Serangan uji coba Yang Jian tidak hanya gagal, malah membuatnya terkontaminasi kutukan, memaksanya mengganti tubuhnya.
Tapi situasi tidak berjalan mulus.
Kondisi memburuk pada saat ini.
Hantu-hantu gentayangan berpakaian kostum opera berbagai warna sebelumnya memejamkan mata, namun sekarang semua membuka mata.
Saat ini, bahkan orang paling bodoh pun paham: para hantu telah mengunci target pada Yang Jian.
"Jangan sampai diawasi gerombolan ini. Kutukan-kutukan itu mengerikan, hampir identik dengan kutukan Danau Hantu dulu—bahkan lebih kuat. Kucurigai kemampuan kutukan Danau Hantu dicuri dari hantu-hantu ini." Tatapan Yang Jian bergetar halus. Memorinya melayang pada peristiwa gaib saat menangani Danau Hantu.
Saat itu muncul kota kabupaten gaib di sekitar Danau Hantu. Di depannya terdapat panggung pertunjukan dengan deretan bangku kayu merah.
Kala itu Li Jun menyelidiki. Meski melihat panggung, tak ada penampil yang terlihat.
Mungkin gerombolan hantu ini berasal dari panggung tersebut.
Masing-masing mungkin merupakan potongan puzzle gaib yang saling melengkapi.
Maka wajar jika Danau Hantu memiliki kutukan serupa.
"Tak bisa terus terjerat. Kesempatan bertindak telah lewat. Kita harus menjauhi mereka, atau hari ini takkan bisa lolos."
Yang Jian saat ini tanpa ragu mengeluarkan gunting merah tua yang dililit rambut dan terlihat ganjil.
Ini adalah Gunting Hantu yang bisa memotong kutukan hantu gentayangan, memutus aturan membunuh hantu gentayangan, sekaligus juga bisa digunakan untuk mengutip melalui foto.
Saat memegang Gunting Hantu, semua yang terlihat di depannya mulai berubah.
Pandangan di sekitarnya langsung meredup, semua kutukan yang pernah dipotong oleh Gunting Hantu sebelumnya mulai muncul kembali.
Fenomena supernatural terjadi beruntun.
Yang Jian mendengar langkah kaki yang terus mendekat, suara tetesan air di ubun-ubunnya, juga melihat bayang-bayang yang perlahan merambat di sekitarnya...
Tapi secara bersamaan, dia melihat seutas benang.
Seutas benang ilusif yang menyambungkan dirinya dengan gerombolan hantu gentayangan di depannya.
"Saat memutus aturan membunuh, ada kemungkinan terkontaminasi oleh aturan membunuh lain dari Gunting Hantu. Ini adalah barang gaib yang berisiko tinggi, tapi bahkan jika harus menukar satu aturan dengan satu aturan lain, ini tetap efisien." Tanpa ragu Yang Jian menggunakan Gunting Hantu untuk memotong benang itu.
Benang halus yang tidak ada di dunia nyata maupun dalam wilayah hantu ini langsung putus dan lenyap saat disentuh Gunting Hantu.
Hilangnya benang ini menandakan terputusnya hubungan antara Yang Jian dengan gerombolan hantu di depannya.
Aturan membunuh tersebut berhasil dihancurkan dengan paksa.
Gerombolan hantu gentayangan yang sebelumnya menatap tajam dengan mata terbuka ke arah Yang Jian kini perlahan mulai menutup mata mereka kembali.
Bahaya mengerikan yang hampir terjadi akhirnya berhasil dinetralisir dengan mudah.
“Kali ini keberuntungan sepertinya tidak begitu sial, saya tidak terpapar aturan membunuh lainnya.” Yang Jian segera memeriksa dirinya sendiri lagi.
Penggunaan Gunting Hantu kali ini jarang mendapat keberuntungan, tidak ada kutukan baru yang menempel di tubuh, sama seperti mendapat kesempatan penggunaan gratis.
Tapi aturan membunuh ini tidak menghilang, melainkan menempel pada Gunting Hantu.
Jika Yang Jian menggunakannya lagi next time, besar kemungkinan akan terpapar kembali. Selain itu, seiring bertumpuknya kutukan pada gunting, bahkan mungkin satu kali penggunaan akan membuatnya terpapar beberapa kutukan berbeda sekaligus.
Setelah krisis dinetralisir.
Sekumpulan hantu gentayangan berbaju opera kembali tenang, mereka kembali memejamkan mata dan berjalan di atas genangan air seperti sebelumnya.
