Setelah meninggalkan kamar No.101, Yang Jian dan yang lain langsung berlari lebih dalam ke wilayah gaib ini.
Sementara itu, di lorong yang redup, suara pintu-pintu kamar yang terbuka terus bergema. Suara-suara ini datang dari segala penjuru, hampir menutupi seluruh area. Sama sekali tidak ada arah yang aman.
Tapi Yang Jian tetap mengambil pendekatan sebaliknya.
Karena meskipun semua kamar terbuka, belum tentu semua kamar berisi hantu. Dan meskipun ada hantu, tingkat keganasannya berbeda-beda.
Jadi dia menilai, kembali melalui jalan yang sama adalah paling berbahaya, sedangkan rute lain relatif lebih aman.
"106...121, Komandan, nomor ruangan tampaknya semakin besar. Kita salah arah, ini bukan jalan menuju kamar nomor 100." Li Yang terus berlari sambil memperhatikan plakat nomor rumah yang tergantung di pintu-pintu sekitar.
Langkah Yang Jian tidak berhenti: "Aku tahu. Kita akan berputar melalui persimpangan di depan. Dengan berkeliling, kita pasti bisa menemukan kamar 100. Xianglan memilih kamar itu untuk merekam informasi, berarti kamar itu aman. Setelah masuk, kita bisa berhenti sejenak."
"Xianglan tampaknya tidak mengikuti." Tong Qian menoleh ke belakang dan menyadari Xianglan telah menghilang.
"Jangan pedulikan dia. Dia tidak akan mati. Bahkan jika mati, dia bisa hidup kembali di kamar 101. Fokus saja pada tugas kita." kata Yang Jian.
Mendengar itu, Tong Qian mengangguk dan tidak lagi menghiraukan Xianglan yang telah lenyap.
Mereka bergegas berlari kencang di lorong sempit dan redup ini, dan segera tiba di sebuah persimpangan.
Yang Jian yang berada di depan memilih belok kanan, berencana berputar melalui persimpangan depan untuk menemukan kamar nomor 100.
Cara berpikir seperti ini tidak ada masalah, tapi akan membuang lebih banyak waktu, sedikit berputar, secara teori ini akan meningkatkan bahaya, tapi di wilayah gaib kadang penilaian pribadi lebih penting.
Penilaian Yang Jian sepertinya tidak salah.
Sepanjang perjalanan, meski pintu-pintu ruangan di sekitarnya terbuka, bahaya tidak terjadi.
Ini menandakan sebagian besar ruangan yang dilewati tadi tidak ada hantunya, bahkan jika ada, itu bukan jenis hantu gentayangan yang bisa langsung memicu aturan membunuh, jadi perjalanan berhasil diatasi tanpa insiden.
Tapi meski penilaiannya benar, bukan berarti bahaya tidak akan datang selamanya.
Di depan.
Sebuah pintu ruangan terbuka, cahaya lentera menguning menyembul keluar, tapi cahaya itu berkedip-kedip gila-gilaan seperti terkena gangguan.
Saat lampu berkedip, Yang Jian melihat cahaya yang terdistorsi membentuk bayangan manusia di depan pintu, seolah ada sesuatu yang berdiri di sana.
Tapi ini hanya pandangan biasa, di mata hantu pemandangannya berbeda.
Yang di pintu itu sama sekali bukan bayangan, melainkan sosok wanita beraura kematian, mayat kehitaman, baju usang dan compang-camping. Tapi lebih tepat disebut hantu gentayangan yang baru saja keluar dari ruangan.
"Hantu dari ruangan nomor 108?"
Yang Jian memperhatikan lagi plat nomor di pintu, lalu langsung mengayunkan tombak retak di tangannya tanpa ragu.
Tanpa ragu, ia melemparkan tombak itu terlebih dahulu.
Tombak yang memiliki paku peti mati, selama bisa memakukan hantu, akan langsung mengendalikannya hingga tertidur pulas, bahkan tak bisa bangun kembali.
Tombak retak itu terbuat dari emas, tak terpengaruh kekuatan gaib. Karena itu Yang Jian berani melemparkannya seenaknya tanpa khawatir hilang akibat gangguan supranatural.
