Dengan waktu pengambilan keputusan kurang dari setengah jam, keputusan Yang Jian saat ini menyangkut nyawa banyak orang, bahkan termasuk nyawa keluarganya sendiri.
Dan saat ini dihadapannya hanya ada dua pilihan.
Pertama, melawan hantu gentayangan dan mengurungnya, menyelesaikan tuntas peristiwa supranatural yang disebabkan oleh arwah permohonan.
Kedua, tidak melakukan tindakan apapun dan membiarkan arwah permohonan menyelesaikan transaksi dengannya.
Opsi pertama berisiko besar, jika berhasil semua orang yang terpengaruh hantu bisa hidup dengan aman, namun jika gagal, tidak diragukan lagi banyak orang akan mati hari ini.
Opsi kedua lebih aman, Yang Jian tidak perlu melakukan apapun dan semua orang bisa hidup, namun kelangsungan hidup mereka masih berada di bawah kendali hantu.
"Harus mengurung hantu itu, sama sekali tidak boleh menyerah. Begitu arwah permohonan melepaskan diri dari pengaruh aturan, konsekuensinya tak terbayangkan. Saya juga seperti Wang Shanshan, tidak percaya hantu akan melepaskan semua orang setelah melewati pukul dua belas dengan aman. Jika hantu terus membunuh, saya sama sekali tidak bisa menghentikannya. Saat itu inisiatif sudah lepas dari kendali saya."
Yang Jian sudah bulat tekadnya.
"Mengalah akan membuat kekalahan lebih mengerikan, hanya bisa mengambil risiko untuk memenangkan jebakan ini."
Tapi bagaimana caranya untuk memastikan Arwah Permohonan bisa dikurung sepenuhnya? Itu adalah hantu gentayangan yang hanya muncul samar-samar di Wilayah Hantu lima lapisan, tersembunyi sangat dalam, dan Arwah Permohonan itu sendiri merupakan entitas yang sangat mengerikan.
"Jika Arwah Permohonan tidak muncul, itu membuktikan perangkap yang kusiapkan efektif. Jika aku tetap diam di sini sampai sebelum pukul dua belas, Arwah Permohonan pasti akan masuk ke sini secara aktif, lalu terjebak dan kukurangi. Tapi sebelum hasil itu tiba, pasti banyak orang yang tewas."
"Maka hanya ada satu metode untuk mencegah kematian sekaligus mengurung hantu gentayangan: mencabut perangkap, membuat hantu mengira aku akan melakukan transaksi dengannya, lalu pada saat itu juga langsung mengurungnya."
"Jadi tantangan terbesar sekarang adalah bagaimana menipu hantu sekaligus memastikan 100% berhasil mengurungnya tanpa kesalahan?"
Yang Jian terdiam sendirian, merenungkan masalah rumit ini.
Pengurungan dengan paku peti mati tentu 100% aman, tapi dia yakin selama paku itu masih di tangannya, mustahil membuat hantu muncul.
Karena itu dia harus melepaskan senjata gaib sekaligus sama sekali tidak mempersiapkan pertahanan terhadap Arwah Permohonan.
"Yang Jian, waktu untuk berpikir sudah tidak banyak. Gerakan di luar sudah berhenti, sepertinya ada yang tidak beres." Liu Qi berbisik dengan suara tertekan.
Orang-orang berbaju hitam yang beraksi tadi mendorong dan mengusir semua orang yang terpengaruh hal gaib keluar dari aula utama. Awalnya kedua belah pihak saling berhadapan, tapi tiba-tiba orang-orang dari Hotel Perdamaian menghentikan aksinya. Mereka semua berdiri di tempat tanpa bergerak sama sekali, tidak lagi menyerbu ke arah sini.
"Ini menunjukkan hantu sudah mengabaikan rencana menggunakan jumlah massa untuk merusak jebakan dan melewati malam ini dengan mulus. Jika hantu tidak berniat melawan Yang Jian secara langsung, berarti rencananya yang dulu akan mulai diimplementasikan. Mulai sekarang keluarga kita semua akan menghadapi bahaya serangan hantu gentayangan." Wang Shanshan berkata.
