"Halo, Kakak Kaki, ini aku, A Wei. Datanglah ke reuni kelas jam enam malam nanti! Tempatnya sudah aku pilih di Hotel Perdamaian, jangan lupa datang lebih awal ya!"
Sebuah panggilan telepon berdering.
Yang Jian yang sedang mengumpulkan kertas uang sembahyang di markas menerima telepon Zhang Wei: "Oke, aku akan datang jam enam."
Setelah telepon ditutup, urusan yang sedang ditangani Yang Jian juga hampir selesai.
Dia memandangi tumpukan kertas uang sembahyang warna-warni di depannya, merapikan dan menghitungnya. Tak lebih tak kurang, tepat 40 yuan.
Ini semua stok yang tersisa di markas. Tak ada lagi selembar kertas uang hantu yang bisa ditemukan.
"Orang tua di toko obat bilang, rumah percetakan uang hantu yang bertanggung jawab sudah tidak ada lagi. Benda ini akan semakin langka, untuk mendapatkannya kita hanya bisa menemukannya secara kebetulan dalam peristiwa supranatural. Jadi 40 yuan ini mungkin adalah jumlah terbesar yang bisa saya dapatkan saat ini. Meski sementara belum perlu, lebih baik disimpan sebagai persiapan."
Yang Jian merapikan kertas uang itu lalu menyimpannya.
Dia yakin uang ini akan sangat berguna nanti, karena baik di Bai Shui Zhen maupun jalan hantu, semua membutuhkan uang hantu. Bahkan saat berhadapan dengan hantu gentayangan dalam peristiwa gaib, uang ini bisa berguna.
Setelah menyelesaikan urusan ini, dia menyelam ke dalam genangan air di kakinya, lalu muncul di kolam renang rumahnya melalui Danau Hantu.
Kembali ke rumah, Yang Jian memutuskan untuk menunda urusannya sejenak dan menghadiri reuni kelas hari ini.
Tak lama kemudian, setelah merapikan barang-barang, dia mengemudi keluar.
Melihat jam.
Sudah pukul lima lebih sore.
Waktu santai memang berlalu cepat. Tanpa terasa hari hampir berakhir.
"Semoga beberapa jam tersisa tetap aman." Pikir Yang Jian sambil menyetir.
Dia mengamati mobil-mobil yang lalu lalang dan pejalan kaki di trotoar. Hatinya merasa tenang, karena ini menunjukkan kota saat ini dalam keadaan aman tanpa keanehan apapun.
Terlalu lama di tempat angker, justru melihat dunia normal terasa seperti kemewahan.
"Meskipun demikian, Yang Jian tetap menunjukkan kewaspadaan karena tidak lupa hari ini adalah hari terakhir transaksi dengan lemari hantu."
"Sebelum pukul dua belas malam tiba, kemungkinan kejadian tak terduga masih ada."
"Yang Jian tidak langsung menuju Hotel Perdamaian yang disebut Zhang Wei. Dengan sengaja ia mengelilingi Kota Dachang dengan mobilnya, memastikan semuanya normal sebelum akhirnya menuju lokasi perkumpulan."
"Mengingat reuni kelas sebelumnya pernah menyebabkan peristiwa supranatural cermin hantu, kali ini ia tak ingin insiden serupa terulang dengan lemari hantu."
"Meski waktu perkumpulan ini agak sensitif, Yang Jian tetap berusaha maksimal mencegah hal tak diinginkan."
"Bagaimanapun peristiwa gaib selalu memakan korban jiwa. Ia tak ingin ada yang tiba-tiba meninggal dalam reuni kelas yang seharusnya berjalan lancar."
"Tak lama kemudian,"
"Mobil Yang Jian tiba di depan Hotel Selamat Damai. Setelah menyerahkan kunci mobil ke pelayan parkir, ia pun masuk ke dalam."
"'Zhang Wei memilih tempat yang bagus. Ternyata dia sudah berkembang.'"
"Tanpa disengaja, ia membuka Mata Hantu sambil melirik sekilas ke arah hotel."
"Hotel megah dengan ruang luas dan pengunjung minim ini terletak agak jauh dari pusat kota, benar-benar ideal untuk reuni. Bahkan jika terjadi peristiwa gaib, dampaknya akan lebih terkontrol dengan korban lebih sedikit."
"Walau insiden gaib tak mungkin terjadi, nyatanya Zhang Wei sudah belajar dari pengalaman dan menyiapkan langkah antisipasi."
"Saat Yang Jian melangkah masuk, seorang pelayan segera menyambut: 'Bos Yang, Yang Mulia. Untuk menghadiri perkumpulan? Semua sudah kami siapkan, silakan ke sisi ini.'"
Yang Jian melambaikan tangan: "Tidak perlu memimpin jalan, saya akan pergi sendiri."