"Braak!"
Sesaat kemudian, lantai tertembus membentuk retakan.
Tombak emas retak itu menembus tubuh hantu gentayangan di depan ruangan 108, langsung memakukannya ke lantai.
Tak ada kejadian tak terduga.
Serangan paku peti mati berhasil.
Tubuh hitam nan dingin hantu itu melengkung, tergeletak tak bergerak bagai mayat. Gangguan gaib pun menghilang, lampu yang berkedip di pintu segera normal kembali.
"Jangan berhenti, lanjutkan aksi." Kata Yang Jian sambil menghela napas lega.
Mereka dengan cepat melewati pintu ruangan 108.
Tapi Yang Jian tak bisa membiarkan paku peti mati terus menindih hantu ini. Ia perlu mencabutnya untuk melepas arwah gentayangan itu, meski risikonya besar.
"Sudahlah."
Setelah ragu sejenak, Yang Jian mengurungkan niat melepaskan hantu itu sekarang. Alih-alih, ia terus mengangkut mayat perempuan ini dengan tombak retaknya.
Tak ingin membuang waktu atau mengambil risiko saat ini, ia memutuskan mengabaikan hantu yang tertindih sementara, berencana menanganinya nanti.
Membawa seekor hantu gentayangan - meski dikendalikan paku peti mati - tetap memberikan tekanan psikologis yang tak terhindarkan.
"Yang Jian secara naluriah merasa hantu gentayangan ini sangat mengerikan, seharusnya segera melepaskan diri dan tidak boleh terlalu terjerat. Namun kondisi lingkungan saat ini tidak memungkinkan mereka berhenti untuk menangani barang ini, karena pintu-pintu ruangan di sekeliling semuanya dalam keadaan terbuka. Semakin lama berada di sini, kemungkinan bertemu hantu gentayangan akan semakin besar."
"Tidak boleh sembarangan mencabut paku peti mati? Hantu ini pasti sangat ganas." Li Yang melirik, dadanya turut berdebar.
Mayat perempuan yang dingin dan menghitam itu bisa membuat seorang komandan tim memutuskan untuk tidak mencabut paku peti mati, jelas sesuatu yang sangat bermasalah.
Ketiganya tanpa bicara melanjutkan perjalanan.
Saat ini, setelah berputar satu lingkaran, efeknya memang terlihat.
Tidak hanya menghindari sebagian besar bahaya, mereka juga berhasil menemukan kamar nomor 100.
Tepat di depan.
Tapi lorong ini agak panjang, harus melewati tiga ruangan lagi.
Dua ruangan di kiri, dua di kanan, semua pintunya terbuka. Kamar nomor 100 yang terbuka itu juga demikian, berkat mata hantu Yang Jian yang bisa melihat jelas nomor kamarnya.
"Ketemu! Ruangan terakhir di depan itu nomor 100." Tatapan Yang Jian menyempit tajam.
"Sepertinya berhasil diatasi tanpa insiden." Tong Qian berkata.
Li Yang menimpali: "Jangan lengah. Masih harus melewati tiga ruangan. Meski di lorong tidak terlihat bahaya, bisa saja ada hantu gentayangan di dalam ruangan."
Yang Jian tetap diam, hanya mempercepat langkah.
Saat melewati kamar pertama, tidak terjadi apa-apa. Sepertinya kamar pertama kosong, tidak ada hantu gentayangan.
Ketika melewati kamar kedua, Yang Jian tidak mengalami masalah, tapi saat Li Yang melewatinya, insiden tak terduga terjadi.
Dalam ruangan gelap gulita itu, sepertinya ada sesuatu yang tiba-tiba dilempar dan langsung menghantamnya.
"Apa?" Li Yang langsung waspada. Ia memperhatikan benda yang terbang ke arahnya dan secara refleks ingin menghindar.
Tapi saat dia menghindar, benda terbang itu mengubah orbit dan langsung menghantam tubuhnya.
"Braak!"
Li Yang tertabrak. Benda itu jatuh ke lantai, terguling beberapa kali, lalu berhenti. Baru kemudian terlihat jelas.
