Lift beroperasi turun selama tiga menit, saat melewati lantai tiga tidak hanya terhenti paksa, tapi hantu gentayangan juga menunjukkan tanda-tanda ingin masuk ke dalam lift.
Sebuah lift gaib ternyata berhasil dibelah paksa oleh ribuan telapak tangan.
Lift berderit-derit tergantung di udara dan bergoyang-goyang, seolah tali tambatannya akan putus dan jatuh setiap saat. Di luar pintu lift yang terbelah, dalam kegelapan terdengar rangkaian langkah kaki yang mendekat dengan cepat.
Meski langkah kaki itu terdengar tidak tergesa, namun pergerakannya sangat cepat, seperti seekor hantu ganas yang langsung menerjang kerumunan.
“Anan saat ini justru berlaku seperti melepas tanggung jawab. Dia tidak berniat ikut campur, hanya berdiri di samping menyaksikan pertunjukan, menyerahkan urusan menghadapi hantu gentayangan di lantai tiga kepada Yang Jian dan kawan-kawan.
Bagaimanapun juga jika hantu menerobos masuk, kita semua akan mati bersama-sama.
Sedangkan Anan yang mati bisa bangkit kembali di Ruang 101, tapi Yang Jian tidak memiliki kemampuan itu.
"Komandan, biar saya yang mencoba." Saat ini, Li Yang tanpa ragu maju ke depan.
Dalam kondisi lingkungan seperti ini, kemampuannya lebih sesuai untuk situasi tersebut.
"Baik, cobalah," kata Yang Jian sambil mengangguk.
Begitu kata-katanya terucap, Li Yang segera melangkah maju dan meletakkan kedua tangannya di pintu lift yang telah melengkung tak berbentuk.
Hantu pertama yang berhasil dikendalikannya adalah Hantu Penghadang Pintu, mampu memblokir pintu ruangan dan mengunci suatu ruangan secara total. Kemampuan gaib ini tidak hanya bisa digunakan untuk mengurung hantu gentayangan, tapi juga melindungi penghuni ruangan dari invasi hantu luar.
Saat ini lift telah membentuk suatu ruang dimensi yang menyerupai kamar, membuat kemampuan Hantu Penghadang Pintu bisa berfungsi dengan sempurna.
Sesaat kemudian.
Di balik pintu lift tiba-tiba muncul siluet buram yang tersembunyi dalam kegelapan. Sosok itu tegang seperti mayat kaku, menghadang di tempat ini dan mencegah segala bentuk kekuatan gaib mendekat.
Begitu kekuatan gaib itu muncul, ribuan telapak tangan abu-abu kematian yang berusaha membuka pintu lift langsung mengkerut seolah tersiram air panas, mulai menarik diri secara bertahap.
Satu, dua, tiga... Telapak tangan ganjil terus dipukul mundur. Pintu lift yang terbelah perlahan menutup kembali di bawah pengaruh kekuatan gaib lain, bahkan penerangan dalam lift mulai pulih tanpa tanda-tanda akan padam seperti sebelumnya.
Jika terus begini, dengan bertahan beberapa saat lagi dan mengandalkan kekuatan gaib Hantu Penghadang Pintu, kita bisa sepenuhnya mengisolasi invasi hantu gentayangan dari lantai tiga.
Li Yang tampak biasa saja, tak terlihat terbebani.
Dalam proses perlawanan terhadap kekuatan gaib ini, jelas dialah yang unggul.
"Kalian memang luar biasa bisa sampai ke sini. Bahkan satu orang biasa saja bisa melawan invasi gaib lantai tiga ini," ucap Anan dengan nada heran menyaksikan situasi ini.
Yang Jian berkata: "Jangan senang dulu. Lift belum tertutup rapat-rapat. Invasi gaib masih berlanjut, dan hantu sejatinya belum muncul."
Wajahnya tetap muram, tak menunjukkan kelegaan.
Meski kekuatan Hantu Penghadang Pintu memang dahsyat - mampu memblokir sebuah ruangan - invasi hantu lantai tiga juga sama ganasnya. Sebuah lift gaib yang cuma lewat saja langsung terhenti, tingkat keganasan yang tersembunyi di baliknya jelas tidak sesederhana yang terlihat sekarang.
"Ini dia." Tiba-tiba, wajah Li Yang berubah dingin, seolah merasakan sesuatu.
"Braak!"
Tiba-tiba.
Dentuman keras menggema. Dalam kegelapan di luar lift, sesuatu yang ganas dan mengerikan seperti menyerbu dan menghantam lift dengan dahsyat.
Benturan sekeras ini bahkan tak bisa diisolasi oleh kekuatan gaib Hantu Penghadang Pintu.