Pada momen ini, Yang Jian memilih untuk mundur daripada melawan langsung.
"Komandan tim, bagaimana situasinya?" Li Yang langsung mengejar begitu mereka mundur.
Yang Jian menggelengkan kepala: "Gerombolan hantu ini sangat ganas, saya diawasi mereka. Untung bisa menggunakan Gunting Hantu untuk memutus aturan membunuh, kalau tidak, saya tidak bisa jamin bisa lolos dengan selamat."
Meski bisa menggunakan Danau Hantu untuk kabur, tapi risiko membawa serta hantu-hantu itu juga ada.
Situasi seperti ini tidak diinginkan oleh Yang Jian.
"Perlu cari ruangan untuk berlindung?" tanya Li Yang.
Meski ruangan di sini dihuni hantu gentayangan lain, di sisi lain, ruangan juga bisa menjadi tempat perlindungan aman - asalkan kamu tidak dibunuh oleh hantu di dalamnya.
"Tidak perlu. Meski aku tidak tahu aturan membunuh hantu gentayangan ini, tapi tidak mudah memicunya. Kita hindari saja, biarkan mereka lewat." Yang Jian langsung berkata.
Baru selesai bicara, dia kembali menambahkan: "Ini dia. Semua minggir ke samping, beri jalan."
Kemudian Yang Jian menyamping menempel di dinding sambil berdiri.
Li Yang melirik, tiba-tiba matanya menyipit melihat sekelompok sosok aneh berbaju opera yang berjalan lambat dengan mata terpejam.
"Ini benar-benar akan aman?"
Meski ragu dalam hati, atas kepercayaan pada Yang Jian dia tetap menempel di dinding sambil berdiri tegap.
Tong Qian langsung menarik Anan di sampingnya agar menempel ke tembok: "Jangan bersuara. Biarkan hantu lewat saja."
Wajah Anan pucat pasi sambil memeluk kepala mayat, tak bergerak sama sekali menempel di tembok.
Hantu itu melewati genangan air, terus berjalan, dan melintas di samping Yang Jian.
Ternyata.
Dugaan Yang Jian tepat.
Hantu gentayangan pertama itu tetap menutup mata saat melintas, bahkan tak menghiraukan Yang Jian di sampingnya. Hampir bersentuhan tapi saling melewati.
Hati Li Yang berdebar. Bahkan bisa merasakan aura dingin dan menyeramkan dari tubuh hantu itu menggerogoti tubuhnya, membuatnya gemetar tak tertahankan.
"Semoga semuanya baik-baik saja."
Hanya itu yang bisa dia ulang dalam hati.
Pasalnya hantu gentayangan yang mendekat terlalu banyak. Pantas saja komandan tim memilih mundur. Jika dipaksa lawan, pasti anggota tim ini akan mati mengenaskan.
Tong Qian juga melihat gerombolan hantu gentayangan yang lewat ini, segera menutup matanya, memalingkan kepala, wajah menangisnya menghadap ke depan.
"Ini adalah..." Ekspresi Anan berubah samar saat ini, dia sepertinya tahu asal-usul hantu-hantu ini, tapi tak berani memastikan.
Karena dalam kebangkitannya kali ini dia belum pernah bertemu gerombolan hantu ini, hanya ada deskripsi serupa dalam pengalaman masa lalunya.
Hantu terus melintas.
Tak ada satu pun orang yang diserang, meski jarak antara manusia dan hantu sangat dekat, tapi hantu mengikuti aturan membunuh. Sekalipun berhadap-hadapan, selama tidak memicu aturannya, umumnya aman.
Sekumpulan hantu gentayangan yang melewati tubuh kita membutuhkan daya tahan mental luar biasa.
Jika diganti dengan orang biasa, mungkin sudah mentalnya kolaps.
Seiring waktu berlahan.
Tak lama kemudian.
Setelah beberapa hantu terakhir berbaju opera hitam lewat, tak ada lagi hantu lain yang menyusul di lorong belakang.
Bahaya mulai menjauh.
"Huu!"
Seketika, semua orang lega, saraf yang tegang akhirnya bisa rileks.
"Semua baik-baik saja?" Yang Jian menoleh ke arah gerombolan hantu yang pergi, lalu melirik yang lain.
"Berhasil diatasi tanpa insiden, tidak apa-apa."
