Tak disangka mereka begitu pengecut, bahkan tak berani menampakkan diri. Rencananya menjebak Yang Jian di dunia mimpi ini, membuat tubuhnya di luar terus tertidur pulas tak bisa bangun.
Metode yang bagus.
Tapi menahan seorang Pengendali Hantu termasyhur dalam waktu lama, ini agak naif.
Atau mungkin mereka sangat yakin dengan dunia mimpi ini, mengira tak akan ada kejadian tak terduga.
"Menarik, kalian ingin menjebakku? Silakan coba. Tapi jangan lupa, setiap peristiwa supranatural pasti punya sumber, termasuk dunia mimpi buruk ini. Begitu kutemukan sumbernya, bersiap-siaplah kalian." Ekspresi Yang Jian tetap tenang.
Suara asing terdengar lagi dari kedalaman kastil: "Tuan Yang, tenang saja. Kau hanya akan tersesat selamanya di sini. Mustahil menemukan sumbernya."
"Sepertinya kalian memanipulasi struktur kastil dengan kekuatan gaib, menyembunyikan sumber di tempat yang sangat aman." Kata Yang Jian.
"Kau pintar. Meski tahu beberapa informasi dan petunjuk, tetap tak bisa berbuat apa-apa. Di sini kau cuma orang biasa." Sahut suara itu.
Yang Jian terkekeh sinis: "Kalau memang aku orang biasa, kenapa tak muncul dan bunuh aku? Kematianku pasti bikin kalian lebih tenang, bukan?"
Namun suara di kastil tiba-tiba meredup, tak ada jawaban lagi.
"Sungguh tak mau muncul? Aku belum pernah lihat pengecut selevel ini." Setelah menunggu tanpa hasil, Yang Jian akhirnya menyerah.
Di bagian terdalam kastil, terdapat sebuah aula utama.
Di tengah aula berdiri meja bundar, mirip ruang rapat.
Saat ini, ruangan itu diisi empat atau lima orang - pria dan wanita dengan wajah asing, beberapa berkulit putih. Luo Sheng yang duduk di antara mereka terlihat tak mencolok.
"Ini kesempatan emas. Menurutku kita harus manfaatkan mimpi buruk ini untuk membunuh Yang Jian. Jika berhasil, kita sudah melenyapkan seorang komandan tim. Jangan sampai terlewat."
Seorang pria dengan mata cekung dan tatapan tajam mengetuk meja, berbisik dengan suara rendah.
"Menjebak seorang komandan tim dalam waktu lama cukup sulit. Jika terjadi hal tak terduga di tengah proses, kita tidak akan menemukan kesempatan sebaik ini lagi."
Rupanya mereka sedang mendiskusikan cara menghadapi Yang Jian yang saat ini berada dalam dunia mimpi buruk.
"Menurut saya lebih baik tidak usah dihiraukan. Cukup kurung saja dia. Selama Yang Jian tidak muncul di luar dalam waktu lama - bahkan sebulan pun - rencana kita akan berhasil. Kalau kita berusaha menghabisinya sekarang dan gagal, dampaknya akan sangat besar. Jika benar-benar ingin bertindak, tunggulah sampai sebulan kemudian."
Luo Sheng berkata. Setelah kontaknya dengan Yang Jian, ia mulai memahami bahwa pasti masih ada strategi yang belum digunakan oleh Yang Jian.
"Dengan karakter hati-hati seperti dia, mustahil dia memasuki dunia mimpi buruk tanpa keyakinan diri yang kuat."
"Kau terlalu pengecut, Tuan Luo. Di sini tidak ada yang bisa menggunakan kekuatan hantu gentayangan. Jadi dunia mimpi buruk justru tempat paling aman. Saat ini kita banyak orang, sementara Yang Jian hanyalah murid kurus yang lemah. Bersama-sama kita bisa memukulinya sampai mati di sini."
"Ini kesempatan emas untuk menghabisi dia."
