Kemunculan Yang Jian sekaligus terduga dan tak terduga.
Banyak yang tahu sebagai Komandan Penegak Hukum dia pasti muncul, tapi tak menyangka dengan cara se-tegas ini. Kekuatan gaib yang ditunjukkannya melebihi perkiraan semua.
Menurut intel kebanyakan orang, kelebihan Yang Jian hanya mata hantunya. Setelah dapat paku peti mati, dia cuma mengandalkannya untuk urusan gaib.
Kemampuan lain jarang diperlihatkan.
Tapi manusia bisa berkembang.
Perkembangan Yang Jian pesat. Kini tak ada yang tahu berapa kekuatan gaib yang dikuasainya. Yang pasti, dia tak pernah kalah melawan siapapun di lingkaran gaib, bahkan Ye Zhen dari forum gaib pun dipakunya sampai jadi lukisan terkenal dunia.
"Yang Jian."
He Yiner mengerlingkan bola mata pucatnya ke arahnya.
"Kau ikut campur? Ini permusuhan pribadi. Sekalipun kau komandan penegak hukum, takkan halangi aku membalaskan dendam kakek!"
“Membalaskan dendam? Untuk orang tua di kuil leluhur Kota Taiping itu? Orang itu pantas mati, berani menyerang komandan tim saat kami menangani peristiwa Danau Hantu. Bahkan jika Liu San tidak membunuhnya, saya pun ingin menghabisinya. Dan sebelumnya saat mengundangmu ke markas, saya sudah memperingatkan: jangan mencoba membangun kembali Kota Taiping.” kata Yang Jian dengan nada dingin.
“Jika hari ini kau memutuskan membalas dendam pada Liu San, maka saya terpaksa menghabisimu di sini, lalu meminta markas memilih komandan tim baru. Dengan begitu dua masalah sekaligus terselesaikan.”
Li Jun segera menyela, “Yang Jian, kita harus mendamaikan, bukan memihak. Masalah ini harus diselesaikan dengan cara yang lebih lunak.”
“Li Jun, setiap orang punya cara sendiri dalam menangani masalah. Cara saya sederhana: hilangkan orang-orang bermasalah. Di dunia ini banyak Pengendali Hantu, kehilangan beberapa orang pun tak masalah. Jangan sampai keberadaan segelintir orang mempengaruhi semua pihak.”
Yang Jian kembali menatap tajam: “He Yiner, bagaimana pendapatmu?”
“Saya rasa Anda sengaja menargetkan saya. Tapi tak apa, melawan dua orang sekaligus pun saya sanggup.” jawab He Yiner.
Sosok tua yang duduk di kursi goyang sambil memutar-mutar kenari di sampingnya semakin jelas wujudnya. Kini dia telah berdiri dari kursi, bagai hantu jahat yang bangkit dan siap membunuh.
Namun He Yiner tak yakin arwah yang dipanggilnya bisa menghalangi Yang Jian dan Liu San. Dia mengusap-usap tali pergelangan tangan yang terbuat dari saputangan tua yang ditenun - meski bukan barang gaib, ini adalah peninggalan terakhir sesepuh lain dari Kota Taiping.
"Kalau pemanggilan arwah satu tidak berhasil, maka dua."
"Sangat percaya diri, kau pikir untuk menghadapimu aku perlu bekerja sama dengan Liu San? Jika memang perlu kerja sama, mengapa markas besar menunjukku sebagai Komandan Penegak Hukum ini?"
Tatapan Yang Jian bergetar lemah, sesaat kemudian sosoknya perlahan menghilang.
"Ini dia."
He Yiner langsung merasakan bulu kuduknya berdiri, bahaya besar mendekat, namun di saat ini pandangannya tiba-tiba buram. Sekelilingnya tak lagi terlihat apapun kecuali warna merah darah.
Tubuhnya tiba-tiba menjadi kaku, sulit bergerak.
Seolah waktu terhenti.
Tapi penghentian ini hanya sesaat. Baju di tubuhnya yang terpatri ribuan hantu gentayangan mengerikan mengembang ringan. Kekakuan di tubuhnya lenyap seketika, kondisi fisiknya langsung pulih.
Seluruh proses mungkin hanya sekitar satu dua detik.
Namun sesaat kemudian.
Bola mata He Yiner tiba-tiba menyipit. Ia melihat sebilah golok berkarat telah menempel di bahunya. Meski belum menyentuh kulit, hawa dingin menyeramkan dari golok itu membuat jantungnya berdebar. Seolah dengan gerakan beberapa senti saja, kepalanya akan terpenggal mudah.
"Mengapa tidak menghalanginya..." gumamnya dalam hati dengan ngeri.
Tapi saat ia memutar pandangan, mayat orang tua yang baru saja dipanggilnya sudah terkoyak menjadi dua. Sosok yang semakin jelas tadi kembali buram, lalu diterbangkan angin bagai asap putih yang menghilang total.
"Bukan tidak mencoba menghentikan Yang Jian, melainkan gagal menghentikannya."
"Pedangku ini bisa dengan mudah memenggal kepalamu. Meski kau punya strategi, aku bisa membuat semua trikmu tak berguna. Masih percaya diri melawan dua orang sekarang?"
Yang Jian muncul di sampingnya, suara dinginnya menggema di telinga.