Itu adalah sepotong tulang, dan dari bentuknya tampaknya tulang manusia.
Yang Jian langsung menghentikan langkahnya. Ia menoleh melihat ke belakang.
"Saya baik-baik saja," kata Li Yang segera.
"Barusan Li Yang kena lempar tulang dari dalam kamar. Tapi kamarnya gelap pekat, aku tidak bisa melihat jelas. Tapi kurasa di kamar ini juga ada hantu."
Tong Qian yang berada di posisi paling belakang menyaksikan seluruh kejadian, lalu menceritakan insiden tadi kepada Yang Jian.
Namun sebelum selesai bicara, sebuah tulang manusia lagi terbang keluar dari kamar.
Meski Tong Qian tidak berdiri di depan pintu kamar itu, tulang tersebut menabrak tembok dan berubah arah, kembali terbang dengan presisi ke arahnya.
"Hm? Bisa begitu?" Tong Qian segera menghindar.
Dengan persiapan dan kewaspadaan, dia tidak sebodoh itu sampai kena lempar benda ini.
Berhasil menghindar. Tulang itu meleset dari Tong Qian lalu berguling beberapa kali di lantai sebelum akhirnya diam tak bergerak.
"Jika kita bergegas menyerbu, mungkin tidak akan terkena..." kata Li Yang, namun sebelum dia selesai bicara, tiba-tiba wajahnya berubah drastis. Seluruh tubuhnya menopang diri di tembok lalu terjatuh tak berdaya.
Melihat kejadian ini, ekspresi Yang Jian berubah. Dia langsung berbalik arah, namun saat hendak mengulurkan tangan untuk membantu Li Yang, tiba-tiba membeku.
Dia melihat tubuh Li Yang sedang membusuk dengan cepat. Daging dan darah menghilang, menyisakan tulang putih yang mengerikan.
"Aku... aku akan mati."
Li Yang dengan susah payah menengadah. Sebagian daging di wajahnya sudah meleleh.
Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah lengannya yang mengering. Lengan itu membawa kutukan mengerikan "Buka pintu pasti mati" yang dipotong dari hantu gentayangan di kantor pos, bagian dari puzzle arwah penasaran.
"Ini karena terkena hantaman tulang tadi... Tapi kecepatan pembusukannya terlalu ekstrim. Bahkan Li Yang yang mengendalikan tiga ekor hantu pun tak bisa menahan."
"Harus segera cari cara. Kalau tidak, dia benar-benar bisa tumbang di sini."
Ekspresi Yang Jian berubah. Otaknya bekerja cepat mencari solusi.
Namun daging di tubuh Li Yang semakin cepat menghilang. Dalam hitungan detik, dia akan benar-benar mati.
Li Yang yang bukan makhluk luar biasa ini, sekali mati akan benar-benar binasa.
Tapi dalam waktu sesingkat ini, mustahil menemukan metode untuk sementara menghalangi pembusukannya.
"Gunakan Wilayah Hantu lapis enam, tunda dulu waktunya!" Langsung Yang Jian membelalakkan Mata Hantu, mengaktifkan Wilayah Hantu enam lapisan.
Dalam Wilayah Hantu enam lapisan, segalanya terhenti, bahkan hal-hal gaib pun tidak terkecuali.
Li Yang yang terjebak dalam wilayah hantu enam lapisan berhenti kehilangan daging dan darah, namun seluruh kulit dan dagingnya sudah menghilang. Tubuhnya terlihat seperti dikuliti hidup-hidup, berlumuran darah dengan kondisi yang rusak parah.
"Kita berhasil mengulur waktu kematiannya." Yang Jian menghela napas lega.
Tapi wilayah hantu enam lapisan tidak bisa dipertahankan selamanya. Dia harus menemukan cara menyelamatkannya dalam waktu singkat ini.
"Jika mengaktifkan wilayah hantu tujuh lapisan, aku hanya bisa restart diri sendiri. Untuk melakukan restart skala besar, harus membuka wilayah hantu delapan lapisan. Jadi dengan mengaktifkan wilayah delapan lapisan dan mengembalikan waktu 30 detik sebelumnya, hasil akhir Li Yang bisa diubah." Ini metode pertama yang terpikir.
