Meski Liu Qi bercerita tentang pengalaman mengerikan masa lalu, dia cukup cerdik. Bagian yang menyangkut kekuatan gaib spesifik sengaja diburamkan, tidak diungkapkan. Jelas ini untuk menjaga kerahasiaan, sekalipun terhadap Zhang Wei dan Yang Jian yang merupakan teman lamanya.
Ini adalah tindakan yang normal.
Yang Jian juga tidak memaksa menanyakan jenis kekuatan gaib apa sebenarnya yang dikendalikan Liu Qi.
Ketiganya mengobrol sambil duduk di lapangan sekolah yang ditinggalkan, menyantap sate dan meneguk cola, seolah sedang reuni kelas biasa.
"Liu Qi, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Yang Jian sambil meneguk colanya.
“Sebenarnya saya tidak punya keinginan besar. Awalnya saya hanya ingin mendapatkan kekuatan gaib yang lebih kuat, terus-menerus berinteraksi dengan hal-hal supranatural. Sekarang ketika berhenti beristirahat, malah bingung harus berbuat apa? Tapi sekarang saya sebagai penanggung jawab kota, hidup berkecukupan, status sosial pun tinggi. Satu-satunya penyesalan hanya keluarga di sekitar sudah hampir tiada.”
Liu Qi menunjukkan senyum getir di sudut bibirnya, terlihat sangat pasrah.
Semua ini bukan yang diinginkannya. Namun terkadang memang tak ada pilihan. Sejak pertama kali bertemu dengan hal gaib, nasibnya sudah terkunci selamanya.
“Kalau begitu, jalankan saja peranmu sebagai penanggung jawab dengan tenang. Kalau ada waktu, mari berkumpul di Kota Dachang. Ke depannya kita akan sering bertemu sebagai rekan kerja,” kata Yang Jian.
“Sebenarnya dari semua orang yang kukenal, yang paling kukagumi adalah kamu, Yang Jian. Beberapa hal baru bisa dipahami setelah benar-benar mengalaminya. Pengaruh posisimu sebagai komandan tim ini sangat luar biasa. Aku pernah membaca arsipmu, beberapa peristiwa gaib yang kamu alami - jika itu terjadi padaku, mungkin aku sudah mati berkali-kali.”
Liu Qi sama sekali tidak menyembunyikan kekagumannya pada Yang Jian.
Pengalaman hidupnya sebenarnya mirip dengan Yang Jian, justru karena kemiripan itulah ia sulit mempercayai pencapaian Yang Jian.
“Semua hanya untuk bertahan hidup. Jika bisa memilih, aku pun tak ingin menjadi Pengendali Hantu,” ujar Yang Jian.
“Ya, kita memang tak punya pilihan.”
Liu Qi agak terharu, lalu dia tersenyum tipis: "Tapi keberuntunganku juga tidak buruk. Di markas ada teman lama sepertimu. Jujur, aku sangat senang. Nanti kalau ada yang bisa kubantu, langsung saja perintahkan. Heh, aku hampir lupa. Kau ini Komandan Penegak Hukum. Kalau benar butuh bantuan, langsung kerahkan saja. Aku juga tidak bisa menolak."
"Liu Qi, kau mencariku pasti bukan cuma untuk ikut reuni kelas kan? Apa ada hal yang perlu kubantu? Mengingat ikatan teman sekelas dulu, aku masih mau membantumu." Wajah Yang Jian tenang.
Liu Qi berkata: "Tidak, Yang Jian. Kau salah paham. Benar-benar tidak ada hal yang membutuhkan bantuanmu. Kedatanganku kali ini benar-benar hanya untuk reuni kelas. Kota yang kukelola memang punya beberapa masalah, tapi itu bisa kutangani sendiri. Aku sangat menghargai kerabat dan teman di sekitarku. Kita adalah teman sekelas yang pernah melalui hidup-mati bersama. Aku tidak ingin persahabatan kita tercampur kepentingan apa pun."
"Maaf, aku terlalu berpikir." Yang Jian membuka mulut meminta maaf.
"Tidak, Yang Jian. Kau juga tidak salah. Dengan status dan posisimu sekarang, pasti banyak orang yang mencari keuntungan di sekitarmu. Sebenarnya aku juga pernah mengalami hal yang sama." Liu Qi menggelengkan kepala, menunjukkan pengertian.
Saat mereka berdua sedang mengobrol, tiba-tiba menyadari bahwa Zhang Wei yang tadi mondar-mandir di sekitar tidak tahu ke mana menghilang, dan sepertinya sudah cukup lama tidak terlihat.
"Ngomong-ngomong, Zhang Wei ke mana? Barusan masih di sini." Liu Qi tersadar lalu menengok ke kiri-kanan sambil mencari.
Yang Jian membuka Mata Hantu-nya dan melirik sekilas: "Di lapangan sebelah sana, dia sepertinya sedang... menggali lubang? Tunggu, ada sesuatu yang terjadi di sisi Zhang Wei, ayo kita pergi lihat."
Ekspresinya berubah seketika saat melihat sesuatu yang aneh, langsung bangkit berdiri.