Ucapannya belum selesai, tiba-tiba dering ponsel seseorang berbunyi.
"Ponselku." Zhang Wei buru-buru mengangkat telepon.
Dari seberang garis terdengar suara panik ayahnya Zhang Xiangui yang sedang minta tolong: "A Wei, cepat! Kabari Kakak Kaki! Di sekitarku sepertinya ada hantu, ada sesuatu yang mengikutiku. Aku sangat ketakutan sekarang!"
"Ayah, baik-baik saja. Itu cuma seekor hantu. Hantu itu tidak akan membunuhmu sekarang. Aku belum menerima pesanan terakhir nasi goreng telur. Beranilah, dekati dan tamparnya beberapa kali. Aku jamin dia tidak akan membalas. Lagi pula, Kakak Kaki yang akan membereskan ini. Percayalah pada kami. Hm, sudah dulu ya, aku masih sibuk di sini."
"A Wei, jangan ditutup dulu! Aku tidak bercanda. Benda itu benar-benar ada di sekitarku." Suara Zhang Xiangui memancarkan ketakutan yang dalam.
Zhang Wei membalas: "Ayah, bertindaklah seperti pria sejati. Kita sudah melewati berbagai badai kehidupan. Benda itu belum akan membunuh untuk sementara, cuma menakut-nakuti. Santai saja, makan dan minum seperti biasa, pertahankan senyuman. Kalau benar-benar ada masalah, kita semua di sini menemani. Tak perlu takut."
Setelah menghibur beberapa patah kata, Zhang Wei langsung menutup telepon. Kali ini dia menggerutu: "Sialan, ini bahaya. Hantu itu mengincar ayahku."
"Jelas terlihat, rencananya adalah membunuh ayahmu dulu, baru kemudian orang lain... Dengan cara ini dia memaksa Yang Jian mundur. Dan semakin mendekati pukul dua belas, Hantu pasti semakin gila." Wang Shanshan berkata dengan wajah dingin.
Miao Xiaoshan mengingatkan: "Bagaimana kalau kita suruh semua orang masuk ke ruang aman dulu? Aku ingat Yang Jian sudah membangun banyak ruang aman di Kota Dachang."
"Tidak mungkin. Hantu sedang mengawasi di sebelah. Kalau mau membunuh, pasti dia akan menyerang sebelum orang biasa sempat masuk ruang aman. Dengan kemampuan orang biasa, mustahil melawan. Mereka takkan bisa masuk ruang aman dalam keadaan hidup." Liu Qi menggelengkan kepala.
"Cukup. Jangan berdebat lagi. Aku sudah punya jawabannya." Yang Jian menghentikan perenungannya dan berbicara.
Segera.
Semua orang berhenti berdiskusi. Mereka memandangi Yang Jian, menunggu keputusan akhir.
Mengingat waktu yang mendesak, Yang Jian tak bertele-tele: "A Wei, matikan lentera minyak di tanganmu."
"Apa?" Zhang Wei tertegun.
"Matikan lentera minyak, tidak perlu menyalakannya lagi. Selama benda ini menyala, hantu tidak berani muncul," kata Yang Jian sambil mematikan lentera minyak di tangannya dengan sengaja.
Wang Shanshan mengubah ekspresinya: "Kau menyerah pada hantu? Ini keputusan yang salah. Meski aku tahu kau peduli nyawa semua orang, tapi hantu tak bisa dipercaya. Satu-satunya yang membelenggunya sekarang adalah aturan. Kau harus mengurungnya!"
"Aku tahu, tapi saat ini tak ada yang sanggup menanggung pengorbanan ini. Sebelum mengurung hantu gentayangan, setiap dari kita harus kehilangan satu anggota keluarga. Ini baru permulaan. Masih ada 25 menit lagi. Dalam waktu itu, hantu bisa terus membunuh. Jumlah korban mungkin jauh melebihi perkiraan kita." Sambil berkata demikian, Yang Jian mendekati meja dan mematikan Hio Hantu serta Lilin Hantu yang menyala.
