Yang Jian, Li Yang, dan Tong Qian di Ruang 5 mendengarkan setiap gerakan di luar, tepat lima belas menit berlalu sebelum semua keanehan menghilang.
Baru saat itu mereka membuka pintu dengan hati-hati mengintip keadaan luar.
Ternyata.
Lorong kosong melompong, tak ada apa-apa, tapi di persimpangan tadi terlihat cahaya api tungku berkobar-kibar.
Dari tampaknya hantu lainnya telah lenyap, tapi tungku api itu tetap tertinggal tak menghilang.
“Sarang hantu ini benar-benar penuh bahaya. Aku akan periksa dulu, kalian keluar setelah dipastikan aman.”
Yang Jian kini melangkah keluar ruangan, berdiri di tengah lorong.
Memandang ke kanan, dia melihat koridor di ujung lorong.
Tempat itu tersambung ke Hotel Caesar, posisi pintu keluar.
Sebelah kiri maju ke depan adalah persimpangan jalan.
Sekeliling tak ada aktivitas gaib, dia juga tidak diserang hantu gentayangan.
Yang Jian memilih berjalan ke arah kanan. Dia tiba di persimpangan jalan dan melihat sebuah tungku api diletakkan di depan pintu sebuah ruangan. Pintu ruangan itu tertutup rapat, terlihat tak selaras dibandingkan ruangan lain yang pintunya terbuka.
Ruangan itu adalah...nomor 10.
"Memang ada yang ganjil dengan ruangan ini. Pilihan untuk sementara menghindar sebelumnya sepenuhnya tepat."
Setelah beberapa detik ragu, Yang Jian tetap mendekati tungku api aneh itu.
Dia perlu barang gaib ini, yakin suatu saat nanti bisa berguna, ingin membawanya pergi.
Adapun ruangan nomor 10, Yang Jian belum memutuskan untuk masuk dan menyelidiki.
Karena tali yang terikat pada tungku api masih ada, dia mendekat sampai jarak tertentu lalu berhenti, memungut tali di tanah untuk menarik tungku itu.
Saat Yang Jian menarik kuat, tungku itu seolah tertanam di tanah, sama sekali tak bergerak.
"Tidak bisa ditarik?"
Dia sempat bingung, lalu tiba-tiba tersadar. Segera membuka mata hantunya dan menatap tajam ke tungku api.
Di samping tungku, sosok aneh dengan kulit memerah terbakar justru mencengkeram ujung tali dengan erat. Bagaimanapun ditarik, sosok itu tetap tak bergeser.
"Talinya direbut hantu. Hanya mengandalkan tenaga fisik mustahil menarik hantu itu. Kecuali kita tebas lagi dengan pedang, bongkar tubuhnya dan redakan energinya, sulit untuk memindahkan ini," batin Yang Jian.
"Tapi kalau memang begini keadaannya, kenapa tungku api ini bisa tertinggal di depan pintu ruangan nomor 10?"
“Apa sebenarnya yang ada di ruangan itu?”
Yang Jian merasa penuh tanya dan sedikit rasa ingin tahu.
Tapi untuk memasuki ruangan nomor 10, dia harus memindahkan tungku api. Untuk memindahkan tungku api, dia harus menggunakan golok kayu bakar sekali lagi.
“Benar-benar tidak ada cara lain. Sudah sampai tahap ini, kalau berbalik pergi akan sangat bodoh.”
Dalam hati Yang Jian menghela nafas, meletakkan tali di tangannya lalu bergegas menuju tungku api itu.
Dalam pandangan mata hantu, hantu gentayangan di sebelah tungku api semakin mendekat ke arahnya.
Saat jaraknya sudah cukup dekat, dia kembali mengayunkan golok kayu bakar di tangannya.
Pedang terhunus dalam sekejap.
Hantu gentayangan di sebelah tungku api kembali terbelah dua oleh sabetan pedang dan terjatuh tak bergerak.
Setelah hantu dibongkar, api dalam tungku mulai meredup. Yang Jian menggunakan kesempatan ini untuk memindahkan tungku dan membuka pintu ruangan nomor 10.
Pada detik itu, dia terdiam seketika.
Setelah pintu ruangan nomor 10 terbuka, yang terlihat bukan ruang tamu yang biasa dikenalnya, melainkan sebuah tembok.
Ruangan itu menghilang.
“Bagaimana bisa begini?” Yang Jian merasa tak percaya.
Ini pertama kalinya dia mengalami situasi seperti ini di sini. Ruangan di tempat ini ternyata bisa menghilang?
Dia mengusap-usap tembok itu.
Benar-benar nyata. Dalam pandangan mata hantu pun terlihat normal, bukan halusinasi.
“Apakah benar ada orang yang diam-diam mengendalikan segalanya di sini? Sebelumnya membuka semua pintu ruangan untuk melepaskan hantu gentayangan, ingin membuat kami dihabisi semua di sini. Untunglah rute yang saya pilih benar, menghindari sebagian besar bahaya mengerikan. Sekarang saat ruangan nomor 10 menghilang, mungkin memang ingin menyembunyikan informasi penting.”
