Yang Jian menatapi lorong yang terbuka lebar di hadapannya.
Tidak ada Wilayah Hantu di sini, juga tidak terdeteksi bahaya. Siapapun sepertinya bisa masuk-keluar dengan bebas. Tembok dan mayat yang sebelumnya memblokir area ini sudah menghilang.
Dia menduga orang dalam ingin keluar, jadi mereka menyingkirkan temboknya.
"Bagian dalamnya memang aneh. Ruangan-ruangan dan koridor tak terhitung seperti labirin," kata Li Yang yang saat itu berdiri di pintu masuk lorong, tangannya menyentuh dinding.
Sepertinya dia menggunakan kekuatan gaib untuk menyelidiki, dan mendapatkan gambaran kasar situasi di dalam.
Tong Qian juga memandang: "Seharusnya tidak masalah kalau kita tutup rapat pintu keluar ini."
"Aku sudah mencoba menutupnya, tapi temboknya menghilang," ujar Yang Jian.
“Dinding biasa jelas tidak bisa, kita harus membuat pintu emas untuk benar-benar menghalangi jalan di sini.” Tong Qian berkata.
Yang Jian berkata: “Bisa dicoba, tapi efeknya mungkin tidak terlalu bagus. Menurutku di dalam bukan hanya ada hantu gentayangan, tapi juga orang hidup yang ingin keluar. Emas bisa mengunci hantu, tapi tidak bisa menghentikan orang hidup.”
“Asalkan cukup kokoh sudah cukup.” Tong Qian berkata.
“Ini memang cara yang sederhana, tapi mungkin cukup praktis.” Li Yang berkata.
Karena pintu keluar di tempat ini sangat kecil, tingkat kesulitan untuk memblokirnya tidak tinggi. Jika ini wilayah gaib lain, sama sekali mustahil dilakukan.
Yang Jian berkata: “Kalau begitu mari kita coba. Bagaimanapun tidak ada kerugian. Tapi aku butuh banyak emas. Sekarang tidak ada waktu untuk mengambil dari luar. Aku rencana mengumpulkan semua emas di kota ini untuk membuat pintu.”
“Ayo mulai. Masalah lanjutan akan kuhandle.” Tong Qian berkata.
“Baik.”
Begitu selesai bicara, Yang Jian langsung bertindak. Mata hantunya terbuka lebar, wilayah hantunya tiba-tiba meluas. Kali ini jangkauannya sangat besar, hanya dalam hitungan detik sudah menutupi seluruh kota.
Tapi warga yang tinggal di kota ini sama sekali tidak merasakan keanehan apapun.
Tak lama kemudian.
Kaki Yang Jian kembali dikelilingi genangan air. Di permukaan genangan itu terpantul banyak gambaran sudut-sudut kota ini.
Genangan itu menyebar ke seluruh sudut kota, muncul di lokasi-lokasi strategis: brankas toko emas, brankas bank, serta tempat penyimpanan barang berharga di rumah-rumah warga.
Seiring genangan terus meluas.
Semua emas yang tersentuh langsung tercebur ke dalam air, menghilang secara misterius dari tempat semula.
Genangan air yang saling terhubung itu terkumpul seluruhnya di bawah kaki Yang Jian.
Tumpukan emas yang besar terpantul jelas di permukaan air, terlihat sangat mencolok.
"Bagaimana ini bisa terjadi? Kekuatan gaib seharusnya tidak bisa mempengaruhi emas." Tong Qian bertanya penuh rasa ingin tahu.
Yang Jian berjongkok, menyekop air dengan tangannya dan mengangkat segenggam emas: "Aku tidak memanipulasi emas. Aku hanya menyambungkan semua lokasi penyimpanan emas melalui perantara, lalu memindahkannya ke sini. Situasi seperti ini seharusnya mudah dimengerti."
"Jumlahnya cukup?" tanya Tong Qian lagi.
"Harus dilebur dulu baru tahu." Usai berkata, berbagai peralatan muncul di sekelilingnya.
Semua peralatan itu dibawanya melalui Wilayah Hantu dari beberapa pabrik.
Ia memperlakukan kota ini sebagai gudang pribadi, bebas mengambil apapun dari Wilayah Hantu tanpa perlu izin pemilik.
Tak lama kemudian, berbagai peralatan tersusun rapi. Sebuah cetakan muncul tiba-tiba di hadapan mereka.
Bentuknya menyerupai pintu, ukurannya pas untuk menutup lorong ini.
Kemudian.
Dari genangan air tiba-tiba bermunculan ribuan siluet menyeramkan. Makhluk-makhluk seperti hantu gentayangan yang tenggelam itu mengulurkan tangan pucat nan dingin, mengangkat emas dari air dan melemparkannya ke cetakan.
"Kau benar-benar punya banyak trik."
Tong Qian menyaksikan gerakan-gerakan rumit yang memancarkan aura mengerikan - setiap gerakan mewakili kekuatan gaib yang berbeda.
Hanya saja kekuatan gaib ini dikendalikan oleh Yang Jian, saat ini menjadi alat, bukan hantu gentayangan yang membunuh.
"Itu semua cuma strategi yang tidak berguna," kata Yang Jian sambil lalu, kemudian dia mengambil peralatan, menyambungkan tabung oksigen, langsung menyalakan api untuk melelehkan emas.
Gerakannya sangat mahir, seperti seorang ahli berpengalaman yang telah bertahun-tahun berkecimpung di bidang ini.