Luo Sheng menjawab: "Ini juga kesempatan emas BAGI DIA untuk menghabisi KITA. Kalian pasti tahu bagaimana Yang Jian sebelumnya 'memancing' kita. Jika saat itu kalian muncul, pasti sudah dihabisi semua olehnya."
"Tuan Luo, pendapatmu salah. Memang Yang Jian tidak biasa, tapi sama sekali tidak bisa menghalangi rencana kita. Hanya saja saat ini waktunya belum tepat, kita tidak boleh terbuka. Untuk menghadapi para komandan tim itu harus ditaklukkan satu per satu. Jika mereka bersatu justru akan menjadi masalah besar, tapi sendirian tidak akan jadi ancaman berarti."
Pria bermata cekung dengan tatapan tajam itu berkata dengan serius.
"Menurutku lebih baik kita voting. Apakah bertindak di sini untuk menghabisi Yang Jian, atau menjebaknya di tempat ini? Saya rasa kita harus bertindak membasmi musuh ini. Saya yakin Misionaris sendiri akan sangat setuju dengan usulan saya."
Kelima orang yang hadir saling berpandangan.
Kemudian dua orang mengangkat tangan.
Luo Sheng dan seorang wanita tidak setuju untuk bertindak sekarang.
Tapi tiga orang menyetujui, penentangan mereka tidak berguna.
"Kalian akan menyesal." Luo Sheng memandangi mereka dengan kesal.
"Justru TIDAK bertindak sekarang yang akan membuat menyesal."
Pria bermata cekung dengan tatapan tajam itu berdiri: "Jangan buang waktu lagi, mari segera berangkat. Jangan sampai tamu kita menunggu terlalu lama."
"Ayo, bersama kita buru bajingan bernama Yang Jian ini."
"Di sini dia cuma monyet kurus, lihat bagaimana aku akan memuntir lehernya!"
Seorang pria asing berbadan kekar memutar-mutar kepalan tangan sambil tersenyum.
Mereka tidak datang tanpa persiapan. Dari rak di sebelah, mereka mengambil beberapa senjata khas abad pertengahan: pedang-pedang besi dan palu perang.
Di dunia mimpi buruk, meski tidak bisa membawa masuk senjata gaib, senjata biasa tetap bisa dimasukkan. Hal ini sama dengan dunia Hantu Mimpi, tapi senjata yang lebih rumit seperti meriam dan granat tangan tetap tidak bisa dibawa masuk.
Karena dunia dalam mimpi tetaplah dunia mimpi, hal-hal yang terlalu rumit tampaknya tidak bisa dihadirkan.
Mereka juga pernah mencoba membongkar pistol dan membawa bagian-bagiannya ke dalam dunia mimpi buruk.
Hasilnya, komponen berhasil dimasukkan, pistol berhasil dirakit, peluru pun terisi di magazen, namun saat menarik pelatuk, peluru macet dan tidak bisa ditembakkan.
Setelah diselidiki, ditemukan bahwa bubuk mesiu tidak bisa dinyalakan di dunia mimpi buruk.
Prinsip yang sama berlaku untuk senjata seperti busur panah yang gagal berfungsi, karena tali busur tidak memiliki elastisitas yang cukup.
Luo Sheng melihat ketiganya benar-benar tampak ingin menghabisi Yang Jian, dia pun berhenti bicara. Khawatir jika terlalu banyak komentar malah dianggap membantu Yang Jian, yang nantinya akan membuatnya dicurigai dan semakin sulit.
"Bagus juga, biarkan mereka mencoba lagi. Lihat apakah Yang Jian hanya pura-pura berani atau benar-benar punya Langkah Cadangan. Lebih baik semua kartu trufnya terbongkar sekarang daripada nanti kita merugi karena tidak tahu."
Memikirkan ini, dia pun ikut mendekat.
Bukan untuk membantu, hanya ingin menonton keributan. Begitu melihat situasi memburuk, dia akan segera keluar dari dunia mimpi buruk.
"Kau tidak mau melihat?" tanya Luo Sheng pada seorang wanita yang sedang duduk di kursi.
