Setelah terbebas dari dunia mimpi, Yang Jian memutuskan tidak kembali ke Kantor Pos Hantu atau Kota Dachang. Alih-alih, ia menuju tempat khusus yang teringat dalam memorinya.
Tempat itu tidak hanya terkait dengan Chen Qiaoyang, tapi juga memiliki hubungan dengan Zhang Xianguang.
Para Pengendali Hantu generasi sebelumnya ini ternyata terhubung dengan lokasi yang sama. Yang Jian merasa perlu menyelidikinya.
Tak lama kemudian,
Yang Jian tiba di Kota Zhongjiang yang berjarak tak jauh dari Kota Dahan. Kota ini tidak begitu mencolok, sangat biasa - bahkan arsip markas besar tidak menyebutkannya. Sebab di sini tak ada penanggung jawab wilayah maupun peristiwa supranatural, sehingga banyak orang secara refleks mengabaikannya.
Tapi di sebuah jalan di kawasan tua Kota Zhongjiang, terdapat sebuah apotek herbal. Apotek ini sudah berdiri sangat lama, seolah sudah ada sejak hari pertama jalan ini muncul. Keberadaannya menjadi kenangan masa kecil bagi banyak warga lanjut usia.
Seakan-akan jika apotek herbal ini hilang dari jalanan, segalanya akan kehilangan makna.
Saat ini.
Di mulut jalan, terlihat seorang pemuda dengan wajah pucat, aura menyeramkan, dan tatapan tajam yang tiba-tiba berdiri di sana. Kehadirannya terasa tak selaras dengan lingkungan sekitar, namun sama sekali tidak menarik perhatian warga yang lalu lalang, seolah diabaikan secara refleks.
"Ini tempatnya. Sebuah apotek herbal biasa, tapi bisa menyembuhkan penyakit dari kebangkitan supranatural. Bahkan Pengendali Hantu dari lantai lima Kantor Pos Hantu pun punya hubungan dengan tempat ini." Tatapan Yang Jian bergetar lemah saat matanya menyusuri jalanan.
Jalanan tua yang berlawanan dengan gedung-gedung pencakar langit modern di sekitarnya. Batu bata hijau yang sudah licin dimakan waktu menjadi saksi perkembangan kota ini.
Apotek herbal kuno itu berdiri di lokasi terbaik tepat di tengah jalan.
Semuanya terlihat usang, kecuali papan nama apotek yang masih baru, seolah baru diganti belum lama ini.
"Tampaknya tempat ini segera direlokasi." Yang Jian melirik sekeliling.
Kawasan tua di sekitarnya sudah banyak yang dibongkar. Dengan progres seperti ini, dalam lima tahun terakhir kawasan tua terakhir ini pun akan dihancurkan. Jalanan ini akan ikut menghilang dalam perubahan kota, mengubur semua kebenaran dan kisah yang tersembunyi.
Ini adalah kekuatan masa, tren besar yang tak mungkin dihalangi.
Kedatangan Yang Jian agak terlambat, tapi tidak terlalu parah, apotek herbal keluarga ini masih bertahan, belum menghilang.
Menginjak batu pualam hijau yang dingin, dia memasuki jalan tua ini.
Meski jalan tua ini telah mengalami beberapa kali renovasi dan perbaikan, semua orang tahu umurnya sudah habis, sekarang hanya memancarkan cahaya terakhir.
Sebagian besar di kedua sisi jalan adalah kedai makanan tradisional tua, dengan beberapa kedai teh susu yang terlihat tak selaras.
Pejalan kaki di jalan tidak banyak, kebanyakan hanya orang tua yang tinggal di sekitar yang sesekali lewat.
Para orang tua ini sudah tinggal di sini sejak kecil, bahkan saat tak ada urusan pun mereka tetap berkunjung ke jalan ini.
Meski jarang ada yang berbelanja di apotek herbal, orang-orang tetap meliriknya saat lewat.
Hanya saja apotek herbal ini terasa dingin, redup, tanpa penerangan, hanya mengandalkan cahaya siang. Sekarang sore hari, sinar matahari kurang sehingga kesan seramnya semakin kuat. Bahkan anak-anak yang bermain di sekitar pun refleks menghindari tempat ini.
Orang seperti Yang Jian yang terbiasa berurusan dengan hal gaib langsung menyadari aura supranatural di apotek ini.
Orang biasa tidak tahu, hanya merasa toko obat ini gelap dan menyeramkan.
Sebenarnya ini pengaruh kekuatan gaib.
Yang Jian berdiri di pintu apotek herbal sambil mengintip ke dalam. Sebuah kekuatan tak kasat mata menghalanginya, membuatnya tak bisa melihat semua isi ruangan dengan jelas, hanya menangkap lekuk-lekuk samar.
“Tidak ingin diinvestigasi? Tapi aku tidak akan menuruti tempat ini.”
Tatapan Yang Jian dingin, mata hantunya tanpa ragu terbuka lebar.
Seketika.
Apotek herbal yang redup langsung diterangi sinar, semua kegelapan lenyap. Beberapa lentera minyak dan lilin di dalam toko menyala serempak, namun yang berkobar bukan api biasa melainkan api hantu kehijauan.
“Pelankan semangatmu, pemuda. Jangan sampai membakar apotekku.”
Saat itu, suara terdengar dari belakang apotek. Seorang pria tua berpenampilan dokter tradisional muncul perlahan sambil bersandar pada tongkat.
Di samping pria tua itu berdiri wanita berusia sekitar 30 tahun dengan tubuh molek dan pesona memikat. Namun kulitnya pucat akibat jarang terpapar sinar matahari, membawa aura dingin yang menggelisahkan.
