yang kalah. Sebaliknya, jika tidak bisa keluar..."
Di samping, ekspresi Luo Sheng berubah halus, matanya menatap tajam ke arah Yang Jian.
Jebakan yang begitu jelas, apakah Yang Jian akan terlalu percaya diri untuk menerimanya?
Meski berpikir demikian, sebenarnya dia berharap Yang Jian benar-benar menerima taruhan ini, karena dengan begitu mereka bisa membuat Yang Jian masuk ke Ruangan 707 tanpa pengorbanan apapun.
"Dari tampaknya kau sudah siap-siap, sebuah kamar terkutuk yang tak mungkin ditembus orang hidup? Menarik, taruhan ini saya terima." Yang Jian berkata.
"Benarkah?" Zheng Yijing sendiri ragu, tak menyangka Yang Jian langsung menyetujui.
Tapi kemudian Yang Jian melanjutkan: "Memang saya setuju dengan taruhan ini, tapi kalau sudah bertaruh, kedua belah pihak harus adil. Saya bisa nekat masuk ke ruang 707, tapi dengan apa kalian bertaruh nyawa melawan saya? Jangan bilang pakai harta dan nyawa Bos He, dia tak layak. Kalau tak bisa menyodorkan modal setara, kau bahkan tak punya hak untuk terus bermain denganku."
"Ini..." Zheng Yijing mulai kebingungan.
Perkataan Yang Jian benar - dengan apa dia bisa bertaruh melawan Yang Jian?
Luo Sheng juga mengerutkan alisnya.
"Kalau menang, ruang 707 jadi milikmu." Sun Ren tiba-tiba menyela.
Yang Jian terkekeh sinis: "Membunuh kalian pun hasilnya akan sama."
Wajah Sun Ren langsung muram, memilih bungkam.
"Tak masalah kalau kalian tak punya modal untuk bertaruh, asal aturan mainnya diubah. Kita masuk bersama ke ruang 707, hanya yang bisa keluar hidup-hidup yang jadi pemenang."
Begitu kata-kata ini meluncur, wajah mereka langsung berubah, tepatnya hati mereka mulai mengkerut.
Mereka tak berani memasuki kamar terkutuk nomor 707.
Itu adalah ruangan yang benar-benar dihuni hantu gentayangan. Terjebak di dalam pasti akan mati dengan mengerikan.
"Tak perlu berpikir panjang, keputusan sudah tetap. Di mana ruang 707? Sudah saya bilang, kesempatan hanya sekali, tak ada yang kedua." Yang Jian melirik yang lain.
"Zheng Yijing saat ini tampak sulit, merasa terjebak dalam situasi sulit. Ia menoleh ke arah Sun Ren: "Dia tahu di mana kamar nomor 707."
Tatapan Sun Ren berkelip-kelip tak menentu.
Dia ingin menghabisi Yang Jian, tapi tak punya keberanian untuk bunuh diri bersama. Sekarang hatinya diliputi pergulatan dan keraguan.
"Kau ragu-ragu?"
Yang Jian mengejek: "Benar, ini sesuai karaktermu yang takut mati. Kalau bukan darurat mutlak, mana berani kau bertarung nyawa denganku."
"Yang Jian, aku tahu kau kejam. Tapi aku bukan diriku yang dulu. Kau mau main? Aku temani. Kamar 707 ada di sini." Sun Ren berkata dingin sambil mengeluarkan plat nomor kamar tua.
Di atasnya tertulis tiga angka hitam 707.
"Plat nomor kamar?" Mata Yang Jian menyipit, mengamati plat itu.
Terasa familiar.
Sepertinya pernah melihatnya di suatu tempat.
Benar! Bukankah ini plat nomor kamar-kamar ganjil di Hotel Caesar?
"Cara pakainya?" tanya Yang Jian tetap tenang.
"Gantung di balik pintu. Tempat ini akan menjadi kamar terkutuk 707 yang baru," jawab Sun Ren.
Begitu selesai bicara,
Plat nomor di tangan Sun Ren langsung menghilang, lalu muncul di genggaman Yang Jian.
"Kau...!" Kerumunan panik, menatapnya dengan tajam.
Luo Sheng begitu kaget sampai langsung berdiri, refleks ingin bertindak.
Tapi Yang Jian langsung melempar benda itu: "He Yue Lian, benar? Bawa ini keluar dan gantung di balik pintu. Mulailah taruhan ini."
He Yue Lian menerima plat itu dengan perasaan terkejut, gugup, dan takut.
Dia melihat-lihat beberapa orang yang duduk di depan meja, untuk sementara tak berani bertindak gegabah.
"Kapten Yang, biar saya yang urus ini." Bos He segera menawarkan diri.
Yang Jian bahkan tak melirik, hanya menjawab dengan dingin: "Begitu kau melangkah keluar pintu, aku sendiri yang akan menebasmu."
Bos He langsung membeku di tempat, keringat dingin tak tertahan mengucur di alutnya.
"Apa gunanya berdiri di sini? Kalau tak mau pergi, tinggallah." Yang Jian membentak.
"A-aku... aku pergi." He Yue Lian tersentak tersadar dari lamunan, buru-buru mengambil plakat nomor kamar dan keluar.
Kerumunan menyaksikan kepergiannya, hati serasa tertarik naik.
Haruskah dihalangi?
Masih ada waktu untuk bertindak sekarang.
Begitu plakat nomor itu dipasang, semuanya akan terlambat. Tak hanya Yang Jian yang terjebak, mereka sendiri juga akan terperangkap sampai mati di sini.
Beberapa orang saling bertukar tatapan kilat.
"Kalian bisa mencoba menghalanginya. Tapi begitu kalian bertindak, artinya kalian sendiri yang ingkar janji, membatalkan taruhan. Saat itu terjadi, jangan harap aku memberi kesempatan kedua." Yang Jian mengingatkan.
"Tak boleh bertindak."
Mendengar perkataan Yang Jian, semua otak kembali muncul pertanyaan ini.
Menghalangi He Yue Lian berarti memaksa Yang Jian turun tangan, situasi akan semakin buruk.
Berderit!
He Yue Lian meninggalkan ruang VIP, pintu gerbang perlahan tertutup.
Tak lama kemudian, suasana di luar kembali tenang.
Tapi jantung kerumunan justru menggantung.
Kemudian...
Dari balik pintu gerbang terdengar suara gesekan, seolah He Yue Lian sedang memasang plakat nomor kamar.
"Aku harus pergi dari sini, aku tak ingin menemani kalian jadi gila." Pada saat itu, orang yang bernama Zhang Zhi tidak tahan menanggung tekanan ini, berteriak histeris, lalu seperti orang gila menerobos ke arah pintu gerbang.
Dia tak ingin mati di sini.
Menjebak Yang Jian lalu bagaimana?
Dirinya sendiri juga akan mati.
Dia datang untuk mencari keuntungan, bukan untuk menghadiahkan nyawa.
"Braak!"
Namun sesaat kemudian, Zhang Zhi menabrak pintu gerbang dengan keras.
Pintu kayu tetap tak bergerak sama sekali, tidak ada tanda-tanda kerusakan, suasana di luar juga sepi yang mengerikan.
Hanya gaung yang bergema di ruangan kosong ini.
Tampaknya dia terlambat satu langkah... Ruangan 707 sudah datang.