Tatapan Yang Jian bergetar lemah, dalam hatinya muncul kecurigaan terhadap perubahan ini.
Informasi yang dicatat Xianglan di ruangan nomor 10 pasti menyangkut rahasia tempat ini. Tidak masalah jika anggota lain yang terjebak di sini mengetahuinya - mereka tidak bisa keluar dan akan terus mati di sini. Tapi jika Yang Jian, orang luar ini yang mengetahuinya, situasinya akan berbeda.
Mungkin semua tatanan di sini akan terjungkirbalikkan.
Yang Jian tidak berlama-lama merenung di sini. Karena ruangan nomor 10 sudah hilang, tak perlu lagi menahan diri di tempat ini.
Mengambil tungku api yang nyaris padam di pintu, ia langsung berbalik dan pergi.
"Situasi berubah, kita harus pergi dari sini," kata Yang Jian saat melewati pintu ruangan nomor 5.
Li Yang dan Tong Qian segera keluar.
"Tidak mau melihat ruangan nomor 1?"
Saat mundur, mereka melewati sebuah ruangan. Li Yang mengingatkan.
"Semua di sini sedang dimanipulasi, informasi disembunyikan. Pergi ke ruangan nomor 1 pun tak berguna. Kita harus segera menemukan pintu Hotel Caesar lalu pergi dari sini," kata Yang Jian.
Tong Qian berkata: "Hotel Caesar sangat besar, tidak mudah menemukan pintu itu dalam waktu singkat."
Yang Jian berkata: "Semoga tindakan kita sebelumnya bisa membantu. Masih ingat pintu emas yang berdiri di depan lorong itu?"
"Bukankah pintu itu tidak berguna?" Tong Qian berkata.
"Tapi posisi yang kita letakkan saat itu benar. Dengan menemukan pintu itu, kita bisa menemukan posisi yang tepat," kata Yang Jian.
"Mungkin saja." Li Yang merenung sejenak, lalu memahami maksud Yang Jian.
Pintu emas yang diletakkan sebelumnya dipasang sebelum memasuki area ini, dan emas tidak terpengaruh. Meskipun posisinya berubah, secara logika pintu emas itu seharusnya muncul di tempat lain dalam Hotel Caesar.
Jika bisa ditemukan, kita bisa menentukan posisi sebenarnya.
Sekarang ini adalah wilayah gaib, semuanya telah diubah, bahkan posisi pun demikian. Jadi menggunakan pola pikir inersia tidak akan menemukan lokasi sebelumnya.
Ketiganya berjalan keluar dari lorong.
Tapi bahaya belum berakhir.
Saat ini Hotel Caesar adalah tempat berkumpulnya semua hantu gentayangan. Arwah-arwah yang berkeliaran dari kamar-kamar semuanya mondar-mandir di sini.
Semua hantu tidak bisa pergi karena pintu sebenarnya belum ditemukan.
Pintu itu adalah jalan menuju dunia nyata dan dunia luar.
"Yang Jian, ke sini! Aku tahu kalian pasti baik-baik saja."
Saat itu, Yang Jian yang baru saja keluar kembali mendengar suara memanggilnya di sekitar.
Di dekat lorong, sebuah kamar di Hotel Caesar terbuka. Dong Yulan menjulurkan setengah kepalanya, berbisik memberi salam pada mereka.
"Hm?"
Ekspresi wajah Yang Jian berubah samar saat melihatnya.
Menurut dugaan sebelumnya, Dong Yulan dan yang lain seharusnya sudah mengalami serangan gaib dan mungkin terbunuh oleh hantu. Bagaimana mungkin mereka masih tertinggal di sini?
Lagipula di lorong tadi dia melihat Zhu Jian yang telah bangkit kembali.
Beberapa orang lagi berkumpul bersama, satu mati lalu bangkit di ruangan, anggota lain mungkin juga tidak lebih baik.
Penuh tanya, Yang Jian tetap mendekat untuk melihat situasi.
"Ruangan ini aman, kami sudah periksa semua, kau boleh tenang." Dong Yulan berkata.
Namun tepat saat Yang Jian masuk ke ruangan, suara familiar bergema: "Kalian seharusnya tidak kembali lagi, sudah kukatakan, kembali tak ada artinya. Menemukan pintu keluar yang benar di sini adalah prioritas utama sekarang. Sungguh waktu terbuang percuma karena kalian."
Zhu Jian itu berdiri di dalam ruangan, memandangi Yang Jian dengan raut tak senang.
"Kau?" Li Yang dan Tong Qian membelalakkan mata saat melihatnya lagi, seolah melihat hantu, langsung siaga, bahkan nyaris tak tahan untuk menyerang.
Jika Zhu Jian belum mati, lalu siapa Zhu Jian yang terlihat di lorong tadi?
Sebaliknya, masih ada kemungkinan lain.
Jika Zhu Jian sudah tewas, Zhu Jian di lorong adalah yang bangkit setelah mati, lalu siapa Zhu Jian di ruangan ini?
"Tenang, Zhu Jian tidak bermaksud buruk. Saat ini kami masih dalam kerja sama, tidak perlu terlihat bermusuhan." Dong Yulan buru-buru menengahi.
