"Yang Jian yang meninggalkan Kota Dadong berjalan sendirian di jalan sebuah kota kabupaten kecil."
"Dia melihat-lihat jam."
"Sekarang sudah jam sepuluh tiga puluh lima."
"Mengingat arsip komandan tim di markas, seharusnya masih ada satu komandan terakhir yang belum dihubunginya."
"Itu adalah komandan tim yang belum pernah ditemui sebelumnya, namanya Zhang Jun."
"Menurut keterangan dokumen, komandan ini selalu aktif di luar negeri, tapi baru-baru ini kembali ke dalam negeri. Tentang aktivitasnya di luar negeri, tidak ada penjelasan jelas dalam dokumen."
"'Apakah ini komandan yang khusus berhubungan dengan luar negeri? Tapi saat ini kota yang menjadi tanggung jawabnya adalah... Kota Dayun.'"
"Tatapan Yang Jian bergetar lemah, melirik ke arah barat."
"'Tapi sebelum pergi, lebih baik menelepon dulu untuk memastikan.'"
"Yang Jian mengambil ponselnya, bersiap menghubungi nomor Zhang Jun."
"Tapi saat ini tiba-tiba ada telepon masuk, tanpa nomor penanda maupun identifikasi pemanggil."
"'Ini telepon dari markas.'"
"Setelah berpikir sejenak, Yang Jian akhirnya mengangkatnya."
"Suara Cao Yanhua terdengar di seberang garis, sepertinya sedang dalam mood yang baik: 'Yang Jian, maaf mengganggumu tiba-tiba, tapi ada sesuatu yang harus kusampaikan sekarang.'"
"'Langsung saja bicara.'" Yang Jian bertanya.
"'Baru saja kami menerima konfirmasi dari beberapa komandan tim. Mereka semua menyatakan akan menghadiri rapat di markas besok. Semua ini berkat kau, tanpa dirimu rapat ini tidak akan mudah diselenggarakan. Benar-benar terima kasih banyak!'" Suara Cao Yanhua dipenuhi sukacita.
"Sepertinya sudah lama dia tidak mengalami hal menyenangkan seperti ini."
“Jangan buang-buang waktu dengan basa-basi, pulsa habis percuma. Langsung saja bilang apa tujuanmu menelepon saya.” Yang Jian berkata.
Cao Yanhua menjawab: “Ini tentang masalah Zhang Jun. Karena beberapa urusan khusus, dia harus ke luar negeri dan sementara tidak bisa menghadiri rapat komandan tim. Jadi keikutsertaannya dalam rapat kali ini secara diam-diam diizinkan untuk absen.”
“Seharusnya kau beri tahu ini lebih awal, bukan menunggu sampai saya selesai menemui Wang Chaling dan tinggal dia satu-satunya yang tersisa.” Sahut Yang Jian.
“Maaf, saya juga baru menerima informasi ini, jadi langsung saya laporkan padamu.” Cao Yanhua meminta maaf.
Yang Jian bertanya: “Kalau rapat komandan tim sudah mengecualikannya, berarti daftar peserta kali ini sudah lengkap?”
“Benar. Komandan tim yang tidak bisa dihubungi akan digantikan oleh komandan pengganti.”
Cao Yanhua menjelaskan: “Hal ini juga akan diputuskan dalam rapat komandan tim. Nantinya akan banyak komandan pengganti yang ikut serta.”
“Sudah. Daftar peserta sudah ditetapkan, rapat bisa diadakan dengan mulus. Urusan saya kali ini selesai juga.”
Yang Jian berkata tegas: “Wang Xiaoming belum mati kan? Saya harus menemuinya.”
“Sudah larut sekali, Profesor Wang pasti sudah istirahat. Besok akan saya atur kalian berdua bertemu.” Cao Yanhua tetap sopan.
“Baik. Saya tunggu dia semalaman.” Jawab Yang Jian singkat.