"Ada bahaya? Tapi aku tidak merasakan aura gaib di sekitar sini," kata Liu Qi penasaran.
"Bukan bahaya, kita lihat saja nanti." Yang Jian tidak banyak bicara, langsung berjalan menuju lapangan lain.
Tak lama kemudian.
Mereka menemukan Zhang Wei yang sedang asyik menggali lubang dengan sekop entah darimana.
Keringat mengucur di dahinya. Seiring dalamnya lubang, tongkat kayu tua beraura dingin perlahan terungkap.
"Zhang Wei, kau ngapain?" tanya Liu Qi.
Zhang Wei berdiri sambil mengelap keringat: "Pas banget kalian datang. Barusan aku makan sesuatu yang bikin mules, mau ke toilet tapi WC sini kan serem dan kotor. Akhirnya kuputuskan BAB di tengah lapangan ini - udara segar, pemandangan luas, bersih lagi."
"Eh jalan-jalan malah tersandung benda sialan ini! Untung refleksku cepat, kalau nggak bisa anjing menjilat tahi nih. Aku kan punya temperamen yang meledak-ledak, mana bisa tahan? Langsung cari sekop buat ratain tempat ini!"
"Tapi siapa sangka benda ini kokoh banget, sama sekali tidak bisa dihancurkan sekop. Akhirnya aku ubah metode, coba gali keluar. Lihat, semakin dalam digali sampai sekarang belum juga berhasil."
Sambil menggerutu, Zhang Wei menyodorkan sekopnya: "Kakak Kaki, tenagamu besar. Kau saja yang menggali. Jangan dimanjakan, harus dihabisi! Nanti kalau aku ke toilet sini lagi bisa jatuh lagi."
Yang Jian menerima sekop itu, memeriksa sebentar. Sebelum sempat bicara, Liu Qi di sampingnya berkomentar: "Ini bukan kayu busuk biasa, lebih mirip pegangan sesuatu. Dan ini jelas bukan benda umum."
"Lah itu barang apa?" Zhang Wei bertanya.
"Ada aura gaib. Benda ini menyangkut hal gaib. Kalau tidak, sekopanku tadi pasti sudah memotong kayu ini jadi dua bagian."
Yang Jian tidak sengaja membuka Mata Hantu. Cuma melirik sekilas, sudah merasakan gangguan gaib.
Liu Qi berkata: "Sekolah Menengah 7 kan sudah diperiksa berulang kali. Kok masih ada ini? Peninggalan kasus Hantu Ketuk Pintu? Atau sisa dari Peristiwa Mayat Hidup Kelaparan?"
"Bukan. Wilayah Hantuku sudah menyapu tempat ini berkali-kali. Aku yakin benda ini baru muncul belakangan. Tapi dari kondisi penguburannya, sepertinya sudah ada bertahun-tahun. Tapi tak perlu nebak-nebak, cabut saja langsung lihat hasilnya." Setelah berkata demikian, Yang Jian langsung berjalan mendekat. Tangan hantu yang hangusnya mencengkeram erat kayu tua itu.
Tenaganya luar biasa besar, melebihi kategori manusia hidup.
Begitu mengerahkan tenaga, lantai langsung menonjol. Sebuah kapak yang penuh tanah dan dicat merah berhasil dicabutkannya dari bawah tanah.
"Ini sebuah kapak?" Bola mata Liu Qi menyempit tajam: "Ataukah barang gaib?"
"Hm?"
Yang Jian menghempaskan kapak itu dengan kuat. Setelah tanah yang menempel dilepaskan, dia memandangi kapak dingin yang ganjil ini. Seketika kenangan tertentu terlintas di otaknya.
Dia pernah melihat benda ini sebelumnya. Saat berada di Lukisan Hantu kantor pos, dia melihat seorang Pengendali Hantu dalam lukisan minyak menggunakan kapak ini untuk menyerang orang.
Tapi semua barang gaib di dunia lukisan minyak adalah hasil lukisan, tidak bisa dibawa keluar. Kalau tidak akan langsung lenyap.
Namun benda-benda yang muncul dalam lukisan pasti ada padanannya di dunia nyata.
"Kapak gaib? Apa aku dapat untung besar ini?" Mata Zhang Wei bersinar, wajahnya langsung berseri-seri.
Liu Qi merasa tak percaya, kali ini dia benar-benar tercengang: "Tak kusangka berjalan biasa saja bisa menemukan barang gaib. Lagi pula senjata gaib ini sepertinya stabil, tidak ada tanda-tanda fenomena tak terkendali."
"Kalau gitu apa aku juga bisa pakai?" tanya Zhang Wei.
"Biasanya menggunakan senjata gaib ada pengorbanannya. Orang biasa tidak akan tahan. Tidak disarankan. Tapi harus dilihat kasus per kasus. Ada senjata gaib yang resikonya kecil, bahkan bisa ditanggung orang biasa. Tapi jangan buru-buru, biarkan Yang Jian yang mengecek dulu. Pastikan semuanya jelas dulu. Lagipula dialah ahli dalam hal gaib." Liu Qi membujuk Zhang Wei agar tidak gegabah.