“Wanita itu memiliki rambut pirang yang indah, bibir seksi, dan kulit yang sehat. Bagaimana mungkin dia terlihat seperti seseorang yang bisa mengendalikan hantu gentayangan?”
“Atau mungkin dalam dunia mimpi buruk ini, mereka bisa menampilkan sisi diri mereka sebagai orang hidup, bukan citra kematian yang suram.”
Wanita itu berkata, “Aku tidak tertarik dengan perselisihan di antara kalian. Silakan pergi dan lihat sendiri.”
Luo Sheng mengangguk, tak berbicara lagi. Dia segera berlari mengejar dan menyusul ketiga orang di depannya.
Meski kastil ini sangat besar dan rumit,
bagi yang sudah mengenal setiap sudutnya, ini bukanlah masalah.
Saat ini Yang Jian tidak berkeliaran di dalam kastil. Berjalan sembarangan di wilayah kekuasaan orang lain adalah tindakan bodoh. Jadi dia berdiri di aula utama kastil, tidak jauh dari pintu gerbang. Meski berada dalam lingkungan yang sangat berbahaya, asal bisa bertahan sampai anjing jahatnya datang, segalanya akan membaik.
“Kenapa anjingku belum juga datang? Apakah meretas masuk ke dunia mimpi buruk perlu waktu sebanyak ini?”
Dia merasa cemas, tapi tetap menunjukkan ekspresi percaya diri.
Siapa tahu ada yang mengawasinya diam-diam. Karena itu, dia harus menjaga penampilannya.
Tak lama kemudian,
dari ujung lorong gelap tiba-tiba terdengar derap langkah kaki.
Suara itu semakin dekat, lalu muncul bayangan beberapa orang.
Yang Jian menoleh ke arah sumber suara. Dia melihat tiga orang: satu berkulit Asia, dua pria berkulit asing.
Anehnya, mereka membawa pedang dan palu, bergegas mendekat ke arahnya.
“Jangan-jangan mereka mau membunuhku?”
Yang Jian menyempitkan matanya, tetap berdiri di tempat sambil memandangi ketiganya yang berjalan mendekat dengan tenang.
"Yang Jian, sesuai permintaanmu, kami datang untuk menghadapimu. Keberadaanmu di dunia mimpi buruk ini adalah faktor tidak stabil. Hanya kematianmu yang bisa membuat kami tenang,"
Pria bermata cekung dengan tatapan tajam itu berkata dengan suara berat, sambil menggenggam erat pedang panjang di tangannya yang terlihat sangat tajam, mampu memenggal kepala seseorang dengan mudah.
Dua orang asing di sebelahnya menunjukkan senyum kejam.
"Pilihan yang bagus. Daripada pasif menunggu sampai aku terperangkap mati, lebih baik mengambil inisiatif menyerang dan membunuhku di dunia mimpi buruk ini."
Yang Jian mengangguk: "Kalau aku jadi kalian, aku juga akan melakukan hal yang sama. Lagipula kesempatan seperti ini memang langka."
"Kau tidak takut melihat kedatangan kami? Di sini kau hanya orang biasa." Pria tadi mengerutkan kening.
Yang Jian menjawab: "Mengapa harus takut? Jika aku orang biasa, apakah kalian bukan? Jika aku bisa mati, apakah kalian kebal? Bahkan mungkin kalianlah yang akan tewas, bukan aku."
Keyakinannya tetap tak tergoyahkan, meski kini hanya menyisakan satu tangan.
"Liu. Jangan terburu nafsu. Bisa jadi ini jebakan Yang Jian." Luo Sheng yang mengikuti dari belakang berbisik keras.
"Yang Jian, kurasa ini hanya pertunjukan keberanianmu. Leluconmu mungkin mempan pada Luo Sheng, tapi tidak padaku." Pria bernama Liu itu menatap tajam ke arah Yang Jian.
Ucapan ini ditujukan baik untuk meyakinkan dirinya sendiri maupun mempermalukan Luo Sheng.
