Wang Xin dan anggota lainnya diusir dari Kota Dachang, terburu-buru naik pesawat kembali ke Jepang pada malam itu.
Dipastikan setelah kembali, Komunitas Pengusir Roh akan sibuk. Bagaimanapun, ada hantu gentayangan yang menyamar sebagai manusia yang menyusup ke dalam organisasi mereka. Jika mata-mata ini tidak ditemukan, lama-kelamaan Komunitas Pengusir Roh pasti akan hancur, dan peristiwa supranatural di Jepang akan sepenuhnya tak terkendali.
Tapi krisis seperti ini tidak ada hubungannya dengan Yang Jian. Dia tidak akan menghiraukan urusan keluarga orang lain.
"Untuk apa kau tinggalkan Megumi ini? Tertarik padanya? Ini tidak seperti karaktermu," Huang Ziya memeriksa Megumi yang ditahan, ragu-ragu melihat Yang Jian.
Megumi saat ini tampak gugup, berdiri dengan panik. Sesekali melirik ke arah Yang Jian, tidak tahu harus berbuat apa.
Yang Jian berkata: "Tidak ada apa-apa, aku hanya tidak terlalu ingin berurusan dengan Wang Xin itu. Kalau perlu perantara, menurutku dia (perempuan ini) kandidat yang bagus. Lagipula dia sangat penurut, jadi aku mau membantunya. Kalau sekarang dia kembali ke Komunitas Pengusir Roh, mungkin tidak sampai beberapa hari lagi dia akan mati di sana."
"Tempat yang sudah dimasuki kekuatan gaib, menurutmu berapa lama orang biasa bisa bertahan?"
Huang Ziya berkata: "Benar juga, dia jauh lebih enak dipandang daripada Wang Xin itu. Lagipula perusahaan kita besar, punya beberapa orang seperti ini tidak akan merugi. Bagaimana rencanamu menempatkannya?"
Yang Jian tidak menjawab, malah kembali ke meja kerjanya dan menekan ponsel: "Situasi sudah selesai, kalian bisa naik."
Tak lama kemudian.
Zhang Liqin dan Jiang Yan datang ke atas.
Mereka sekilas memeriksa kantor, hanya mencium aroma anyir samar-samar, selain itu tidak melihat apapun.
"Namanya Megumi, orang Jepang. Zhang Liqin, kamu yang urus penempatannya di perusahaan. Mulai sekarang dia jadi penerjemah perusahaan." Yang Jian menunjuk Megumi.
"Baik, Bos Yang." Zhang Liqin mengangguk, lalu memerikti Megumi dari ujung kepala ke kaki.
Muda, cantik, bertubuh indah.
Ini kesan pertama Zhang Liqin terhadap gadis ini. Tapi dia paham, gadis-gadis yang dekat dengan Yang Jian yang punya status seperti sekarang pasti bukan orang sembarangan.
"Jiang Yan, nanti kamu beri tahu Liu Xiaoyu untuk melarang warga Jepang masuk ke Kota Dachang. Katakan juga ke dia: Di Komunitas Pengusir Roh Jepang ada hantu gentayangan yang menyusup. Banyak anggota sudah menunjukkan tanda-tanda terkontaminasi arwah gentayangan. Jangan biarkan fenomena gaib ini menyebar ke sini." Tambah Yang Jian lagi.
“Ah, seram sekali?” Mata Jiang Yan membelalak.
“Jangan deg-degan, mana ada tempat yang tidak punya beberapa peristiwa gaib? Mereka hanya kurang beruntung saja,” kata Yang Jian.
Jiang Yan berkata: “Kalau begitu saya akan segera memberi tahu Liu Xiaoyu.”
Usai bicara, dia langsung berlari keluar dengan tergesa-gesa.
“Nona Megumi, silakan ikut saya. Saya akan mengatur tempat tinggal Anda dulu, besok baru proses masuk kerja,” Zhang Liqin tersenyum sambil memberi isyarat.
“Jian-kun.”
Megumi justru menatap Yang Jian, bola matanya berkedip-kedip menunjukkan keraguan.
Yang Jian menatapnya: “Apakah kamu tidak puas dengan pengaturan ini?”
“Tidak, tidak! Tolong jangan salah paham, Jian-kun. Megumi sangat puas dengan pengaturan ini,” buru-buru Megumi menjelaskan.
“Bagus kalau begitu,” kata Yang Jian.
Megumi melanjutkan: “Hari ini bisa bertemu Jian-kun saja sudah membuat Megumi sangat bahagia. Bisa tinggal di perusahaan Jian-kun untuk membantu adalah kehormatan besar. Ke depannya harap Jian-kun banyak membimbing.”
Usai bicara, dia langsung membungkuk hormat.
