Manusia kertas yang berdiri di jalan raya pegunungan sepi ini bukan Liu San yang sebenarnya, hanya salah satu dari banyak tubuh kertasnya.
Menghadapi manusia kertas milik Liu San, Yang Jian pun tak bisa membedakan mana yang asli mana yang palsu.
Tapi entah asli atau palsu, semua manusia kertas itu tetap berada di bawah kendali Liu San.
"Yang Jian, maaf sudah membuatmu repot datang ke sini."
Liu San di hadapannya berkata dengan nada menyesal: "Seperti yang kau lihat, ada sedikit masalah di sini. Semua manusia kertas sudah dikerahkan tapi masalah belum teratasi, malah aku sendiri yang terjebak. Kini semua manusia kertas yang tersebar di pegunungan ini kehilangan kemampuan bergerak."
Ia menunjuk kedua kakinya; "Tak bisa melangkah."
"Terkena kutukan gaib sehingga terpaku di tempat?" tanya Yang Jian.
Liu San menjelaskan: "Ini terkait pembicaraan kita sebelumnya. Masih ingat ceritaku tentang rumah jenazah di wilayahku? Itu peninggalan era Republik. Meski sudah lama ditinggalkan, penduduk sekitar masih tahu bahwa dulu ada orang tua tanpa nama yang dijuluki Penjaga Mayat."
"Rasa penasaranku muncul setelah mendengar kabar angin tentang peristiwa gaib era Republik itu, lalu aku mulai menyelidiki si Penjaga Mayat. Akhirnya kutemukan petunjuk."
“Di tengah pegunungan ini ada sebuah rumah tua berbahan kayu, ini adalah lokasi terakhir kemunculan Penjaga Mayat itu.”
Yang Jian terus menuruti perkataannya.
Liu San berkata: "Namun saat aku memasuki rumah tua itu, aku diserang oleh entitas gaib. Aku terjebak di dalamnya, bahkan boneka kertas yang dikirim sebagai bantuan juga terkena imbasnya satu per satu kehilangan mobilitas... Aku curiga rumah tua itu adalah jebakan, siapapun yang masuk akan menghadapi bahaya maut."
"Tapi rumah itu terselubung di balik pepohonan, jauh dari keramaian. Kecurigaanku ini adalah jebakan khusus untuk mereka yang mencari Penjaga Mayat. Sayangnya sekarang aku tak punya bukti karena sudah kehilangan kontak cukup lama, detail kejadian di dalam rumah itu saat ini diluar pengetahuanku."
"Jadi, dengan segala kewaspadaanmu menggunakan begitu banyak boneka kertas, tetap saja terbalik?" Yang Jian melirik sosok-sosok manusia kertas aneh yang berdiam tak bergerak di antara pepohonan.
Jelas terlihat.
Liu San memang sudah mempersiapkan banyak boneka kertas dalam jumlah cukup untuk mencari sang Penjaga Mayat.
Liu San menjelaskan: "Ini kelalaianku. Setelah beberapa boneka kertas hilang kontak saat menyelidiki rumah itu, aku nekat turun tangan sendiri. Rumah itu sangat aneh, persepsiku terhadap aura gaib justru mengganggu penilaianku sampai salah menilai situasi."
"Di mana tepatnya rumah tua itu? Wilayah hantu yang kembangkan tadi mencakup seluruh area ini, tapi tak kutemukan rumah yang kau sebutkan." Tanya Yang Jian.
“Perlu jalan yang benar untuk mencapai tempat yang benar, ini adalah wilayah gaib yang tidak bisa dipersepsi melalui wilayah hantu. Jika kau mengikuti petunjukku, kau akan melihat rumah tua itu.”
Sambil berkata, Liu San yang berdiri di jalan raya itu mengangkat tangan dan menunjuk ke arah bukit.
Yang Jian melirik ke atas sejenak, lalu langsung berangkat. Ia menaiki bukit, memasuki hutan, dan berjalan mengikuti arahan Liu San.
Hutan itu lebat dengan semak belukar, tapi semua ini tidak memberikan pengaruh apa pun padanya.
Bayangan hantu menutupi sekeliling, semua vegetasi mengalah untuknya.
Tak berjalan lama.
Di belakang sebuah pohon di sampingnya, berdiri Manusia Kertas yang mengulurkan lengannya menunjuk ke kiri.
“Kapten Yang, ke sini.” Manusia Kertas itu berbicara dengan suara Liu San.