"Andai saja aku masih punya Boneka Pengganti Nyawa, kutukan bisa langsung dipindahkan. Sayangnya boneka terakhir sudah kugunakan sejak lama."
"Metode ketiga adalah mengaktifkan kutukan kotak musik untuk mempertahankan kesadaran Li Yang terlebih dahulu, baru mencari cara mengatasi masalah kutukan kotak musik nanti."
"Aku juga bisa mencoba memotong kutukan menggunakan Gunting Hantu, asalkan serangan hantu gentayangan terkait dengan kutukan ini."
"Sedangkan metode lainnya semuanya mustahil ditiru."
Otak Yang Jian bekerja cepat. Dengan waktu yang dijeda oleh wilayah hantu enam lapisan, empat solusi terlintas dalam pikirannya.
Namun hanya dua metode yang layak dijalankan: mengaktifkan wilayah hantu delapan lapisan atau mengaktifkan kutukan kotak musik. Bahkan waktu untuk memotong kutukan pun sudah tidak ada.
Hanya saja sebelumnya saat membuka Wilayah Hantu delapan lapisan, Yang Jian menggunakan mayat orang tua dari rumah kuno. Dirinya sendiri tidak mampu melakukannya. Tapi sekarang, setelah mencuri 40% kegaiban Danau Hantu dan kemampuannya berkembang, mungkin sekarang dia bisa langsung membuka Wilayah Hantu delapan lapisan.
Kutukan kotak musik jauh lebih sederhana.
Setelah diaktifkan dan kutukan dilepaskan, diri sendiri tak perlu menanggung risiko apa pun. Hanya saja orang yang terkena kutukan kotak musik sulit bertahan hidup setelah kutukan itu meledak.
"Restart saja. Melepaskan kutukan juga butuh waktu. Aku tidak yakin apakah Li Yang akan tewas lebih dulu."
Yang Jian menarik napas dalam-dalam, lalu membuat keputusan.
Tidak ada cara.
Dia tak ingin kehilangan satu anggota tim di sini. Jika setelah restart bisa menarik kembali semuanya, ini masih sepadan.
"Selain itu, aku juga ingin menguji apakah kegaiban Danau Hantu empat lapisan bisa menopangku membuka Wilayah Hantu delapan lapisan."
Setelah memutuskan, Yang Jian membuang semua pemikiran lainnya dari kepalanya.
Mata hantu kembali membelalakkan, wilayah-wilayah hantu saling tumpang tindih.
Wilayah Hantu enam lapisan berubah menjadi tujuh lapisan, lalu delapan lapisan.
Pantangan untuk membalikkan hidup-mati telah diaktifkan.
Seluruh lorong diselimuti cahaya merah darah yang menyala.
Tubuh Yang Jian meneteskan air, seluruh tubuhnya basah kuyup. Mata hantu berputar dengan gelisah, tapi kegaiban Danau Hantu yang menyeramkan juga menggerogoti tubuhnya dengan 40% kekuatan gaib, mengendalikan mata hantu agar tidak lepas kendali.
Restart skala besar dimulai.
Satu detik, dua detik, tiga detik...
“Segala sesuatu di sekitar mundur, seolah-olah jarum jam bandul tua keluarga Wang telah diputar.”
Dengan pengalaman restart skala besar sebelumnya, Yang Jian di hatinya sudah agak bersiap.
Tapi dia merasa luar biasa kelelahan.
Tubuhnya seolah terkoyak, kesadarannya bahkan mulai buram.
Sebuah kekuatan gaib yang mengerikan seakan ingin melahap dirinya sendiri.
Hanya dengan memutar tiga detik, Yang Jian sudah merasakan sesuatu yang tidak beres.
Pada saat ini, barulah dia menyadari betapa sulitnya restart skala besar itu sebenarnya.
Tanpa menggunakan tubuh orang tua rumah kuno untuk menahan kebangkitan mata hantu, hanya mengandalkan diri sendiri tingkat kesulitannya terlalu besar.