"Terkadang sebagai orang biasa, bahkan sekadar menyentuh barang-barang gaib pun bisa berakibat mati."
Setelah beberapa saat Yang Jian memegang kapak itu, dia merasakan benda tersebut semakin berat seiring berjalannya waktu. Berat ini seolah terus bertambah tanpa batas hingga akhirnya tak bisa diangkat lagi.
Tapi saat kapak diletakkan kembali di tanah, berat itu langsung hilang.
Jelas bahwa berat ini bukanlah sesuatu yang nyata, melainkan semacam beban gaib.
Mengenai fungsi kapak ini, Yang Jian belum menggunakannya sehingga tidak bisa menilai. Namun dia yakin, menyentuh benda ini tidak berbahaya karena tidak ada kutukan yang terdeteksi.
"Kau benar, ini adalah barang gaib sekaligus senjata. Tidak ada kutukan yang terdeteksi, tapi tadi saat kugenggam, rasanya semakin berat sampai akhirnya terpaksa kulepaskan. Anehnya, saat kuambil lagi berat itu mulai menumpuk kembali dari awal."
"Sepertinya senjata gaib ini tidak bisa digenggam terus-menerus dalam waktu lama."
Yang Jian menatap kapak merah itu, lebih memikirkan alasan keberadaan benda ini di sini. Tapi berat kapak tiba-tiba bertambah lagi, memaksanya meletakkannya.
"Kalau tidak apa-apa, Kakak Kaki, biar aku yang coba." Zhang Wei tak sabar. Dia menyambar kapak yang tergeletak di tanah.
"Zhang Wei, bahaya, jangan main-main!" Liu Qi berteriak panik.
Tapi dia tak berani menyentuh atau menghentikan Zhang Wei.
Zhang Wei mengayun-ayunkan kapak tanpa rasa tidak nyaman. Bahkan sambil membetulkan pegangan dia berkata: "Ini ringan sekali, sama sekali tidak berat. Tidak ada sensasi aneh."
Kapak di tangannya terasa seperti tongkat kayu kecil, ringannya tidak pantas.
"Tampaknya semakin banyak kontak dengan hal gaib, semakin berat kapak ini saat dipegang."
Yang Jian menatap Zhang Wei sambil bersiap melakukan restart langsung untuk menyelamatkannya dari tepi kematian.
Tapi dia tetap melompat-lompat riang, sama sekali tidak terkena kutukan.
"Tapi Liu Qi benar, barang-barang gaib itu berbahaya. Jangan main-main, nanti akan kuselidiki sampai tuntas dulu," kata Yang Jian.
Zhang Wei berkata: "Berapa lama penelitiannya? Menurutku benda ini bagus, ingin kubawa keluar untuk menebas hantu."
Saat ini kepercayaan dirinya membumbung tinggi, bahkan ingin mengkapaki hantu gentayangan.
"Kira-kira seminggu sudah cukup. Dr. Chen di perusahaan ahli di bidang ini, penelitiannya lebih mendalam," jelas Yang Jian. Ia memutuskan meminta Dr. Chen memecahkan misteri kapak merah gaib ini.
Dirinya harus fokus mengawasi arwah permohonan yang mungkin muncul kapan saja dalam beberapa hari ini.
"Baik, nanti akan kubawa kapak ini ke Dr. Chen," kata Zhang Wei yang masih asyik memainkan kapaknya. Ia menebas rumput liar di sekitarnya dengan lancar.
Melihat tak ada masalah, Yang Jian hanya mengingatkan: "Jangan neko-neko, teliti dulu sampai jelas. Kalau cocok untuk orang biasa, kau boleh pakai. Jika tidak, harus disimpan di brankas."
"Yang Jian, apakah dia selalu seberuntung ini? Atau hanya hari ini saja?" tanya Liu Qi yang terlihat iri luar biasa.
"Itu adalah senjata gaib, sangat sangat berharga di lingkaran gaib."
"Seharusnya selalu sebaik ini." Yang Jian menghela napas berkata.
"Benar-benar membuat iri hati."
Liu Qi membetulkan bibirnya, ingin meminta kapak itu dari Zhang Wei tapi tak bisa mengatakannya, lagipula Zhang Wei pasti tidak akan memberikannya.
"Jangan iri, aku sudah berpatroli di sini tidak tahu berapa kali, tidak pernah menemukan sesuatu yang aneh sampai hari ini Zhang Wei yang menemukannya." Yang Jian juga kehilangan kata-kata.
Dia merasa kegiatan rutinnya menggunakan wilayah hantu untuk mengawasi kota selama ini sama sekali tidak berguna.
Senjata gaib seperti ini ternyata ada di depan mata tapi tidak terdeteksi.
"Kembalilah. Lihat sikap Zhang Wei, pasti dia sudah tidak betah duduk. Aku akan mengantarnya ke Dr. Chen, kau ikut saja. Ajak kau berkeliling perusahaan." kata Yang Jian.
"Baiklah." Liu Qi mengangguk, tidak menolak.
Ketiganya pun berangkat pergi.