Dia mengira perkataan Zhu Jian memprovokasi mereka.
Yang Jian berkata dingin: "Sebelumnya kulihat kau di dalam sana, saat itu kau dikejar hantu di belakangmu, minta tolong pada kami, lalu menangis sambil kabur, akhirnya menghilang..."
Begitu kata-kata ini terucap, ruangan langsung sunyi senyap.
Semua orang lain pun menatap tajam ke arah Zhu Jian.
Wang Genquan terdiam sejenak lalu membuka mulut: "Meski aku tidak meragukan keaslian ucapanmu, tapi sejak awal hingga sekarang Zhu Jian selalu bersama kami, dan tidak pernah menjelajah ke dalam, jadi mustahil kalian bertabrakan dengannya."
"Ucapannya benar," Dong Yulan juga mengangguk.
"Mungkin Zhu Jian yang kau lihat adalah hantu yang menyamar, kau ditipu." Zhu Jian terkekeh sinis.
Yang Jian melirik: "Kenapa kamu sendiri tidak mungkin hantu yang menyamar? Berani jamin dari tadi sampai sekarang Zhu Jian terus dalam pandangan kalian tanpa pernah pergi?"
Dong Yulan dan Wang Genquan segera mengingat-ingat.
Kemudian Dong Yulan berkata; "Tidak bisa menjamin. Sebelumnya saat kami di dalam, semua pintu rumah terbuka. Meski kemudian tertutup, bahaya terus muncul. Setelah beberapa lama, kami merasa terlalu riskan bertahan di sana sehingga mundur. Di tengah jalan sempat terpisah sebentar."
"Tapi waktu itu terlalu singkat, tidak mungkin ada hantu menyusup masuk. Lagipula kalau benar ada yang menyusup, pasti kami akan curiga."
Li Yang berwajah dingin: "Lebih baik salah membunuh daripada melewatkan. Lagipula Zhu Jian mati pun bisa bangkit. Bagaimana jika dia hantu?"
"Kalau mau menghabisi kami, ngapain cari-cari alasan."
Zhu Jian berkata: "Anan juga belum kembali. Kemungkinan besar dia sudah kalian bunuh. Aku tahu, orang luar seperti kalian ingin kami mati, memblokir tempat ini, memutus harapan kami untuk bertahan hidup."
"Meski mulut berbusa bicara demi orang hidup di luar, sebenarnya yang terpancar dari tulang-tulangmu hanyalah keegoisan belaka."
Dong Yulan dan Wang Genquan mendengar ini, wajah mereka langsung berubah.
"Kalau kami mau membunuh kalian, apakah perlu susah-susah seperti ini? Sok penting saja, sekumpulan benda terkutuk yang bahkan bukan manusia hidup. Pintu keluar ada di depan mata pun mungkin tetap tak bisa kalian lewati." Li Yang berkata dengan nada kesal.
"Bisa tidaknya keluar adalah urusan kami, tidak ada hubungannya dengan kalian." Zhu Jian menjawab.
Li Yang tak mau berdebat lagi. Ia berpaling dan bertanya, "Komandan, situasi sekarang ini hanya dua kemungkinan: penilaian kita sebelumnya salah, atau Zhu Jian ini bermasalah. Menurutku analisis kita tidak keliru. Kita memang melihat Zhu Jian dan sudah mencoba bertindak."
"Jika hantu hanya menyamar sebagai Zhu Jian, kemungkinannya kecil. Saya usul untuk langsung bertindak."
Tong Qian menimpali, "Menurutku lebih baik diamati lagi. Jika kita bertindak, lawannya bukan cuma Zhu Jian seorang."
Pertimbangannya adalah faktor keamanan.
Khawatir terjadi kejadian tak terduga jika bertarung dengan trio ini. Lagipula mereka sudah bertahan begitu lama di sini, pasti punya kartu as tersembunyi.
Yang Jian menyipitkan matanya, menatap tajam ke arah Zhu Jian.
Ia lebih condong ke usulan Li Yang: Lebih baik salah membunuh daripada melewatkan.
Begitu Zhu Jian benar-benar terbukti sebagai hantu, mereka semua akan berada dalam bahaya.
Dulu dalam Hantu Mimpi, saat bertemu dua Jiang Yan sekaligus, tanpa ragu ia langsung menusuk Jiang Yan yang paling dekat.
Tak peduli asli atau palsu, begitu bertindak langsung ketahuan.
“Kemungkinan Zhu Jian adalah hantu tidak kecil. Aku tidak bisa membiarkanmu eksis. Jika kalian berdua ingin menghalangi, silakan saja. Aku juga tidak keberatan membunuh dua orang lagi.” Saat ini Yang Jian berbicara sambil menggenggam erat tombak retak di tangannya.
“Ternyata tetap harus bertindak?” Wang Genquan menegangkan seluruh tubuhnya, menekan suara sambil bersiap untuk membela diri.
Makna terbunuh oleh hantu dan dibunuh manusia jelas berbeda.
Sudah sampai tahap ini, siapa yang rela dihabisi?
