Di ruang makan yang redup dan menekan, suasana mistis menyelimuti ruangan.
Tapi saat ini Yang Jian, Li Yang, dan Tong Qian ketiganya terus menatap Anan yang tiba-tiba muncul itu, sudah mempersiapkan diri untuk bertindak kapan saja. Asal terjadi situasi yang tidak beres, mereka pasti akan membunuh Anan di tempat ini.
Lagipula, orang yang bisa muncul di tempat ini pasti tidak sederhana, merupakan bahaya besar.
"Meski kami tidak tahu keberadaan macam apa kau ini, tapi kami tidak segan menghabisi kau di sini. Kecuali kau bisa memberikan penjelasan pada kami." Yang Jian berkata dengan nada dingin.
Dia perlu mengetahui siapa sebenarnya Anan ini.
Jika Anan tidak mau bicara, Yang Jian lebih memilih menghabisi orang ini meski harus tanpa mengetahui apapun.
Bukan karena alasan lain.
Hanya demi keamanan diri sendiri.
Orang ini dalam kognisi Yang Jian seharusnya sudah eksis dalam keadaan mati.
Anan menatap Yang Jian lalu mengalihkan pandangannya ke kepala wanita di sebelahnya, sepertinya sedang merenung. Setelah beberapa lama akhirnya dia membuka mulut: "Bagaimana kalian masuk ke sini?"
"Jawab dulu pertanyaanku, Anan." Yang Jian melangkah mendekat dengan sikap sangat tegas.
Anan berkata: "Serahkan dulu kepala itu padaku."
"Kau tidak punya ruang tawar. Bicara atau mati di sini. Kesabaran kami terbatas, lebih baik kau bijaksana." Li Yang juga bersikap keras.
Tong Qian menambahkan: "Jika sampai berkelahi kau pasti tewas di sini. Lebih baik kau berpikir rasional."
"Mati bukan hal yang menakutkan."
Anan menjawab: "Aku sudah lama jadi orang mati, hanya kadang tidak menyadarinya saja. Lebih baik kalian segera pergi dari sini. Semakin lama, takut nanti tak ada satu pun yang bisa keluar."
“Omong kosongmu terlalu banyak, aku sudah bilang kesabaranku terbatas, ini peringatan terakhir, jangan coba-coba mengalihkan topik, atau kau pikir kami hanya menakut-nakutimu dan tidak akan benar-benar bertindak.” Yang Jian berkata dengan wajah dingin.
Tatapan Anan berkedip: “Apa yang ingin kalian ketahui, aku bisa beri tahu informasi yang kumiliki, tapi sebagai gantinya, kau harus menyerahkan kepala itu padaku.”
“Kepala Xianglan?”
Yang Jian berkata: “Jika kau cukup kooperatif, aku bisa menyerahkannya padamu, benda ini tidak berguna bagiku. Pertama-tama jelaskan ini tempat apa.”
“Ini adalah ruangan gaib terakhir, nomor kamarnya tidak diketahui.” Anan berkata: “Semua hantu gentayangan yang mencoba kabur akan terjebak di ruangan ini, tapi ruangan ini baru dibuka belakangan, siapa yang membukanya aku tidak tahu. Aku dan Xianglan kabur dari koridor itu, mengira bisa pergi tapi malah terjebak di sini.”
“Di wilayah gaib ini hanya ada kalian berdua dan Xianglan?” Yang Jian terus mendesak.
“Tidak, bukan cuma kami berdua. Kadang kami bertemu orang lain, tapi mereka juga terjebak di sini seperti kami, mencari jalan keluar. Yang bisa kami lakukan adalah terus bertahan di tempat ini, menguasai semua rahasia ruangan, sampai bisa kabur dari sini.”
Anan berkata: “Sayangnya, banyak yang gagal. Mereka mati di sini.”
“Sudah berapa lama kau di sini?” Yang Jian bertanya lagi.
“Sangat lama. Di sini tidak ada konsep waktu, berapa lama tepatnya aku juga tidak jelas.”
Anan berkata: “Hanya tahu saat aku terbangun sudah berada di ruangan 101. Saat ini itu ruangan yang aman, tidak ada hantu gentayangan di dalamnya.”
“Ini mustahil, bisa hidup sampai sekarang di tempat seperti ini, kau pikir kami mudah tertipu?” Li Yang memandang dengan wajah tak percaya, merasa sedang ditipu.
Ucapan ini banyak celah, dari setiap hurufnya terlihat asal-asalan.
Anan menatapnya: “Siapa bilang aku terus hidup sampai sekarang? Aku sudah mati berkali-kali, kali ini hanya yang terpanjang aku bertahan hidup. Setiap kali mati, aku akan kembali ke ruangan itu, kehilangan memori, dan memulai yang baru.”
“Ada hal seperti itu juga.” Ekspresi Tong Qian menunjukkan kecurigaan mendengar deskripsi ini.
Mati lalu bisa terus bangkit kembali, ini benar-benar di luar dugaan.
“Unit 101 yang membuatmu terus bangkit? Anggap saja benar ada tempat seperti itu.”
Mata Yang Jian menyipit: “Artinya sekarang jika kau mati, kau akan kehilangan semua memori tentang sini, kembali ke saat pertama masuk, lalu kembali menjadi buta dan mulai mencari cara keluar, Begitu seterusnya?”