“Hm.”
Yang Jian membalas singkat tanpa komentar lebih lanjut.
Tak lama kemudian.
Zhang Liqin membawa Megumi keluar dari kantor.
“Komandan, nona kecil itu menyukaimu. Lihat tadi sikapnya, ingin sekali ngekost di sini. Menurutku lebih baik kau bawa saja pulang, jadi pelayan juga tidak apa. Percaya deh dia pasti mau. Lagipula di sampingmu sudah ada Jiang Yan dan Zhang Liqin, tambah satu lagi tidak masalah,” kata Huang Ziya sambil tertawa.
Yang Jian memandanginya dengan tenang: "Seorang Pengendali Hantu tanpa emosi seharusnya tidak dikelilingi terlalu banyak orang biasa. Jiang Yan dan Zhang Liqin berbeda, mereka pernah terlibat peristiwa supranatural dan mengalami masalah psikologis. Tidak mungkin lagi hidup seperti orang biasa. Lagipula, aku butuh bantuan mengurus urusan-urusan kecil di sekitarku."
"Selain itu, jika aku butuh pelayan, aku bisa menciptakan seseorang dengan kekuatan gaib sendiri. Tak perlu merekrut orang khusus."
"Benar juga. Aku hampir lupa hal itu. Kalung hantu itu memang bisa melakukan hal tersebut."
Huang Ziya mengusap-usap pipinya: "Bicara soal ini, wajahku mulai terasa membosankan. Ingin kuganti wajah baru. Bagaimana kalau komandan meminjamkan lagi kalung hantu itu padaku?"
"Wajahmu sangat cantik, tak perlu diubah," kata Yang Jian.
"Memang cantik, tapi terlalu sempurna sampai terlihat aneh. Lagipula aku tak suka gaya seperti ini. Seharusnya wajahku lebih menggoda, pasti akan lebih populer," ujar Huang Ziya.
Yang Jian berkata: "Permintaan itu ditolak. Jangan gunakan kekuatan gaib untuk hal seperti itu. Sekarang sudah larut, waktunya pulang. Siapa yang bertugas hari ini di Gedung Shangtong?"
"Siapa lagi kalau bukan aku?"
Huang Ziya melanjutkan: "Besok giliran Wang Yong. Kitalah yang paling kerja keras, harus bekerja setiap hari."
"Bagaimana kalau bertukar shift dengan Li Yang? Lain kali aku ajak kau dinas luar?" tawar Yang Jian.
"Sudahlah. Aku ingin hidup lebih lama, tak mau mati muda," Huang Ziya buru-buru menolak.
“Dia sangat menyadari betapa berbahayanya dinas luar bersama Yang Jian, sehingga lebih memilih untuk tetap bekerja di Gedung Shangtong.”
“Bagus, kalau begitu kau tetap di sini, aku akan pulang dulu.” Yang Jian langsung pergi setelah memberi salam.
Sebelum pergi, Huang Ziya tiba-tiba bertanya: “Komandan, menurutmu berapa lama lagi kita bisa bertahan? Situasi seperti ini tidak bisa terus berlanjut. Peristiwa supranatural terus bermunculan, umur Pengendali Hantu sangat singkat. Bahkan yang sudah mengendalikan dua hantu sepertiku ini, jika tidak menggunakan kekuatan gaib dalam waktu lama, mungkin hanya bisa bertahan beberapa tahun.”
“Kalau kau lelah, kau bisa bercermin di Cermin Hantu lalu bunuh diri. Setelah berubah jadi orang biasa, kau bisa kembali hidup normal. Aku tidak akan menghalangimu.” Kata Yang Jian.
Huang Ziya menghela napas: “Sudahlah, aku hanya bertanya. Untuk saat ini, aku belum punya niat seperti itu.”
Yang Jian mengangguk, lalu meninggalkan Gedung Shangtong.
Setelah menyelesaikan urusan perusahaan, dia pulang ke rumah dan meminta Zhang Liqin serta Jiang Yan bergantian mencatat peristiwa supranatural terbaru. Barulah kesibukan seharian itu berakhir.
Beberapa hari berikutnya, Kota Dachang tetap tenang.
Seperti biasa, Yang Jian berangkat kerja di pagi hari dan pulang ke rumah di sore hari, menikmati masa santai yang langka.
Tapi dia tahu hari-hari seperti ini tidak akan bertahan lama.
Karena masih banyak potensi masalah tersembunyi dan bahaya mengerikan yang belum lenyap. Semua ini masih harus diselesaikan dan ditangani oleh Yang Jian sendiri.
Pagi hari keempat.
Seperti biasa, Yang Jian, Jiang Yan, dan Zhang Liqin bertiga mengendarai mobil menuju perusahaan.