Dengan hilangnya Hio Hantu, Lilin Hantu, dan lentera minyak mayat, jebakan ini pun sepenuhnya lenyap.
Zhang Wei dengan enggan mematikan lentera minyak di tangannya.
Semua persiapan untuk mengurung hantu gentayangan telah disita.
Selain itu, Yang Jian mengayunkan tombak retak di tangannya yang menembus etalase kaca, lalu melemparkannya hingga terbang ratusan meter jauhnya, akhirnya jatuh di tempat yang tidak diketahui.
“Kau ini... bahkan senjata pun dibuang? Di atas sana ada sebatang paku peti mati, kau telah membuang semua strategi pengurungan hantu gentayangan. Tindakan ini terlalu nekat, bagaimana jika terjadi sesuatu yang tak terduga? Nanti tak ada lagi cara untuk melakukan kontra-serangan.” Liu Qi tertegun, ia akhirnya memahami strategi Yang Jian.
“Aku mengerti.”
Usai melakukan semua ini, Yang Jian masih belum puas. Ia segera memberi perintah pada orang-orang berbaju hitam di sekelilingnya: “Tarik kembali pasukan, jangan halangi orang-orang di luar lagi.”
Bukan hanya menjebak perangkap yang dibongkar, senjata gaib dibuang, bahkan orang-orang berbaju hitam yang bertugas menjaga tatanan juga ditarik mundur.
Semua metode penanganan hantu gentayangan telah ditanggalkan sepenuhnya.
Tanpa ragu, orang-orang berbaju hitam segera mundur sesuai perintah, membuka jalan, tak lagi menghalangi orang-orang yang terpengaruh kekuatan gaib.
Anggota lain yang menyaksikan keputusan Yang Jian saat ini tak lagi mengajukan keberatan.
Mungkin, bagi Yang Jian inilah pilihan terbaik.
Tanpa penghalang dari orang-orang berbaju hitam, kerumunan di luar pintu kembali bergerak. Dengan langkah teratur, mereka berduyun-duyun membanjiri aula utama. Tak lama kemudian, ruang luas ini pun penuh sesak dengan orang. Satu-satunya area yang masih tersisa hanyalah sekitar meja tempat Yang Jian dan kawanannya berdiri.
“Sial! Sudah menunjukkan kesungguhan, tapi hantu masih mengendalikan mereka.” Liu Qi geram dengan malu.
“Ini untuk mencegah kita tiba-tiba ingkar dan menyalakan kembali Hio Hantu atau Lilin Hantu. Dengan sebanyak ini orang di aula, menyalakannya lagi pun akan sia-sia.”
Yang Jian berkata, kemudian matanya menyapu kerumunan padat di sekitarnya: "Hanya saja kesungguhan saya sudah ada, saya juga ingin melihat kesungguhan hantu. Jika tidak, lebih baik kita saling menghancurkan."
Bersamaan dengan ucapan terakhirnya.
Tak lama kemudian.
Kerumunan padat di depan tiba-tiba membuka jalan. Beberapa orang beraura dingin muncul secara tiba-tiba di tengah kerumunan. Mereka berbaris sambil masing-masing membawa benda: ada yang membawa mangkuk nasi goreng telur, ada yang memegang baju, ada yang menggenggam kalung mutiara... Barang-barang ini tampak biasa namun sebenarnya mewakili transaksi tertentu.
Sekarang barang pemuasan keinginan sudah ada di sini, ini menunjukkan aksi hantu gentayangan telah terhenti.
Ponsel Zhang Wei tiba-tiba berdering, panggilan dari ayahnya Zhang Xiangui: "A Wei, hantu itu sepertinya menghilang. Tanya Kakak Kaki, apakah aku sudah aman sekarang?"
"Ayah, jangan takut mati terus. Sudah kubilang tidak akan ada masalah. Lagipula aku sedang sibuk, jangan setiap hari menelepon dan menggangguku. Kau membuatku malu di depan teman-teman! Oh ya malam ini aku tidak pulang, ayah tidur saja lebih awal. Sudah, cukup segini."