“Bagus, memang begitu.” Anan berkata dengan wajah datar.
“Lalu bagaimana kau tahu sedang mengalami semua ini? Jika kehilangan semua memori, secara logika tak mungkin tahu akan bangkit di Unit 101.” Tong Qian bertanya.
Anan menjawab: “Aku mencatat beberapa pengalaman di Unit 102 sebelah, dengan syarat bisa kembali dengan selamat. Karena tidak selalu berhasil, seringnya aku mati saat mencari jalan keluar dari Unit 101.”
“Tapi waktu mengubah kemungkinan kecil ini menjadi besar. Unit 102 mencatat pengalamanku setiap kali berhasil kembali.”
"Mengapa tidak mencatat di kamar 101? Dengan begitu setiap kali kau mati dan kembali ke sana, kau bisa tahu." Tong Qian berkata.
"Setiap kali aku mati, segala sesuatu di kamar 101 akan pulih ke kondisi awal, termasuk jejak yang kutinggalkan. Aku hanya bisa mencatat di ruangan lain." Anan menjelaskan.
Yang Jian bertanya; "Sudah berapa lama kau terjebak di sini? Mengingat ada orang lain yang muncul, seharusnya kau bisa mengetahui berapa lama waktu yang telah berlalu di luar dari mulut mereka."
"Dilihat dari waktu kalian sekarang, setidaknya aku sudah terjebak di sini delapan puluh dua tahun." Anan menjawab.
Ini adalah angka yang membuat orang putus asa.
Delapan puluh dua tahun.
Terlalu panjang, sulit dibayangkan seseorang terus-menerus bangkit dan mati berulang kali di sarang hantu ini selama delapan puluh dua tahun.
"Artinya kau berasal dari era Republik." Mata Yang Jian menyipit.
"Benar." Anan mengangguk.
"Waktu itu aku masih mahasiswa, sedang mengikuti aksi demonstrasi di jalan..." Anan mulai bercerita.
"Siapa Xianglan?"
Anan menjelaskan: "Dia orang yang masuk ke sini dalam kelompok yang sama denganku. Sama sepertiku, dia bisa berulang kali bangkit. Kamarnya nomor 701. Aku bertemu dengannya secara kebetulan."
"Apakah kamar pertama dengan angka tertentu memungkinkan kebangkitan berulang?" Yang Jian menangkap pola angka ini.
Anan di 101, Xianglan di 701.
Artinya masih ada 201, 301, 401... dan seterusnya.
Pantas saja dia bilang di sini tidak hanya ada dia sendiri.
"Kebangkitan berulang bukanlah sesuatu yang selalu berhasil. Terkadang gagal. Aku pernah melihat orang-orang di beberapa ruangan yang kemudian tidak muncul lagi. Bahaya tersembunyi di balik setiap ruangan itu terlalu banyak dan mengerikan. Beberapa hantu gentayangan yang membunuhmu bisa menyebabkan kebangkitanmu gagal."
"Xianglan seperti itu. Dia mati dan tidak bangkit lagi. Aku tidak pernah menemukannya lagi di Ruangan 701."
"Begitu rupanya."
Ekspresi Yang Jian berubah: "Tapi aku hanya bisa mempercayai perkataanmu sementara. Kebenarannya masih perlu diverifikasi. Jangan bilang hanya kamu sendiri yang terus bangkit selama 80 tahun lebih dan bertahan hidup, tanpa korban selamat lain?"
"Ada," jawab Anan dengan tegas.
"Kau ingin bertemu yang lain?"
Yang Jian berkata: "Tentu saja, jika memungkinkan."
"Serahkan kepala manusia itu padaku, aku akan mengajakmu," ujar Anan.
Tanpa basa-basi, Yang Jian memungut kepala wanita di lantai dan melemparkannya.
Karena lawannya tidak bermain curang, dia pun menepati janji.
Anan menangkapnya, memeriksa sebentar lalu berbalik: "Ikutlah, tapi kuperingatkan - jika kalian mati di jalan, jangan salahkan aku. Banyak hantu di sini."
"Tenang, kami tak mudah mati," kata Yang Jian.
"Baguslah." Anan memeluk kepala mayat itu perlahan menuju keluar ruang makan.
Yang Jian tanpa gentar langsung menyusul, memberi isyarat pada Li Yang dan Tong Qian untuk berada di belakangnya. Jika ada bahaya, dia bisa langsung bereaksi.
"Jika dia berulah, habisi langsung," pikirnya sambil menatap tajam punggung Anan.
“Perhatikan sekitar, waspadalah akan bahaya.” Li Yang menekan suaranya.
Tong Qian mengangguk sedikit, “Saya tahu, tenang, saya tidak ceroboh. Tapi menurutmu kisah Anan asli atau palsu?”
“Keaslian tidak penting. Kita tak punya stamina untuk membedakan kebenaran suatu hal. Kita hanya perlu melihat hasil. Jika hasilnya muncul, kebenaran akan terungkap.” Li Yang berkata, “Bagaimanapun, dalam hati saya bersikap skeptis.”
“Saya rasa dia jujur. Dia selalu mengganjal soal kepala manusia itu. Wanita itu pasti Xianglan.” Tong Qian menjelaskan.