Yang Jian mengubah arah dan melanjutkan perjalanan.
Setelah berjalan ke kiri beberapa saat, ia melihat Manusia Kertas lain berdiri di ranting pohon, kembali mengulurkan lengan penunjuk: “Sini.”
Yang Jian mengangguk, kembali mengubah arah menuju posisi yang ditunjukkan.
Jelas terlihat, Liu San sangat berhati-hati saat mendekati rumah tua itu. Ia meninggalkan Manusia Kertas di setiap jarak tertentu untuk memastikan seluruh situasi sekitar tetap terpantau.
Tak lama kemudian.
Di bawah arahan bertubi-tubi Manusia Kertas di hutan, tanpa sadar Yang Jian melangkah ke sebuah jalan ganjil.
Jalan itu terbuat dari tanah liat kuning yang masih basah. Setiap langkah meninggalkan jejak lumpur tebal yang menempel erat, tak bisa dihilangkan.
"Ini bukan tanah liat kuning normal. Di dalamnya terkandung aura gaib yang berfungsi sebagai perantara. Hanya dengan menginjak jalan tanah kuning ini kita bisa mencapai tempat yang benar. Jika tidak ada tanah kuning di bawah kaki, mustahil mencapai lokasi tersebut meski berjalan sejauh apapun."
Yang Jian menunduk melihat, di hatinya muncul renungan.
Selain itu, jalan tanah kuning semacam ini pernah dia temui sebelumnya.
Saat di Kantor Pos Hantu dulu, dia pernah naik bus gaib menuju rumah kuno untuk mengirim surat. Di belakang rumah kuno itu terdapat jalan lumpur kuning yang membentang ke kedalaman hutan, dengan beberapa makam tua misterius di ujungnya...
Mengingat pengalaman itu, Yang Jian masih merasakan trauma.
Tapi berbeda dengan bahaya mengerikan yang pernah dihadapi dulu.
Di jalan ini tidak terjadi situasi mengancam nyawa.
Sepanjang jalan tanah kuning itu, di setiap jarak tertentu berdiri Manusia Kertas milik Liu San.
"Kapten Yang, sebentar lagi sampai. Waspadalah," Manusia Kertas Liu San terus mengingatkan, meminta Yang Jian tetap siaga agar tak terjadi insiden.
Yang Jian tidak merasa cerewet dengan peringatan berulang Liu San. Dia malah mengingat baik-baik perkataan itu dan meningkatkan kewaspadaan.
Saat melanjutkan perjalanan di jalan tanah kuning, pepohonan di sekitar mulai terlihat asing dan pencahayaan semakin redup... Dalam sekejap, seluruh pemandangan sekitar berubah drastis. Bukit hijau yang subur telah berganti menjadi wilayah ganjil yang sama sekali tak dikenal.
Tak lama kemudian.
Saat Yang Jian menghentikan langkahnya, dia tiba.
“Ini adalah rumah tua berbahan kayu. Ukurannya tidak terlalu besar, hanya dua lantai, dan sudah cukup lapuk. Kayunya terlihat berwarna suram, seolah telah lama terpapar angin dan terik matahari.”
“Rumah tua seperti ini cukup umum ditemui di daerah pegunungan. Banyak bangunan serupa masih bertahan di pelosok terpencil, bahkan ada yang masih ditinggali.”
“Yang Jian.”
Di depan pintu rumah tua itu masih terdapat boneka kertas Liu San. Boneka itu berdiri kaku tanpa bergerak, tidak memasuki rumah sehingga tetap terkoneksi.
“Cuma rumah kayu tua begini bisa mengurungmu?” Yang Jian mengerutkan kening. Mata hantunya berusaha menembus pandang semua yang ada di hadapannya.
Tak perlu diragukan lagi.
Di dalam rumah kayu tua itu memang terdapat kekuatan gaib yang mengganggu, menghalangi penglihatan mata hantunya.
“Menurutku seharusnya tidak ada masalah dengan diriku di dalam. Tapi untuk menyelesaikan situasi ini tetap butuh waktu. Jadi rapat markas bukan karena aku sengaja mangkir, tapi benar-benar tidak bisa meluangkan waktu.” Liu San menghela napas.
“Aku menduga Penjaga Mayat itu kemungkinan besar sudah tewas di rumah tua ini, dan arwah gentayangannya telah bangkit. Diriku di dalam mungkin sedang bertarung dengan hantu itu.”