Zhang Wei menutup telepon lagi setelah berkata.
"Kesungguhan hantu datang cukup cepat. Sepertinya ia sangat ingin menyelesaikan masalah dengan cara ini. Semakin seperti ini justru semakin merugi, ini membuktikan ia tahu pasti akan kalah jika melawan langsung," kata Wang Shanshan.
Yang Jian berkata: "Setidaknya situasi sedang berkembang ke arah baik. Keluarga kita semua masih aman untuk saat ini."
“Apa langkah selanjutnya yang harus kita lakukan?” Liu Qi bertanya.
“Tidak perlu melakukan apa-apa, tunggu sampai hantu muncul di hadapanku. Kalian juga jangan panik, duduklah dan beristirahat. Sekarang masih ada waktu dua puluh menit. Hantu mungkin belum akan muncul secepat ini, kemungkinan besar akan muncul di menit-menit terakhir.” Yang Jian kembali duduk, tak melakukan gerakan apapun lagi.
Anggota lain pun tak ada pilihan selain ikut duduk.
Begitu mereka duduk, kerumunan di sekitar kembali maju beberapa langkah, semakin memadatkan ruang. Orang-orang di barisan depan hampir menempel dengan mereka, cukup dengan sedikit bersandar ke belakang akan menyentuh.
Setelah memblokir area, mereka berdiri bagai tembok manusia yang mengelilingi tanpa gerakan.
Hanya lentera di atas kepala yang tadi menyala kini kembali berkedip dengan suara creek-creek.
Cahaya yang terang-gelap ini membuat udara sekitar perlahan memancarkan hawa dingin menyeramkan.
Hawa dingin ini menyentuh kulit manusia, membuat bulu kuduk mereka merinding seolah ada sesuatu yang meniupkan udara dingin di sekeliling.
“Hantu seharusnya sudah memasuki aula utama, pasti ada di antara kerumunan ini.”
Liu Qi menggerakkan tatapannya ke kiri-kanan, berusaha menemukan bau konspirasi. Sayangnya di balik tembok manusia yang tebal, tak terlihat apa-apa. Orang-orang di sekitar pun berdiam kaku bagai patung.
“Tak perlu dihiraukan. Saat ini kita tak bisa berbuat apa-apa.” Bahkan mata hantu Yang Jian masih terpejam, seolah telah melepaskan semua kewaspadaan.
Suasana hening ini terasa sangat menekan, membuat napas seperti tercekat.
Tapi keadaan ini tidak berlangsung lama, hanya beberapa menit. Kemudian, lampu-lampu di aula yang sebelumnya berkedip-kedip dan tidak stabil mulai padam sepenuhnya.
Lampu yang padam menyebar dari kejauhan, terus mendekati meja tempat Yang Jian dan yang lainnya duduk.
Waktu menunjukkan pukul 23.50 malam.
Tinggal sepuluh menit terakhir.
Pada saat ini, semua lampu padam total. Hanya bohlam kecil di atas kepala Yang Jian yang masih menyala dengan gigih, meski cahayanya redup dan bergetar tak menentu, hanya cukup untuk menerangi meja ini.
Di luar meja, kegelapan total menyelimuti. Semua cahaya telah ditelan, tak ada yang terlihat meski mengulurkan tangan.
Di sekitar meja, kerumunan hanya bisa melihat barisan siluet manusia samar di belakang mereka. Mustahil membedakan siapa siapa, bahkan tak yakin apakah yang berdiri di belakang mereka manusia atau hantu.
Lima orang saling bertatapan. Ada yang panik, ada yang cemas, ada pula yang tenang.
"Ini bukan pemadaman listrik biasa. Pengaruh gaib telah menguasai seluruh aula, membentuk wilayah hantu dengan intensitas tinggi. Sepertinya hantu akan muncul di hadapan kita dalam sepuluh menit terakhir," ujar Liu Qi sambil merasakan kegelapan di sekelilingnya.