Ekspresi He Yiner berubah-ubah. Di dalam hati, dia harus mengakui serangan Yang Jian benar-benar tak tertahankan.
Karena terlalu cepat.
Begitu cepat sampai dia tak sempat memanggil arwah sebelum kepalanya dipenggal, kecuali mempersiapkan ritual pemanggilan arwah jauh-jauh hari.
Tapi ritual pemanggilan arwah ada batas waktunya. Jika dipersiapkan lebih awal tapi lawan menghindari konfrontasi sampai waktu ritual habis, itu sama saja dengan menyia-nyiakan satu kesempatan.
Dia punya segudang kemampuan untuk memanggil ribuan arwah mengerikan, tapi tak satu pun bisa digunakan melawan Yang Jian.
"Diam saja? Sepertinya kau sudah menyadari realita. Bagus. Kesempatan hanya kuberi sekali. Lain kali aku tak akan ragu langsung memenggal kepalamu. Tak peduli konflik antara dirimu dan Liu San, selama aku masih ada, kau harus mengendalikan diri."
"Tentu saja, jika merasa tak terima, tantang aku kapan saja. Asal bisa menjatuhkanku, kau bisa berbuat semaumu setelahnya. Apa kau dengar jelas perkataanku?" kata Yang Jian.
Wajah He Yiner suram. Bibirnya terkunci rapat.
"Jawab!" bentak Yang Jian dingin.
"Aku mengerti."
He Yiner menarik napas dalam-dalam, menahan amarah yang berkecamuk di hatinya sambil mengangguk patuh.
"Situasi lebih kuat daripada manusia, dia tidak bisa mengalahkan Yang Jian, terpaksa menyerah, tidak ada yang perlu diperdebatkan."
"Kalau saat ini masih membangkang, dia sama sekali tidak meragukan bahwa Yang Jian benar-benar akan bertindak keras dan membunuhnya."
"Dia adalah Sang Pemanggil Arwah terakhir, harapan rekonstruksi Kota Taiping, sama sekali tidak boleh mati di tengah jalan."
"Baik."
Yang Jian perlahan menyimpan tombak retak di tangannya, sementara bayangan anjing jahat di danau di samping He Yiner juga mundur kembali.
"Barusan ada anjing jahat lain yang ikut menyerang juga?"
He Yiner masih trauma melihat permukaan air, baru menyadari bahaya bukan hanya tombak yang menempel di lehernya, tapi juga bayangan anjing jahat di dalam air.
Liu San menampakkan senyum di sudut bibirnya melihat He Yiner kewalahan.
Wajar saja jika Yang Jian membantuku. He Yiner tidak memahami situasi, nekat membalas dendam karena permusuhan pribadi, pasti tidak akan diizinkan. Meski kakeknya kubunuh sendiri, tapi lihatlah apa yang dilakukan orang tua itu dulu - bukan hanya menyerangku, tapi juga menyerang Yang Jian.
"Saat itu Yang Jian bahkan lebih ingin menghabisi orang tua itu daripada aku."
"Liu San, jangan cuma mencemooh di sana. Urusan Kota Taiping yang lalu sudah selesai. He Yiner memang salah mencari masalah, tapi kau juga cepat sekali merespon. Apa ada permusuhan antara kalian berdua?"
Yang Jian kemudian menatap Liu San sambil berkata.
Liu San tertawa sambil berkata: "Aku juga terpaksa, dia seorang wanita yang menantangku bertarung. Jika aku tidak setuju, betapa tidak menghargai posisinya. Lagipula dia bersikap seperti ingin bermusuhan selamanya, akhirnya kuputuskan untuk menyelesaikan masalah ini sekaligus."
"Jika kau membunuh seorang komandan tim, aku juga akan menyelesaikanmu. Aku akan membuatnya mencegah balas dendammu. Jika ada kasus serupa di masa depan, kau bisa meneleponku," kata Yang Jian dengan suara dingin.
"Bagus kalau begitu. Dengan janjimu ini, aku jadi lega. Aku jamin kami akan hidup damai," Liu San segera menyetujui.
Yang Jian berkata: "Baik, masalah ini berakhir di sini. Rapat siang ini akan berjalan normal. He Yiner, tidak ada masalah kan?"
"Tidak ada masalah," jawab He Yiner dengan wajah suram.
Tanpa kata-kata lebih lanjut, Yang Jian berbalik badan dan pergi.
Seiring kepergiannya, genangan air di lantai mulai surut drastis. Langit merah darah yang menyelimuti juga segera memudar, kembali ke rupa awan putih di langit biru. Semua fenomena gaib menghilang dengan kecepatan luar biasa, hingga akhirnya segala sesuatu pulih seperti semula.
Sekeliling tak ada yang berubah, seolah kejadian tadi hanyalah halusinasi.
"Sudah aman, tidak akan ada pertarungan," kata Li Jun sambil menghela napas lega.
Tak disangka Yang Jian menghentikan perselisihan ini dengan strategi sekeras itu, sangat sesuai dengan gaya khasnya.
"Komandan tim pun ada tingkatannya," ujar Cao Yang dengan senyum getir di sudut bibir.
Dia tahu Yang Jian lebih kuat dari beberapa komandan tim, tapi tak menyangka jarak kemampuannya sebesar ini.
"Jika benar-benar bertindak keras, sepertinya Yang Jian bisa menghabisi seorang komandan tim hanya dalam satu kali serangan."