Yang Jian tidak menjawabnya, melainkan menatap ketiga orang itu sambil berjalan menghampiri mereka dengan langkah tegas tanpa keraguan: "Benarkah? Jika kau mengira ini hanya pertunjukan keberanian, terserah."
Menyaksikan seorang pria bertangan kosong mendekati mereka bertiga, pria bernama Liu itu langsung merasa situasi memburuk dan segera menghentikan langkah.
Dua orang asing di sampingnya juga tertegun sejenak.
Mereka pernah melihat aksi gertak sambal, tapi belum pernah melihat yang seberani ini - bukannya mencoba kabur malah bersikap seperti ingin menghabisi mereka.
"Apa benar ini memancing?" Liu tiba-tiba berubah ekspresi, mulai meragukan kata-kata Luo Sheng mungkin benar.
Luo Sheng pun berhenti mengamati setiap gerakan Yang Jian. Saat ini dia tidak melihat keanehan di sekitar Yang Jian, tidak ada senjata di tangan, benar-benar sendirian bahkan hanya punya satu tangan.
"Tidak, ini pasti bukan strategi memancing. Mungkin dia benar-benar sedang berpura-pura. Jika Yang Jian punya strategi, pasti sudah kabur sambil pura-pura takut. Tapi kepercayaan dirinya yang berlebihan justru membuatku curiga."
"Liu, percayalah pada dirimu. Habisi dia sekarang!"
Luo Sheng membuat keputusan dan segera berteriak.
Namun Liu tidak langsung bertindak. Dia memberi isyarat: "Tunggu dulu. Jangan dekati Yang Jian. Kita perlu amati lagi. Mungkin dia memang punya persiapan."
Pada momen ini, keraguan menyelimutinya.
Karena kematian di tempat ini benar-benar final.
"Liu, apa yang kau lakukan? Bukankah kita sudah sepakat untuk bertindak? Mengapa berhenti sekarang?" kata Luo Sheng.
Liu menjawab, "Dia sudah masuk ke dunia mimpi buruk. Kita bisa bertindak kapan saja. Aku perlu memastikan kondisinya benar-benar tak bermasalah sebelum bertindak. Perkataan Yang Jian tadi benar - di sini dia bisa mati, kita juga bisa mati. Jangan terburu nafsu."
"Kurasa dia sedang mengulur waktu," kata Luo Sheng.
"Mustahil. Di dunia mimpi buruk, mengulur waktu tak ada gunanya," Liu menggelengkan kepala.
Kemudian dia memberi isyarat. Yang mengejutkan, ketiganya tak melanjutkan perjalanan, malah terus mundur sambil menjaga jarak.
Beberapa orang yang penuh aura pembunuhan ini ternyata benar-benar ditakutkan oleh Yang Jian sendirian.
Yang Jian tertawa, langkahnya terhenti: "Kalian tak berani mendekat, lalu bagaimana mau membunuhku? Apa mau membunuhku dengan ludah dari jarak jauh? Dengan kemampuan seperti ini mau melawan komandan tim? Lebih baik hemat tenaga dan pikirkan cara bertahan lebih lama di lingkaran gaib daripada mencari mati."
"Bajingan! Tutup mulut busukmu! Aku bukan pengecut! Hari ini akan kuhancurkan kepalamu!"
Orang asing itu temperamental. Tak tahan dengan provokasi Yang Jian, dengan tubuh kekarnya mengayun palu besi sambil berteriak menyerbu.
Melihat ini, Yang Jian langsung berbalik badan dan lari, gerakannya lincah sekali, langsung meninggalkan mereka jauh di belakang.
Apa? Lari?
Melihat kejadian ini, yang lain hanya bisa terpana.
Terutama pria bernama Liu itu, langsung bereaksi. Wajahnya memerah karena marah.
Mereka telah dipermainkan.
Yang Jian ini hanya melakukan pertunjukan keberanian, sama sekali tidak berani melawan mereka secara langsung.