“Aktivitasnya yang sering muncul beberapa hari ini memang perlu dilakukan. Hal ini bisa menenangkan hati orang dan memberitahu banyak orang bahwa dia masih hidup, bahkan dalam kondisi sehat. Kota Dachang aman... Lagipula, kehadiran komandan tim sendiri sudah menjadi sinyal keamanan.”
Baru saja tiba di kantor, Yang Jian justru menemukan Liu Xiaoyu sudah menunggu di sana sejak tadi.
“Ada apa?” kata Yang Jian.
Liu Xiaoyu mengangguk, lalu melirik Jiang Yan dan Zhang Liqin di belakang Yang Jian: “Kasus ini tidak pantas diberitahukan pada mereka berdua.”
“Kalian turun ke lantai bawah makan dulu. Aku mau berbicara empat mata dengan Liu Xiaoyu sebentar.” Yang Jian memberi isyarat.
“Mau kubawakan makanan?” tanya Jiang Yan.
Yang Jian berkata: “Tidak perlu. Tapi bawakan Liu Xiaoyu sejumlah sarapan.”
"Terima kasih, tidak perlu sungkan, saya sudah makan di kantin pagi tadi." Liu Xiaoyu berkata.
"Kalau begitu sudahlah." Yang Jian berkata.
Jiang Yan dan Zhang Liqin segera pergi, sebelum berangkat tidak lupa menutup pintu.
"Coba jelaskan, apa masalahnya? Jangan-jangan ada peristiwa supranatural muncul di sekitar sini?" Yang Jian bertanya.
Liu Xiaoyu berkata: "Bukan itu, untuk sementara belum ada informasi terkait hal tersebut. Yang ada adalah situasi di markas pusat."
"Jika itu urusan markas pusat, sebenarnya tidak terlalu terkait denganku. Aku hanya komandan tim secara nominal, kewenanganku sebenarnya hanya mencakup Kota Dachang, paling banter ditambah Kota Z yang menjadi tanggung jawab Tong Qian. Lagipula di sana masih ada Hotel Caesar yang perlu terus dipantau." Yang Jian menjelaskan.
"Yang Jian, saya tahu peristiwa moment terakhir itu sangat berdampak buruk padamu, tapi kau juga paham, selama kau masih mengakui markas, masih memegang gelar komandan tim, dan tetap menjadi penanggung jawab Kota Dachang, beberapa hal tak bisa kau hindari - seperti peristiwa supranatural Danau Hantu ini."
"Kau tak ingin ikut campur, tapi begitu pengaruh gaib mulai memengaruhi Kota Dachang, kau terpaksa turun tangan."
Liu Xiaoyu berkata: "Kau perlu melindungi keluargamu, teman, dan kerabat di Dachang. Kau juga membutuhkan status dan posisi sosial yang sah. Jadi ketika sesuatu terjadi, kau wajib muncul. Meski bisa menolak banyak permintaan markas, begitu menyentuh batas toleransi, kau tak boleh mengkerut."
"Aku percaya, kau pasti tak akan mundur."
"Ini tidak seperti kebiasaanmu yang langsung membawa setumpuk argumen. Tampaknya sejak Pak Qin tiada dan mayat hidup itu dicuri, hari-hari markas semakin buruk."
Yang Jian berkata: "Tapi ini sudah terprediksi. Lagipula Rencana Komandan Tim sudah diimplementasikan. Sudahlah, jangan bahas topik tidak relevan. Bicara tentang urusanmu saja."
Liu Xiaoyu memandangi Yang Jian dengan serius: "Penanggung jawab Gao Ming mati."
"Gao Ming mati?" Tatapan Yang Jian bergetar lemah. Dia segera mengingat sosok itu.
Gao Ming adalah satu dari tiga penanggung jawab kota tempat markas berada. Sebelumnya terlibat dalam kasus arwah permohonan Zhao Xiaoya, Yang Jian bahkan pernah memintanya menjaga Miao Xiaoshan yang bersekolah di luar kota.
Tak disangka, baru beberapa waktu berlalu, dia ternyata tewas.
"Bagaimana matinya? Hantu Gentayangan-nya bangkit kembali?" tanya Yang Jian.
Liu Xiaoyu berkata: "Bukan, dia dihabisi orang, kematiannya mengerikan, hantu yang dikendalikannya dibawa pergi, hanya menyisakan mayat yang rusak."
"Gao Ming selaku penanggung jawab kota diburu dan dibunuh?"
Tatapan Yang Jian menyempit tajam: "Ini benar-benar peristiwa besar. Membunuh di depan mata markas besar, korban masih penanggung jawab kota, ini benar-benar tidak kenal hukum!"