Tong Qian juga memalingkan wajah dengan ekspresi trauma: "Barusan kuhitung, dari yang pertama sampai terakhir, jumlah hantunya mencapai angka mengerikan: tiga puluh lima. Untung kau memilih menghindar. Jika benar bertarung di sini, kemungkinan besar kita akan dihabisi semua."
“Dihabisi semua tidak sampai, tapi korban pasti ada.” Yang Jian berkata, dia yakin dirinya tidak akan mati.
Tapi anggota tim pasti sudah mati semua.
Bahkan Li Yang yang sudah mengendalikan tiga ekor hantu dan merupakan Pengendali Hantu papan atas sekalipun, mungkin sulit bertahan.
“Tiga puluh lima, ini bukan angka yang baik.” Li Yang melirik Yang Jian, angka ini sangat mengganjal di hatinya.
Karena awalnya jumlah ruangan di lantai lima Kantor Pos Hantu juga tiga puluh lima, jumlah kursi di bus gaib juga tiga puluh lima, tentu saja dengan syarat tidak menghitung kursi sopir.
Dan geng hantu gentayangan yang memakai kostum opera ini jumlahnya juga tepat tiga puluh lima.
Kebetulan, atau sesuatu yang sudah ditakdirkan sejak awal?
“Sebelum kami, ada lingkaran gaib dari era Republik, semuanya berawal dari sana. Hingga sekarang masih banyak rahasia yang belum terungkap, tapi saat ini bukan waktunya memikirkan itu. Manfaatkan kesempatan geng hantu gentayangan itu pergi, kita harus cepat-cepat mencari ruangan itu.”
Yang Jian menarik kembali tatapannya, dia memilih untuk melanjutkan perjalanan.
Kerumunan mengangguk, diam seribu bahasa, menahan rasa takut dan panik di hati, lalu melanjutkan aksi.
Seiring menjauhnya gerombolan hantu itu, saat Yang Jian terus maju, dia menyadari kegelapan di sekitar mulai sirna.
Hingga akhirnya mereka melihat sebuah ruangan muncul di hadapan, dengan dua lentera dinding masih menyala di pintunya.
Mereka paham, saat ini mereka sudah keluar dari Wilayah Hantu itu, kembali ke Hotel Caesar sejati.
Yang Jian menatap ruangan dengan dua lentera menyala itu sesaat, lalu langsung berhenti melangkah.
101。
Di pintu ruangan tergantung sebuah plat nomor kamar.
“101？Bukankah ini tempatmu bangkit kembali?” Tong Qian heran melihat Anan.
Wajah Anan tetap tenang, dia berkata: "Benar, tapi yang kalian tuju adalah Ruangan 102, di sanalah tempat jejak informasi disimpan."
"Tidak terburu-buru, mari lihat Ruangan 101 dulu. Aku ingin tahu kekuatan gaib seperti apa yang bisa membuat seseorang hidup berulang kali." Kata Yang Jian sambil berjalan menuju Ruangan 101.
Tapi saat ini Anan agak panik, dia buru-buru menghalangi langkah Yang Jian: "Tidak, kau tidak boleh masuk ke ruangan ini."
Namun baru saja kata-katanya keluar, Yang Jian tiba-tiba mencekik lehernya, mengangkat tubuhnya dan menempelkannya keras ke tembok di sebelah.
"Kau..." Bola mata Anan menyempit, tak menyangka Yang Jian tiba-tiba bertindak.
"Kau menipuku."
Yang Jian memicingkan mata: "Ruangan 101 sama sekali bukan tempat kebangkitanmu."
"Aku tidak menipu, aku hanya tak ingin kalian main-main dan membuatku kehilangan kemampuan bangkit kembali." Ujar Anan.
Dengan wajah dingin Yang Jian berkata: "Oh ya? Kalau sekarang kubunuh kau, menurutmu apakah kau akan keluar lagi dari Ruangan 101 itu? Jika iya, berarti kau benar. Tapi jika setelah kubunuh kau tidak bangkit di ruangan ini, maka akulah yang benar."
Usai berkata, telapak tangannya kembali mengerahkan tekanan.
Anan merasakan lehernya mulai remuk, bahkan mendengar suara tulang-tulangnya retak sedikit demi sedikit.
Meski demikian, dia masih membelalak memeluk erat kepala mayat di tangannya, tak berniat melepaskannya.
"Tapi sikap Yang Jian tetap teguh, tangan hantu yang dingin dan menghitam terus mengerahkan tenaga, tak lama lagi lehernya akan dipuntir sampai patah."