Cao Yanhua menambahkan: “Saya merepotkanmu dengan urusan ini. Hari ini sudah sangat larut, silakan beristirahat dulu. Besok masih ada hal penting yang perlu didiskusikan, mungkin harus merepotkanmu lagi.”
“Dari dulu saya tahu jabatan komandan penegak hukum ini bukan posisi enak. Markas besar numpuk kerjaan tak terurus, akhirnya saya yang disuruh maju.” Gerutu Yang Jian.
Cao Yanhua berkata: "Situasi memaksa, harap kau bisa memahami. Tapi kali ini saya sudah menyerahkan semua aset keluarga pada dirimu, cukup menunjukkan kesungguhan markas."
"Sayangnya mayat hidup kelaparan hilang, sampai sekarang kalian belum menemukan informasi apapun." Yang Jian berkata: "Seandainya tidak, di tanganku bisa ada paku peti mati kedua."
"Sebenarnya kasus ini terus diselidiki. Saat ini bisa dipastikan, mayat hidup kelaparan BUKAN dicuri orang luar, melainkan Pengendali Hantu markas yang mencurinya. Selain itu, status pelakunya sangat mungkin seorang komandan tim, mengingat tidak banyak orang yang memiliki Wilayah Hantu dan berani mencuri mayat hidup kelaparan."
Cao Yanhua menekan suaranya.
"Sebelumnya fokus kecurigaan adalah Liu San, Shen Lin, dan dirimu. Tapi sekarang, kecurigaan pada Shen Lin dan dirimu sudah dihapus. Kecurigaan terbesar jatuh pada Liu San."
Yang Jian berkata: "Cuma kecurigaan tanpa bukti sama dengan omong kosong. Bagaimana jika kecurigaanmu salah? Bukannya malah memicu adu domba antar komandan tim?"
"Makanya kasus ini sengaja tidak diungkap, hanya diselidiki diam-diam."
Cao Yanhua berkata: "Tapi pelaku tidak meninggalkan petunjuk apapun. Peristiwa Mayat Hidup Kelaparan juga tidak terulang lagi. Lingkaran gaib pun tidak ada kabar tentang paku peti mati itu... Jika terus begini, kasus ini tidak akan pernah tuntas."
Yang Jian diam. Ia juga mengakui kebenaran ucapan Cao Yanhua ini.
Jika tidak ada petunjuk baru yang muncul, memang tidak ada cara untuk melanjutkan penyelidikan.
"Ngomong-ngomong soal paku peti mati, Zhang Jun dari pihak lain membawa pulang informasi penting. Katanya paku peti mati ketiga muncul di luar negeri. Informasinya sudah terbukti, tapi tidak ada dokumen spesifik." Cao Yanhua menambahkan.
“Oh, ada hal seperti ini juga.” Tatapan Yang Jian menyempit tajam.
Apakah paku peti mati ketiga muncul di luar negeri?
Informasi ini memang sangat penting.
Sejak Peristiwa Mayat Hidup Kelaparan berakhir, keberadaan paku peti mati terus beredar di lingkaran gaib. Paku peti mati di tangannya selalu menjadi incaran banyak orang. Terakhir kali karena hal ini bahkan mengundang anggota kelompok Jam Bandul.
“Bagaimana kau bisa memastikan itu paku ketiga, bukan paku di kepala mayat hidup kelaparan?” tanya Yang Jian.
Cao Yanhua menjelaskan, “Ketika Zhang Jun menyelidiki, ditemukan bahwa paku itu pertama kali digunakan sebulan setelah Peristiwa Mayat Hidup berakhir. Lokasi penemuannya di sebuah gereja di Amerika. Saat itu mayat hidup masih disimpan di markas, jadi pasti bukan paku yang sama.”
“Ternyata begitu. Sekarang paku ketiga ada di tangan siapa?” tanya Yang Jian.