"Kalau begitu saya tidak akan mengganggu Bos Yang lagi." Pelayan itu pergi dengan sopan.
Barusan dengan sekali pandang Mata Hantu, dia sudah melihat posisi Zhang Wei dan yang lain, dan semua orang sudah datang lengkap sejak lama, dirinya adalah yang paling terlambat.
Sebenarnya dia tidak terlambat karena sekarang waktu belum mencapai pukul enam.
Hanya saja untuk reuni kelas kali ini, orang lain terlalu serius memperhatikannya, mereka semua datang jauh lebih awal ke Hotel Perdamaian.
Tempat perkumpulan berada di lantai tiga hotel.
Seluruh lantai ini sudah dipesan oleh Zhang Wei, selain beberapa orang yang terkait dengan perkumpulan tidak ada tamu lain, tapi hal seperti ini bukan masalah bagi keuangan Zhang Wei.
Baru saja sampai di lantai tiga.
Seorang wanita cantik berbaju gaun putih dengan kulit seputih salju, berdiri tak bergerak dengan wajah dingin membeku, sepertinya sudah lama menunggu di sini.
"Wang Shanshan, apakah kamu menunggu saya?" Yang Jian membuka percakapan.
Ekspresi Wang Shanshan tetap seperti biasa, tenang dan dingin: "Yang Jian, saya perhatikan Anak Hantu tampak berubah besar, apa kamu melakukan sesuatu padanya?"
Kalimat pertama yang diucapkan ternyata pertanyaan tentang kondisi Anak Hantu.
Yang Jian tidak menyembunyikan apapun, langsung menjawab: "Anak Hantu perlu berkembang, sebelumnya terlalu lemah, tidak bisa melindungimu, juga tidak bisa melindungi Kompleks Guanjiang, belum mampu mandiri. Jadi saya menyuruhnya menyantap seekor hantu dan memakai sepatu bersulam, menambah kekuatan gaib di tubuhnya."
"Tapi dia menghilang tanpa bekas." Kata Wang Shanshan.
Meski nadanya tetap datar, Yang Jian bisa melihat bahwa Wang Shanshan sedang peduli pada anak hantu.
Jangan lihat penampilan dingin Wang Shanshan, sebenarnya dia bukan Pengendali Hantu. Dia masih memiliki perasaan normal, hanya terlihat dingin dari luar saja.
"Seharusnya kau sudah tahu, asal kau berteriak, anak hantu akan muncul dengan sendirinya. Bukankah itu lebih baik?" Kata Yang Jian sambil melirik ke arah Wang Shanshan.
Anak hantu yang beraura dingin tiba-tiba muncul. Badannya mengenakan jubah Shou yang aneh, kakinya memakai sepatu sulam merah, terlihat tidak selaras.
"Aku hanya ingin menanyakan kondisi anak hantu. Aku sedang berusaha beradaptasi dengan versi barunya." Kata Wang Shanshan.
"Aku tahu kau sudah lama merawatnya. Seharusnya aku memberi tahu perubahan sebelumnya, tapi sekarang bukan waktunya. Ayo, hari ini ada reuni kelas. Jangan bahas hal gaib agar tidak memicu kenangan buruk. Setuju?"
Yang Jian bergegas mendekat sambil memberi isyarat.
"Katanya akhir-akhir ini kau sedang memikirkan pernikahan." Wang Shanshan tiba-tiba mengalihkan topik.
"Dalam kondisiku yang hidup-mati tak pasti, wajar jika memikirkan pernikahan. Lagipula warisan keluarga butuh penerus, orangtua butuh yang merawat. Tapi ini bukan hal penting, hanya urusan sepele. Kenapa, kau tertarik?" Kata Yang Jian.
Wang Shanshan tatapannya melihatnya bergerak sedikit: "Hanya penasaran seperti apa orang yang akan kau pilih dengan status dan posisimu. Lagipula tak banyak yang cocok untukmu. Tapi dari sikap ibumu terlihat, kau sepertinya lebih condong ke orang di luar lingkaran gaib."
"Orang biasa meski rapuh, tapi bisa hidup lama. Orang yang terlibat dengan hal gaib mungkin lebih memahami dunia ini, tapi akhirnya faktor gaib tetaplah variabel yang tidak stabil," kata Yang Jian.
"Aku mengerti." Wang Shanshan mengakhiri topik ini setelah berkata demikian.
Yang Jian menatapnya: "Tapi siapa yang bisa memastikan masa depan?"
Wang Shanshan mengangguk: "Bagaimanapun, aku ingin membantumu. Baik urusan gaib maupun pribadi, selama bisa kulakukan."
"Aku paham." Kata Yang Jian: "Aku tak akan sungkan meminta bantuanmu jika perlu."
"Hm." Wang Shanshan membenarkan.