"Markas sangat serius menangani kasus ini, Wakil Menteri Cao Yanhua sangat marah, dan berusaha menggunakan momentum ini untuk mengadakan rapat komandan tim, tapi masalah buruk lainnya muncul lagi."
"Lanjutkan," kata Yang Jian.
Liu Xiaoyu melanjutkan: "Setelah kartu undangan rapat markas dikirim, lebih dari separuh komandan tim menolak dengan berbagai alasan, termasuk Li Leping dari Kota Dachuan, Wang Chaling dari Kota Dadong, He Yiner dari Kota Taiyuan, serta Shen Lin dari Kota Daxia yang belum memberi tanggapan sampai sekarang. Bahkan Cao Yang bilang ada urusan sehingga tidak bisa hadir. Jika ditambah denganmu, total enam komandan tim yang terang-terangan menolak."
"Yang merespons hanya Wei Jing dan Li Jun berdua, tapi dua orang tidak cukup untuk mengadakan rapat komandan tim."
"Hanya karena kematian Gao Ming lalu mengadakan rapat komandan tim, alasannya kurang kuat."
Yang Jian membuka mulut: "Lagipula sekarang semua orang sibuk menangani peristiwa gaib, mana sempat pergi mendadak? Beberapa hari lalu aku masih sibuk melawan hantu gentayangan di Hotel Caesar, baru istirahat beberapa hari ini."
"Rapat kali ini cukup penting, bukan hanya urusan Gao Ming, tapi juga hal-hal krusial lainnya. Kalau tidak, markas tidak akan mengerahkan sumber daya sebesar ini," jelas Liu Xiaoyu.
"Jadi aku harap kau bisa ke markas untuk memahami situasi sebenarnya."
"Dia menggunakan nada permohonan, berharap Yang Jian bisa segera bertindak duluan, sekalipun hanya mampir ke markas besar sebentar."
Yang Jian menatapnya dan berkata: "Dari tampaknya, situasi kali ini memang sangat spesial. Kalau tidak, kau tidak akan memohon seperti ini padaku."
Liu Xiaoyu memandangi Yang Jian, matanya penuh harapan, khawatir dia akan menolak.
"Aku sedang tidak sibuk beberapa hari ini. Sebenarnya berkunjung ke markas besar juga bukan tidak bisa. Tapi kau harus pahami, kalau aku benar-benar sampai di markas, Cao Yanhua pasti tidak akan melepasku begitu saja sebelum memaksaku membantu. Belum lagi ada Wang Xiaoming yang selalu bisa menawarkan kompensasi yang menggugah hatiku. Kau tahu sendiri, sejak kecil aku terbiasa miskin. Kalau ada yang menawar lebih, aku tidak bisa menahan diri." Kata Yang Jian.
Liu Xiaoyu kini sudah mendekat, hampir menempel di depan Yang Jian. Dia menekan suaranya: "Wang Xiaoming, Profesor Wang sebentar lagi meninggal. Kanker stadium akhir. Sekarang sudah terbaring di ranjang pasien dan tidak bisa bergerak."
Mendengar ini, tatapan Yang Jian tiba-tiba menyempit tajam, menunjukkan keheranan.
Meski sebelumnya sudah mendengar masalah kesehatan Wang Xiaoming, tapi tidak menyangka kondisinya memburuk secepat ini.
"Pantas saja. Ingin mengadakan rapat terakhir sebelum Wang Xiaoming mati? Lagi merencanakan apa dia?" batin Yang Jian.
Wang Xiaoming itu sangat pintar. Jangan dikira terbaring di ranjang pasien tidak bisa bergerak. Selama masih bisa berpikir, dia tetap membuat orang was-was.
“Sementara dia akan mati, saya akan mengantarnya ke perjalanan terakhir. Saya akan ke markas untuk melihat sebenarnya apa yang terjadi.” Yang Jian mengangguk menyetujui hal ini setelah merenung sejenak.
Lagipula Wang Xiaoming adalah satu-satunya orang selain dirinya yang masih hidup dan pernah melihat kertas kulit manusia.
Sekarang orang ini akan mati, pasti akan melakukan sesuatu yang luar biasa.
Di hati Yang Jian muncul rasa penasaran.
“Terima kasih, Yang Jian.” Liu Xiaoyu mengungkapkan rasa syukur.
“Tak usah berterima kasih. Saya tahu tugasmu. Kadang sulit terjepit antara markas dan saya. Tapi karena saya sudah memutuskan untuk periksa, apapun yang terjadi di markas tak ada hubungannya denganmu. Kau tetap tinggal dan bekerja seperti biasa, jangan stres.” Yang Jian menunjukkan ketidakpedulian.
“Tentu saja, kalau Cao Yanhua bisa menawar harga pantas, saya tak keberatan terus kerja sama dengannya.”