“Tidak jelas. Ini harus ditanyakan ke Zhang Jun. Dia lebih paham urusan luar negeri. Dari arah penyelidikannya, kemungkinan besar terkait Kelompok Raja. Nama organisasi ini pasti sudah kau dengar. Lebih tepat disebut aliansi negara-negara luar yang mengumpulkan Pengendali Hantu kelas satu dan termasyhur. Dukungan dari berbagai negara dan konglomerat membuat mereka sekarang menjadi entitas yang luar biasa besar.”
“Tujuan awalnya memang untuk bersatu menangani peristiwa gaib, tapi sekarang... belum tentu.”
Cao Yanhua melanjutkan pembahasan perubahan situasi di luar negeri.
Setelah berbicara beberapa patah kata, ia mengalihkan topik: "Jika di luar negeri ada barang-barang gaib yang sangat kuat, pasti sudah jatuh ke tangan Organisasi Raja. Aku merasa kelompok ini berpotensi menjadi ancaman laten, makanya aku mengadakan Rapat Komandan Tim dan menetapkan Komandan Penegak Hukum untuk mempersatukan Pengendali Hantu termasyhur dalam negeri, mencegah organisasi ini mengulurkan tangan ke wilayah kita di kemudian hari."
"Aku tidak tertarik dengan situasi luar negeri. Sekarang peristiwa gaib sering terjadi, bisa bertahan hidup saja sudah syukur. Urusan organisasi tidak ada hubungannya denganku. Kalau mereka berani menggangguku, aku tidak segan membantai mereka. Sekarang yang menarik perhatianku adalah paku peti mati ketiga. Jika Zhang Xun kembali, aku akan menemui dan menanyakan di tangan orang asing mana benda ini berada."
"Jika sudah dipastikan, aku akan merebutnya kembali."
Yang Jian menjawab blak-blakan. Saat ini, ia sangat ingin menjadi perampok yang merampas paku peti mati ketiga dari tangan orang lain.
Sayangnya, tanpa petunjuk akurat, ia hanya bisa melotot tak berdaya.
"Kau memang tidak pernah sungkan bicara terus terang."
Cao Yanhua tidak merasa ada yang salah dengan pola pikir perampok seperti Yang Jian.
Memegang paku peti mati di tangan Pengendali Hantu kubu mereka tentu akan membantu situasi.
Dalam kondisi situasi yang memburuk parah ini, semua orang sibuk menyelamatkan diri sendiri, mana ada waktu untuk peduli orang lain.
"Baiklah, kalau tidak ada urusan lain aku tutup telepon. Masih sempat tidur sebentar sebelum kembali." Kata Yang Jian.
"Istirahatlah yang cukup. Hubungi aku jika ada keperluan." Jawab Cao Yanhua.
Yang Jian mengangguk singkat sebelum menutup panggilan.
"Sementara situasi sudah berakhir, dia pun tak berniat pergi ke Kota Dayun. Lebih baik langsung pulang ke Kota Dachang untuk tidur."
"Lagipula dalam tidurnya dia bisa mengajak anjing jalan-jalan, jadi tidak terlalu membosankan."
Tak lama kemudian, noda air mulai merembes perlahan dari bawah kakinya. Genangan air itu semakin banyak berkumpul, dan segera membentuk sebuah kubangan.
Tubuh Yang Jian perlahan turun, mulai masuk ke dalam kubangan air.
Tak lama, dia menghilang.
Ketika muncul kembali, ternyata sudah berada di kolam renang vila Kompleks Perumahan Guanjiang, Kota Dachang.
Di dalam kolam terendam berbagai macam barang.
Ada tombak retak, Boneka Pengganti Nyawa, tali jerami, Lilin Hantu... dan serangkaian benda gaib lainnya, semua disiapkan untuk memudahkan pengambilannya kapan saja.
"Besok kira-kira rapat komandan tim bisa diadakan. Tapi yang lebih mengganjal di hati adalah rahasia kertas kulit manusia yang disebut Wang Xiaoming itu sebenarnya apa." Dengan ekspresi berpikir, Yang Jian kembali ke ruangannya.
Jilid 4: Menyandang Tubuh Hantu Jahat, Melakukan Perbuatan Buddha