Tak lama kemudian.
Keduanya memasuki aula utama lantai tiga hotel.
Saat ini aula sudah dipersiapkan dengan matang: hidangan prasmanan mewah, dekorasi hangat, serta penghibur profesional untuk mengisi suasana dan tampil di panggung.
Terlihat jelas Zhang Wei telah mempersiapkan dengan serius, bukan persiapan dadakan melainkan rencana matang.
"Kakak Kaki, ke sini." A Wei tersenyum ramah dan melambaikan tangannya dari kejauhan.
Orang-orang pun memandang ke arah Yang Jian, terutama beberapa selebriti kelas dua yang diundang Zhang Wei - raut penasaran dan terkejut terpancar jelas.
Sebab nama Yang Jian adalah pantangan di kalangan elit berbagai industri.
"Sosok yang semakin terlarang justru semakin memicu rasa ingin tahu dan keinginan untuk mengeksplorasi."
"Reuni kelas, ngapao kau mengundang sebanyak ini orang?" tanya Yang Jian sambil berjalan.
Zhang Wei malah tertawa terbahak, "Apaan sih, ini cuma beberapa karyawan perusahaan. Para cewek cantik itu dari divisi iklan. Katanya mantan bintang kelas dua, aku sih ga kenal. Cuma tau mereka jago nyanyi dan bisa nari. Kubawa kesini biar suasana rame aja. Kak, kan kita juga tinggal segini teman sekelas. Kalo ga ada yang ditambahin, pasti sepi banget."
"Oh begitu rupanya." Yang Jian memperhatikan salah satu cewek cantik yang sedang bersiap menyanyi di panggung, merasa wajahnya familiar.
"Selamat siang, Bos Yang." Sang cewek tak berani lengah, buru-buru mendekat dan berkata dengan penuh hormat.
"Sepertinya kita pernah bertemu." Kata Yang Jian.
Cewek itu tersenyum manis, "Bos Yang memang mudah lupa. Waktu minum bareng Bapak Wan Delu, saya duduk di sebelah."
"Ah iya, sekarang ingat." Kilas memori itu langsung muncul di benak Yang Jian.
Itu terjadi saat pertama kali ia ke markas pusat. Di pesawat, ia menangani kasus Tangan Hantu dan menyelamatkan banyak orang, termasuk Wan Delu - seorang pengusaha kaya yang mentraktirnya makan sebagai ucapan terima kasih.
"Daripada jadi selebriti, malah jadi karyawan biasa di perusahaanku. Sayang bakatmu." Ujar Yang Jian.
Dengan senyum anggun, cewek itu menjawab, "Bos Yang bercanda. Bisa bekerja untuk Bos adalah kehormatan. Ke depannya mohon bimbingannya."
“Kau sibuk saja dengan urusanmu sendiri.” Yang Jian melambaikan tangan, tak menghiraukan selebriti yang disebut-sebut itu.
“Terima kasih banyak, Bos Yang.” Wanita cantik itu pun pergi dengan gembira.
Jelas terlihat, dia tahu Yang Jian diam-diam mengizinkannya tinggal di perusahaan.
“Halo, kamu sibuk ngobrol sama selebriti saja, nggak mau menyapa aku. Dasar.” Saat itu, Miao Xiaoshan mengembungkan pipi sambil berjalan mendekat dengan wajah kesal.
Yang Jian berkata: “Karena wajahnya terlihat familiar, harus memastikan statusnya. Jangan sampai ada orang tak bersih menyusup masuk.”
“Oh begitu rupanya. Kukira kau tergoda sama dia.” Miao Xiaoshan tertawa sambil menyipitkan mata.
“Tergoda? Apa orang tadi cantik?” Yang Jian bertanya heran.
“Masa nggak cantik?” Miao Xiaoshan menyambung.
“Nggak kerasa.”
Yang Jian tenang menjawab: “Lagipula aku bisa mengubah penampilan orang sesukaku. Cantik atau jelek bagiku nggak penting-penting amat.”
“Kakak Kaki, punya kemampuan kayak gitu ngomongnya telat! Cepetan, bikin aku jadi keren! Terbaik jika aku punya delapan otot perut!” Zhang Wei langsung bersemangat mendengarnya.
“Ada efek sampingnya.” Kata Yang Jian.
Zhang Wei bertanya: “Efek samping apa?”
“Misalnya lemah ginjal, jadi dingin... kayak Wang Shanshan.” Jawab Yang Jian.
“Kalau gitu mending nggak usah. Tampangku udah cukup keren kok. Kurang beberapa otot perut nggak masalah.” Zhang Wei melirik Wang Shanshan di sebelahnya, langsung hilang minatnya.
Wang Shanshan memasang wajah dingin, hanya memandangi Yang Jian dengan tatapan aneh.