Yang Jian mengamati pria tua itu. Kacamata hitam menutupi matanya yang buta, bintik-bintik usia menghiasi wajahnya, tubuhnya kurus kering. Seluruh sosoknya memancarkan aura kematian, bahkan tercium bau mayat membusuk yang nyaris tertutupi aroma kuat obat herbal - hanya orang yang sangat teliti bisa menciumnya.
“Dengan kondisi tubuh seperti ini, sungguh luar biasa kau masih hidup. Secara logika seharusnya kau sudah lama dikubur.”
“Mata ini tak melihat secercah cahaya. Mati pun tak tenang, terpaksa bertahan dengan memaksakan diri,” jawab pria tua itu perlahan.
"Nama saya Yang Jian, Komandan Penegak Hukum markas pusat, penanggung jawab Kota Dachang. Alasan saya datang hari ini karena telah mencuri memori beberapa Pengendali Hantu pemberontak, sehingga mengetahui keberadaan tempat ini. Tapi di sini ada perlindungan gaib yang melarang penyelidikan, makanya saya datang sendiri."
Yang Jian membuka percakapan sambil menjelaskan identitas dan maksud kedatangannya.
"Komandan Penegak Hukum? Reputasinya besar sekali. Ini mau pamer kekuasaan atau menuntut penjelasan?"
Di sebelah, wanita matang berusia sekitar 30 tahun itu tersenyum kecut, mengandung nada mengejek.
Tatapan Yang Jian membeku, menatapnya tajam: "Kau harus pahami, hari ini saya datang sendirian. Kalau benar-benar mau menuntut penjelasan, tak mungkin saya datang seorang diri. Lagipula kau ini siapa? Ini tempat pantas untukmu bicara? Kalau di luar, orang setengah manusia setengah hantu yang mati tanpa kejelasan seperti ini, sudah saya injak-injak sejak tadi."
"Orang-orang yang datang minta obat sebelumnya semua sopan dan rendah hati. Kau yang paling arogan, benar-benar menjengkelkan." Wanita itu mengerutkan alisnya.
Yang Jian mengabaikannya, memandang si tua: "Kalau kau mati, dia pun tak akan lama. Pantas saja kau memaksakan diri. Orang yang tak tahu diri seperti ini pasti segera dibunuh."
Sudut bibir si tua berkedut seolah tertawa, tapi tanpa suara. Kulit berkerut di wajah tuanya meregang, terlihat sangat seram dan ganjil.
"Temperamennya keras, keahliannya juga mumpuni. Kau memang luar biasa." Setelah tertawa tanpa suara beberapa saat, dia memberi penilaian pada Yang Jian.
"Wanita dewasa di sebelah itu mendadak ekspresi wajahnya berubah samar, menatap Yang Jian dengan penuh kecurigaan."
"Dia benar, Xiao Ru. Jangan lihat usianya yang muda. Dia yang terhebat dalam beberapa tahun terakhir yang berani masuk ke toko obat ini. Gelar Komandan Penegak Hukum memang pantas disandangnya. Jika tak ada aral, dialah yang akan berkuasa di era ini. Kau harus lebih sopan. Pergilah buatkan teh hangat."
Orang tua itu kemudian melambaikan tangan, memberi isyarat pada wanita itu.
Wanita bernama Xiao Ru ini seketika wajahnya berubah. Ia menatap dalam-dalam ke arah Yang Jian, pandangannya tertahan sebentar pada mata keemasan di dahinya, lalu mengangguk patuh sebelum berbalik pergi.
"Silakan duduk." Sang kakek kemudian duduk di kursinya, memberi isyarat pada Yang Jian.
Kursi kayu beratap berwarna hitam itu memiliki sandaran tangan yang mengilap bak dilapisi patina alami.
Yang Jian mengamati kursi itu: "Aku pernah melihat kursi serupa di sebuah rumah kuno. Posisinya persis di situ. Tapi waktu itu yang duduk bukan manusia, melainkan mayat tua. Akhirnya kubantu memakamkannya."
"Begitukah? Kalau begitu harus kucapkan terima kasih, sudah mau mengurus pemakamannya." Kakek itu menghela napas.
"Ternyata kau memang mengenal mayat tua itu." Sorot mata Yang Jian bergetar halus.
Melihat kursi ini, segalanya menjadi jelas baginya.
Pria ini pasti punya hubungan erat dengan mayat tua di rumah kuno itu.
"Dulu aku berteman dengannya."
Kakek tua buta bertongkat ini tak berusaha menyembunyikan fakta, hanya bicara dengan tempo lambat.
"Sungguh hasil tak terduga." Matanya berkilat-kilat.
"Orang tua di depan mata ini ternyata adalah seorang Pengendali Hantu dari era Republik yang masih hidup, bahkan termasuk yang termasyhur, dan mengenal mayat tua rumah kuno."
"Perlu diketahui bahwa kelompok Pengendali Hantu era Republik, yang terakhir adalah Pak Qin. Namun bahkan Pak Qin sudah tidak bisa bertahan dan hampir mati, orang ini ternyata masih hidup."
"Dari perspektif ini, usia orang ini setidaknya sudah lebih dari 120 tahun, mungkin bahkan lebih tua lagi."
"Hidup sampai tahap ini masih bisa menjaga kesadaran tanpa terkontaminasi oleh hal gaib, jelas ini bukan hal biasa."
"Dari tampaknya kau bukan datang untuk memohon obat, tapi membawa masalah. Untunglah kau datang masih tepat waktu. Jika lebih lambat sedikit, mungkin kau hanya akan melihat peti matiku saja."
Orang tua itu menatap Yang Jian, meski matanya buta - tidak jelas apakah benar-benar bisa melihat penampilan Yang Jian dengan jelas.