Kalau pergi bekerja, dengan skill masak seperti ini, orang pasti akan memanggilnya 'Pak Yang'.
Emas yang dikeluarkan oleh budak hantu dari air segera meleleh.
"Masih banyak yang belum dikeluarkan, kenapa berhenti?" tanya Tong Qian sambil melihat tumpukan emas yang masih ada di air, tapi Yang Jian sudah menghentikan proses pelelehan.
Yang Jian berkata: "Jumlah ini tidak cukup untuk membuat pintu gerbang, kecuali kau mau aku mencuri semua emas di kota ini sampai persediaan keluarga biasa pun tidak kutinggalkan. Aku perlu membuat lapisan baja, menyelipkan pelat baja di dalamnya yang dibungkus emas, bisa menghemat bahan sekaligus menambah kekerasan."
Saat berbicara, emas yang telah dingin dan sehelai pelat baja muncul, langsung jatuh ke dalam cetakan dengan presisi seperti hasil potongan laser.
Kemudian melanjutkan pelelehan emas.
Tak lama kemudian.
Sebuah pintu gerbang berat telah terbentuk.
"Li Yang, datanglah bantu aku." Yang Jian mendekat.
Li Yang mengangguk dan juga mendekat.
Keduanya berdiri di sebelah cetakan, masing-masing mengulurkan satu telapak tangan, lalu langsung mengangkat pintu gerbang berat itu dengan kekuatan yang tak terbayangkan, melebihi batas kemampuan manusia normal.
"Setelah memasang pintu di dalam lorong, Yang Jian melas celah di kedua sisinya dengan emas, sepenuhnya menghalangi jalan, baru kemudian berhenti bekerja.
"Sempurna, sudah benar-benar tersumbat."
Li Yang meletakkan tangannya di pintu gerbang, memeriksa sebentar, lalu mengangguk.
Kegaibannya sama sekali tidak bisa mempengaruhi pintu ini, menunjukkan kualitas pintu emas ini bagus, bisa memblokir lorong ini dan mengisolasi hal gaib, sekaligus cukup kokoh untuk tidak mudah rusak.
Yang Jian berkata: "Aku masih percaya diri dengan skillku, tapi aku tidak yakin benda ini benar-benar berguna. Aku hanya melakukan persiapan dengan sikap mencoba-coba. Jadi kalian juga jangan menaruh harapan pada pintu ini."
Setelah bicara, ia melirik perkakas di lantai yang langsung menghilang, semua dikembalikan ke tempat semula.
Tapi emas yang sudah dipakai ini tidak bisa Yang Jian kembalikan.
"Ngomong-ngomong, sekarang jam berapa?" tanya Li Yang.
Tong Qian menjawab: "Sudah jam tujuh malam. Kenapa? Lapar? Mau aku pesankan makanan untukmu?"
"Boleh juga. Apa kurir pengantar mau mengantar ke sini? Lantai empat Hotel Caesar, jangan lupa catat: yang pengecut jangan terima pesanan," kata Li Yang.
"Aku akan pakai drone. Siapa bilang pakai orang? Beberapa hari ini aku di sini selalu pakai drone untuk mengirim barang," jelas Tong Qian.
Li Yang berkata: "Beneran bisa? Kalau gitu pesan saja. Aku mau makan daging tumis saus Beijing."
"Cuma ada makanan biasa," Tong Qian melirik, "Yang Jian, kamu mau apa?"
"Nasi goreng plus cola," jawab Yang Jian. "Kalian kok sudah ngobrolin makan? Sudah santai begini?"
“Komandan tim kan masih ada tiga jam lagi, jam sepuluh belum tiba. Makan sedikit dulu, dari siang sampai sekarang sudah lapar.” Li Yang berkata.
“Benar juga, mari kita istirahat sebentar.”
Yang Jian tahu, ini bukan karena Li Yang lapar, melainkan alasan agar Tong Qian bisa makan dan beristirahat. Bagaimanapun, tubuh Tong Qian adalah tubuh orang biasa yang membutuhkan makan, minum, buang air, dan tidur.
Tong Qian saat itu sudah mengangkat ponsel untuk memberi tahu pegawai di luar agar menyiapkan makanan dan mengantarkannya masuk.
Sebagai penanggung jawab kota ini, dukungan logistik Tong Qian sama sekali tidak bermasalah. Meski tak terlihat anggota lainnya, mereka semua bekerja di balik layar. Cukup dengan satu panggilan telepon, seluruh kota akan langsung digerakkan.
“Bukannya kau punya Wilayah Hantu? Kenapa tidak ambil makanan sendiri?” Setelah menutup telepon, Tong Qian memandangi Yang Jian dengan curiga.
Baru saat ini dia menyadari bahwa Yang Jian sebenarnya bisa menyelesaikan masalah makan dengan mudah.
Yang Jian berkata: “Tidak semua hal harus kuhandle. Kalian sudah dewasa, harus belajar mandiri.”
“Benar juga.” Tong Qian tak bertanya lebih lanjut.
Tak lama kemudian, drone benar-benar mengantarkan makanan ke lantai empat Hotel Caesar. Mereka bisa menerimanya melalui celah di jendela.
Sambil menyantap makanan dan mengobrol, waktu tak terasa sudah hampir jam sepuluh.
Meski terlihat santai, tepat pukul sembilan lewat lima puluh menit, Yang Jian, Li Yang, dan Tong Qian sudah siap sepenuhnya.
Mereka menjauhi lorong tersebut dan menuju aula utama yang lebih luas, menunggu dengan tenang kedatangan momen itu.