"Meski sulit, tapi masih bisa bertahan." Yang Jian merasakan kegaiban Danau Hantu mulai berguna, mata hantu tidak terkendali.
Sepuluh detik... tiga belas detik... enam belas detik.
Setiap detik terasa panjang seperti satu jam.
Situasi di lorong sudah berubah.
Li Yang yang darah-dagingnya menghilang kini sudah pulih seperti semula. Dia sekarang tidak terjatuh di lantai, tapi berdiri di sebelah, namun tulang itu sudah mengenai dirinya.
Jadi enam belas detik masih jauh dari cukup.
Harus restart sampai sebelum Li Yang kena tulang.
Dua puluh lima detik.
Tulang tepat jatuh di tubuh Li Yang.
Dua puluh enam detik, tulang melayang di udara, tapi masih belum cukup karena jarak ini membuat Yang Jian tidak sempat menghalangi.
Dua puluh tujuh detik.
Tulang terbang keluar dari ruangan.
Tapi saat ini tubuh Yang Jian dipenuhi noda air, muncul tanda-tanda penghilangan.
Sambil menekan mata hantu, penggunaan kekuatan gaib Danau Hantu yang berlebihan mulai mengikis dirinya sendiri.
"Ternyata, ancaman terbesar sekarang bukanlah kebangkitan Mata Hantu, melainkan kekuatan gaib Danau Hantu yang mematikan."
"Cukup." Yang Jian langsung memejamkan mata hantunya tepat di detik ke-28.
Wilayah Hantu delapan lapisan menghilang.
Restart besar-besaran berakhir.
Lorong ini kembali ke kondisi 28 detik sebelumnya.
Saat ini.
Li Yang baru saja melewati pintu ruangan gelap gulita itu.
Bersamaan, sepotong tulang tiba-tiba meluncur keluar tanpa tanda-tanda.
Li Yang waspada, secara refleks menghindar.
Namun tulang itu mengubah arah di udara, tetap mengejarnya.
Skenario tidak melenceng, tetap identik dengan kejadian sebelumnya.
Tapi sekarang.
Tombak retak di tangan Yang Jian terayun, menghalangi tepat di samping Li Yang.
Tulang menghantam tongkat emas itu lalu terpental, jatuh ke lantai.
Akhirnya berubah.
Li Yang tidak tertembak.
Tapi lengan Yang Jian yang memegang tombak gemetar halus. Seluruh tubuhnya terus mengeluarkan rembesan air, seolah baru diangkat dari danau. Wajahnya pucat pasi, bahkan kulit di beberapa bagian mulai menunjukkan tanda-tanda menghilang.
"Jauhi pintu rumah! Jangan sampai kena tulang yang dilempar dari dalam, atau kau akan mati mengerikan." Yang Jian menarik Li Yang dengan kasar, menjauh ke jarak aman.
Wajah Li Yang berubah pucat. Ia terkejut melihat kondisi Yang Jian.
Tadi masih baik-baik saja, kenapa tiba-tiba bisa begini?
“Apa yang ada di ruangan itu? Apa yang sebenarnya terjadi sesaat yang lalu?” Li Yang bertanya buru-buru.
Setelah restart, dia dan Tong Qian kehilangan ingatan sebelumnya, hanya Yang Jian yang tidak terpengaruh restart dan memahami situasi masa depan.
Namun Yang Jian tidak menjawabnya, malah menoleh dan berkata: "Tong Qian, jangan menghemat, langsung nyalakan Lilin Hantu dan serbu pintu itu!"
"Baik, saya paham."
Tong Qian juga mundur beberapa meter, menjaga jarak aman dari ruangan yang terbuka di depannya, baru kemudian menyalakan sebatang Lilin Hantu merah.
Sebelum berangkat, Yang Jian sudah mengatur alokasi sumber daya. Li Yang dan Tong Qian juga membawa Lilin Hantu.
Hanya saja kejadian tiba-tiba ini tak terduga, siapa sangka Li Yang bisa tewas dihantam tulang orang mati yang terlempar.