Saat ini dia merasa kegelapan itu tak bertepi, seolah terjun ke dalam ruang dimensi gaib, sudah tidak berada di dalam Hotel Perdamaian lagi.
"Liu Qi, bibir merah darahnya bergerak perlahan. Meski tidak mengeluarkan suara, suaranya tiba-tiba terdengar di otak Yang Jian: 'Yang Jian, bisakah kau jujur? Apa kau sedang memancing hantu keluar atau benar-benar mau mengalah? Jika yang pertama, aku bisa kooperatif.'"
Baru pada saat ini Liu Qi berhenti berakting dan berniat menanyakan tujuan sejati Yang Jian.
Dia tidak percaya karakter Yang Jian yang mudah menyerah pada hantu gentayangan. Di hatinya lebih condong ke skenario ini sebagai jebakan yang dipasang Yang Jian.
Hanya dengan menghilangkan jebakan permukaan, persiapan jebakan sejati untuk memancing hantu menyambar umpan bisa dilakukan.
Yang Jian tidak bicara, hanya melirik Liu Qi lalu menggelengkan kepala perlahan.
Bibir Liu Qi kembali bergerak: "Aku paham."
Waktu menunjukkan pukul sebelas lima puluh lima.
Dalam lima menit terakhir ini.
Langkah kaki yang jelas tiba-tiba muncul dari kegelapan.
Arah sumber langkah kaki itu sangat pasti - tepat di depan Yang Jian, alias di belakang Zhang Wei.
"Sial, benda itu datang!" Zhang Wei kaget dan menoleh, namun terhalang sosok yang berdiri tegak dalam gelap. Tak ada yang bisa dilihatnya.
Wang Shanshan dan Miao Xiaoshan tetap hening, menutup mulut rapat-rapat. Tindakan terbaik mereka saat ini adalah diam tanpa merepotkan Yang Jian.
Langkah kaki tak berhenti, terus maju dengan suara yang makin mendekat.
"Zhang Wei, jangan diutak-atik. Tetap duduk di situ, jangan menengok ke belakang," kata Yang Jian membuka mulut.
"Oke, oke. Aku diam." Zhang Wei langsung duduk kaku, matanya melirik-lirik tak karuan.
Tak lama kemudian.
Seseorang di belakang Zhang Wei aktif menggeser langkah memberikan tempat, kemudian langkah kaki di belakangnya tiba-tiba terhenti.
Tapi dalam pandangan kerumunan, ruang kosong di belakang Zhang Wei sama sekali tidak berisi apapun - tidak ada Hantu maupun keanehan, hanya hamparan kegelapan.
Namun saat semua mata tertuju...
Dari dalam kegelapan di area itu, siluet berbentuk manusia perlahan mulai menampakkan diri.
Seolah-olah hantu gentayangan sejati akan muncul.
Ekspresi wajah Yang Jian tetap tenang, tubuhnya tak bergerak sama sekali. Mata hantu-nya pun masih tertutup, sehingga dalam kondisi seperti ini bahkan dia pun tak bisa melihat jelas apa sebenarnya di belakang Zhang Wei.
Zhang Wei kini seluruh tubuh menegang. Dorongan untuk menoleh begitu kuat, tapi dia berhasil menahan diri setelah mendapat isyarat dari Yang Jian.
Meski begitu, dia bisa merasakan dengan pasti ada sosok berdiri di belakangnya.
Sekali pun pemberani, keringat dingin mulai membasahi alutnya.
Tak lama kemudian...
Siluet dalam kegelapan semakin jelas. Sosok itu perlahan membungkuk, mengarahkan tubuhnya mendekat, mempertontonkan wajah asing yang tak dikenali di bawah cahaya redup lentera di atas kepala kerumunan.
Hantu itu kini mematuhi perjanjian untuk menemui Yang Jian.
Tapi ia tetap bersembunyi di balik Zhang Wei, seolah khawatir akan serangan mendadak dari Yang Jian.
Yang Jian menatap tajam wajah asing yang muncul di belakang Zhang Wei, tetap menjaga ketenangannya.