Hanya sekali benturan, pintu lift yang baru saja tertutup sebagian besar langsung cekung ke dalam. Bahkan siluet hantu gentayangan yang buram di luar pintu ikut berubah bentuk sejenak sebelum menghilang tanpa bekas. Penerangan di dalam lift juga tiba-tiba padam saat itu. Namun setelah sekitar dua detik, lampu-lampu itu kembali menyala.
Saat ini, kekuatan gaib Hantu Penghadang Pintu justru dipaksa mundur dengan paksa.
Tubuh Li Yang goyah, ia mundur beberapa langkah sambil membelalakkan mata dengan ekspresi terkejut.
Kekuatan gaib Hantu Penghadang Pintu yang bisa ia kendalikan sekarang jauh lebih kuat dibanding saat pertama kali ia menguasainya. Tapi tak disangka, bahkan ini pun tak bisa menghadang serangan hantu gentayangan di luar pintu sekali pun.
Tapi efeknya tidak sepenuhnya nihil.
Meski hantu di lantai tiga berhasil menekan kekuatan gaib Li Yang, serangan itu akhirnya masih bisa dihadang. Tak ada infiltrasi langsung ke dalam lift.
Namun mundurnya Li Yang...
...membuat deretan telapak tangan abu-abu kematian menjulur dari kegelapan di luar pintu lift. Tangan-tangan yang menyatu dengan kegelapan itu kembali berusaha membuka paksa pintu lift. Kali ini kecepatan invasi mereka jauh lebih tinggi - dalam hitungan detik, pintu lift sudah terbuka lebih dari setengah.
Langkah kaki dari dalam kegelapan kembali bergema.
Langkah-langkah itu cepat, terburu-buru. Sepertinya hantu ganas dalam kegelapan akan kembali menyerang.
Li Yang wajahnya berubah muram, dia mengangkat lengan kurusnya yang penuh kerutan. Ini adalah kutukan dari hantu pembuka pintu yang dia kendalikan. Saat ini dia ingin melepaskan kutukan itu untuk memaksa menghalau hantu gentayangan di luar.
"Tidak perlu bertarung habis-habisan, tidak worth it."
Yang Jian menepuk bahunya sambil berkata: "Melawan hantu itu tidak bijaksana. Meski kau mengendalikan tiga ekor hantu, kondisimu hanya dalam keseimbangan. Bentrokan kekuatan gaib yang lama akan memperburuk keadaanmu. Karena hantu di luar begitu ganas, jangan berhadapan langsung."
Saat berbicara, tiba-tiba muncul sebatang lilin merah di tangannya.
"Lilin Hantu?" Tong Qian langsung mengenalinya.
Tanpa basa-basi, Yang Jian langsung menyalakan lilin hantu merah itu lalu melemparkannya dengan cepat.
Lilin hantu merah menyala dengan kobaran api hijau yang seram, meluncur melalui celah pintu lift yang terbuka.
Begitu keluar dari lift, nyala lilin tiba-tiba mengembang berkali-kali lipat, menyilaukan mata.
Lengan-lengan abu-abu kematian yang mencengkeram lift langsung menyurut ke dalam kegelapan, menghilang tanpa sisa. Bahkan kegelapan di sekitarnya pun terhapus.
Baru saat ini mereka bisa melihat dengan jelas apa yang ada di balik lengan-lengan abu-abu kematian itu.
Ternyata adalah tumpukan mayat-mayat yang bergelombang padat, jasad-jasad ini bertumpuk bersama seperti tembok mayat tebal yang ingin menelan lift. Dan mayat-mayat itu sudah mati lama namun tidak membusuk, hanya menampakkan lengan abu-abu kematian di luar.
Tidak, tidak hanya di sekitar pintu lift.
Di luar lift, tumpukan mayat terus memanjang hingga ke kedalaman kegelapan. Jumlahnya saja sudah membuat bulu kuduk merinding hanya dengan melirik sekilas.
Dan di tengah tumpukan mayat itu terdapat lorong sempit yang dikosongkan.
Lorong itu hanya cukup untuk satu orang berjalan.
Lilin Hantu terus melintas di udara, kecepatan pembakarannya mencapai tingkat yang mengerikan. Belum sempat jatuh ke tanah, sudah terbakar hampir setengah.
Cahaya apinya mengembang seperti bola api yang meledak.
Aktivitas gaib di sekitar terlalu banyak, tidak, lebih tepatnya terlalu mengerikan. Tumpukan mayat itu mengandung bahaya yang tak terhitung. Lilin Hantu dalam lingkungan seperti ini terpaksa terbakar mati-matian, melepaskan semua cahayanya untuk melawan kegelapan dan bahaya di sini.
Saat cahaya Lilin Hantu mencapai puncak ekspansinya.
Semua orang di dalam lift melihat.
Di lorong kecil tersisa di tengah tumpukan mayat itu, siluet seseorang berdiri tegak dengan cara ganjil, tak bergerak sama sekali.