"Li Yang dan Tong Qian di samping hanya menjadi penonton pasif tanpa berniat membujuk."
"Anan menyadari beberapa intensinya mungkin sudah ketahuan, ia terpaksa menggigit gigi berkata: 'Yang Jian, kau benar, kamar 101 memang bukan tempat aku hidup kembali, tempat kebangkitanku adalah kamar 701, kali ini yang kukatakan benar, kamar 101 adalah tempat Xianglan bangkit.'"
"'Kau sengaja menukar informasi kamar kebangkitanmu dengan Xianglan?' Yang Jian sepertinya tidak terkejut: 'Kenapa?'"
"'Jika aku mengatakan kamarku di 701, apakah kau masih berani masuk ke sini, mencari kamar yang menyimpan jejak informasi itu? Kamar 701 terlalu dalam, tidak worth it untuk mengambil risiko, tapi kamar 101 berbeda, posisinya tidak terlalu jauh, mungkin kau tertarik, mencoba merangsek masuk ke sini mencari kamar pencatatan informasi itu.'"
"Anan melanjutkan: 'Sedangkan tujuanku adalah mengikuti kalian ke kamar 101.'"
"'Lalu apa tujuanmu? Baik itu kamar kebangkitanmu maupun orang lain, bagimu yang masih hidup sekarang sama sekali tidak ada maknanya, lagipula kau masih hidup, sama sekali tak butuh kebangkitan.' Li Yang mendekat melakukan interogasi."
"'Karena Xianglan sudah mati, dia tidak hidup kembali, aku perlu kembali sekali lagi melihat ada apa sebenarnya dengan kamar ini, kenapa Xianglan yang seharusnya bisa bangkit kali ini malah tidak, aku harus menemukan alasannya, membuatnya bisa hidup kembali.'"
"Anan menatap Yang Jian setelah selesai bicara: 'Kali ini yang kukatakan semuanya benar.'"
"Kau bisa langsung menyebut titik kebangkitan Xianglan." Tong Qian berkata: "Tidak perlu berbohong."
"Aku tahu titik kebangkitan Xianglan, tapi tidak tahu lokasi pencatatan informasinya." Anan terdiam sejenak lalu berkata: "Kalian datang untuk informasi itu. Jika aku tidak tahu lokasinya, kalian pasti tidak akan mendatangi ruangan 101."
Yang Jian berkata dingin: "Kau pernah kontak dengan Xianglan. Masa' dia tidak memberitahumu lokasinya?"
"Dia memang tidak memberi tahu. Xianglan memilih menyembunyikan tempat dia mencatat informasi." Anan menjawab.
Li Yang berkata: "Kalau begitu, apakah perjalanan kita sia-sia?"
"Tidak sepenuhnya. Ruangan tempat mencatat informasi pasti sangat dekat dengan ruangan kebangkitannya. Mungkin ruangan 102 atau 99." Kata Tong Qian.
"Belum tentu. Pola pencatatan informasi setiap orang berbeda. Contohnya Wang Genquan sebelumnya adalah pengecualian." Ujar Yang Jian.
Li Yang melihat ke kiri-kanan: "Jadi kita harus mencari-cari di sekitar sini dengan cara uji coba?"
"Atau hidupkan kembali Xianglan. Meski kehilangan ingatan, memori masa lalunya masih ada. Dia tahu preferensi dan kebiasaannya sendiri, jadi kemungkinan besar bisa menyimpulkan lokasi pencatatan informasi." Anan menambahkan.
"Kau benar-benar nekat. Untuk menghidupkan Xianglan, berani menjadikan kami sebagai senjata." Li Yang terus menatapnya dengan intens.
Anan berkata: "Aku harus menghidupkannya kembali. Karena catatan terpentingku adalah memastikan Xianglan bertahan hidup. Pasti ada alasan tak terbantahkan di balik ini."
"Yang Jian, bagaimana sekarang? Membunuhnya atau memilih menghidupkan Xianglan?" Tatapan Tong Qian beralih.
"Bunuh."
Tangan hantu Yang Jian tiba-tiba mengerahkan tenaga, mencekik leher Anan hingga patah.
"Kemudian, selagi dia belum benar-benar mati, Bayangan Hantu meretas, langsung mencoba mencuri memori Anan."
Anan membelalakkan matanya, ia sepertinya tidak menyangka Yang Jian begitu tegas, tapi di matanya berkilau secercah harapan, di hatinya tidak menyesali tindakan ini.