Yang Jian berkata: “Tak ada waktu untuk berlama-lama. Aku akan masuk dan membawamu keluar. Masalah gaib di sini bisa kau selesaikan nanti.”
“Cukup sudah. Terima kasih.” Sahut boneka kertas di depan pintu.
Tanpa basa-basi, genangan air mulai muncul di bawah kaki Yang Jian. Genangan itu membesar perlahan, berubah seperti jurang tak berdasar.
Sesaat kemudian.
Percikan air bergolak.
Sebuah tombak retak berwarna keemasan dilontarkan ke atas.
"Yang Jian meraih dengan kasar, membuka Mata Hantu-nya, lalu bergegas memasuki rumah kuno ini."
Begitu masuk.
Cahaya di sekitarnya seolah-olah lenyap total, kegelapan pekat bagai air pasang mengalir dari segala penjuru. Udara dipenuhi bau busuk dan kelembapan, sementara suara-suara aneh terdengar samar dari dalam rumah.
Aura gaib memenuhi setiap sudut ruangan di sini.
Meski Wilayah Hantu Yang Jian tak bisa mempengaruhi tempat ini, Mata Hantu-nya tetap mampu menembus kegelapan tebal, menangkap segala detail di sekelilingnya dengan jelas.
"Tata letak rumah tidak mengalami perubahan."
Ia melirik ke kiri dan kanan.
Desain bagian luar dan dalam rumah tetap konsisten, tidak berubah meski ada campur tangan kekuatan gaib.
Namun Liu San ternyata tidak berada di aula utama, ruangan ini sunyi sepi tanpa tanda-tanda kehidupan.
Yang Jian memeriksa ruangan sebelah kiri yang dipenuhi kayu bakar tak berguna dan alat pertanian usang, tidak ada yang lain.
Ia mengerutkan alis, lalu beralih ke ruangan kanan.
Di sana terdapat ranjang dengan alas tidur yang sudah berjamur, ditumbuhi lumut tebal dan menunjukkan tanda-tanda pembusukan kehitaman.
"Tidak ada masalah juga di sini."
Setelah observasi seksama, tidak ditemukan keanehan apapun.
Dengan langkah pasti, Yang Jian menuju area belakang aula utama.
Di belakang ternyata terdapat dapur.
Ruangan ini juga sudah lama ditinggalkan, namun di samping tungku terlihat tangga kayu yang membentuk jalur menuju lantai dua.
"Jadi Liu San ada di lantai dua?"
Yang Jian mendengarkan, memang ada beberapa gerakan di lantai dua, hanya saja dia tidak bisa membedakan suara apa itu.
Seperti ada orang berjalan, atau seseorang yang mengetuk lantai, tapi suara ini tidak beraturan dan tidak berirama.
Dia ragu sejenak.
Yang Jian tidak naik menggunakan tangga, dia khawatir akan diserang hantu gentayangan jika melakukannya.
Dengan bayangan hantunya yang menyelimuti, seluruh tubuhnya berjalan di dinding dengan cara yang tak terduga.
Tak lama kemudian.
Dia tiba di lantai dua.
Tempat ini sangat kosong, hanya ada beberapa barang tidak penting, dan di tengah lantai dua ternyata terdapat sebuah peti mati hitam.
Model peti mati ini terasa familiar, pernah dia lihat sebelumnya di Desa Huanggang, rumah kuno, dan Kota Taiping... Tapi peti mati ini bukan merah, melainkan hitam.
Peti mati hitam melambangkan bahaya, sementara peti mati merah yang melambangkan keamanan.
Karena peti mati hitam yang pernah ditemui sebelumnya berisi Guicha atau hantu gentayangan dari Danau Hantu, begitu mengerikan sampai membuat orang merinding.
"Masih belum melihat hantu, juga tidak melihat Liu San. Satu-satunya kemungkinan adalah hantu ada di dalam peti mati... Liu San juga di dalam peti mati." Yang Jian mendekati peti mati itu, meletakkan tangannya di peti mati hitam tersebut.
Hawa dingin menyebar melalui lengannya, membuat tubuhnya yang sudah mati ini pun merasakan kedinginan.
"Benar-benar merepotkan, di sini bukanlah rumah kuno, melainkan sebuah yinzhai (rumah arwah). Liu San benar-benar jago mencari tempat, bagaimana mungkin lokasi serumit ini bisa dia temukan? Yinzhai yang diletakkan di sini jelas-jelas tidak ingin ditemukan orang," Yang Jian berbisik dalam hati.