Saat ini Lilin Hantu hampir jatuh ke tanah, cahayanya hanya menyinarkan bagian bawah tubuh hantu gentayangan tersebut.
Itu adalah celana panjang tua dan compang-camping. Di bawahnya terlihat sepasang kaki yang sama pucat dan dinginnya dengan mayat-mayat di sekitarnya, namun kuku jarinya berwarna hitam, memancarkan aura ganjil yang tak terdefinisikan.
Hantu gentayangan itu mundur selangkah.
Kobaran api Lilin Hantu mulai meredup drastis, berguling di tanah sekali putaran sebelum akhirnya habis terbakar sepenuhnya dan padam.
"Sebatang Lilin Hantu habis terbakar dalam lingkungan seperti ini, hanya untuk membuat hantu itu mundur satu langkah?" Ekspresi terkejut terpancar di wajah Tong Qian.
"Tidak, juga menahan serangan kedua dari hantu itu," kata Yang Jian dengan tatapan dingin ke arah siluet hantu dalam kegelapan.
Pandangan Mata Hantu-nya terdistorsi. Ia hanya bisa melihat bayangan kabur yang bersembunyi dalam gelap, tak mampu menangkap rupa hantu itu dengan jelas.
Gangguan gaib terlalu intens, menunjukkan bahwa hantu ini memang luar biasa ganasnya.
"Liftnya beroperasi," ujar Anan.
Pembakaran sebatang Lilin Hantu tidak sia-sia—berhasil menahan hantu di luar, menghilangkan pengaruh gaib, dan mengembalikan fungsi normal lift.
Tentu "normal" di sini pun tidak sepenuhnya normal, karena di dalam lift juga ada hantu. Tapi dibandingkan dengan benda luar tadi, hantu dalam lift ini seperti boneka lucu.
Suara Bzzz terdengar. Penerangan di dalam lift pulih dan terus bergerak turun.
"Tapi kegelapan di luar telah kembali menyelimuti, sementara langkah kaki yang jernih itu kembali bergema dalam kegelapan."
"Kecepatannya sangat cepat, kembali menyerbu ke arah kerumunan di dalam lift."
"Masih ada waktu?" Li Yang memicingkan mata, terus menatap dengan intens pintu lift di hadapannya.
"Sebatang Lilin Hantu sepadan jika bisa membuat kita melewati area ini dengan selamat. Bukan karena takut, tapi risiko melawan hantu gentayangan jenis ini terlalu besar - menang pun tak bisa membunuhnya, kalah malah akan ada yang tewas."
"Pilihan Yang Jian tidak salah."
"Mengorbankan yang paling kecil untuk hasil paling aman."
"Jika tidak cukup waktu, lempar lagi Lilin Hantu." Yang Jian mengeluarkan sebatang Lilin Hantu merah lainnya dari tangannya.
"Terus berlama-lama seperti ini terlalu merugi." Tong Qian berkata: "Aku bisa terus melawan benda itu."
Dengan akal sehat Yang Jian menjawab: "Tak perlu. Kita cuma lewat, anggap saja membayar ongkos jalan. Jangan mempertaruhkan nyawa di sini. Ini Hotel Caesar, bukan luar. Kita tak perlu membatasi hantu gentayangan ini. Paham?"
Tong Qian terdiam hening.
Dan sesaat kemudian.
Tabrakan kembali terjadi.
Kali ini lift tampaknya telah terbebas dari area lantai tiga. Mereka mendengar dentuman keras dari atas kepala, lift berguncang hebat beberapa kali, tapi akhirnya tidak berhenti dan tetap mempertahankan operasional sambil terus turun.
"Berhasil! Kita sudah berhasil melewati lantai tiga." Anan menghela napas lega.
Yang Jian memandanginya: "Sementara lantai tiga begitu mengerikan, bagaimana caramu melewatinya dengan lift setiap kali?"
"Keberuntungan."
Anan berkata: "Tidak setiap kali melewati lantai tiga, hantu gentayangan itu akan menghentikan lift. Terkadang jarak hantu itu jauh, saat ia menyadari lift, kita sudah melewati lantainya sehingga gagal meraihnya."
"Faktor keberuntungan memang ada, tapi tak mungkin selalu beruntung kan? Maukah kau menjelaskannya?" Yang Jian melanjutkan bertanya.
Anan tidak bicara. Dia hanya mengangkat tiga jarinya, lalu perlahan menempelkannya pada tiga bekas darah yang sudah mengering di pintu lift.
Jari-jari itu sempurna tumpang tindih dengan bekas darah.
"Penjelasan ini cukup?" tanya Anan.
Jelas terlihat dia tidak selalu beruntung, ada pengalaman dimana dia pernah mati di sini.
