Tombak yang terlempar kini dipengaruhi kekuatan gaib mengerikan, melesat menuju kedalaman kastil dan menghilang dari pandangan seketika.
Jelas, efek permohonan Yang Jian mulai bekerja. Mulai sekarang tombak gaib ini tidak akan berhenti sebelum menusuk pemilik perkebunan.
"Sebelumnya saat menggunakan golok kayu bakar, seharusnya pukulanku sudah mengenai dia. Tapi hasilnya tidak efektif. Dia memilih tidak muncul, ini ujian untuk mengulur waktu sambil menunggu bala bantuan."
Mata Hantu Yang Jian berputar, menatap arah lenyapnya tombak, lalu tanpa ragu dia menyusul.
Serangan setelah permohonan hanya langkah pertama. Langkah kedua adalah memanfaatkan ini untuk mengunci posisi lawan dan mencari kesempatan serangan ulang.
Di sudut redup kastil, area yang tidak terjangkau nyala api hantu.
Tombak merah itu seolah memiliki nyawa, melesat dengan cepat. Sesekali bahkan berhenti sejenak, seakan ada hantu gentayangan yang membawa senjata ini sambil mencari target.
Pada saat yang sama.
Seorang pria paruh baya berusia sekitar 50 tahun dengan postur yang mulai menua, tubuhnya diselimuti kegelapan. Ia melangkah dengan langkah berat di koridor yang sunyi sepi. Setiap langkah meninggalkan jejak hitam yang tidak sesuai ukuran kakinya, sementara langkah kaki asing perlahan mulai bermunculan di belakangnya.
Awalnya hanya ada satu langkah kaki, namun seiring waktu, jumlah langkah di belakangnya semakin banyak.
Hanya dengan berjalan beberapa meter, langkah kaki di belakang pemilik perkebunan ini menjadi sangat padat, seakan ada ribuan orang mengikutinya. Anehnya, meski tak terlihat siapa-siapa, jejak kaki dengan berbagai ukuran mulai bermunculan sambung-menyambung.
Pemilik perkebunan itu bagai pemimpin, semua langkah kaki mengikuti gerakannya.
Ketika melewati jendela di koridor, bayangan mengerikan terpantul di kaca: koridor yang kosong tiba-tiba dipenuhi ribuan sosok. Wajah mereka datar, dingin, dan mati rasa. Sebagian tubuhnya cacat, membusuk, atau mengucurkan darah... Bukan sekumpulan manusia, melainkan gerombolan hantu gentayangan.
Bayangan mengerikan di etalase kaca itu hanya muncul sekejap. Di dunia nyata, belakang pemilik perkebunan tetap kosong, hanya jejak kaki yang terus bermunculan.
"Dan alasan munculnya jejak kaki ini adalah karena adanya sisa genangan air di lantai."
"Komandan tim yang sangat impulsif, begitu tidak sabar ingin menghabisiku? Kalau memang demikian, biar kuserahkan sedikit pelajaran untuk komandan muda ini." Pemilik perkebunan itu tetap berwajah datar dengan raut dingin. Meski belum bertemu langsung, setiap gerak-gerik Yang Jian seolah terpantau jelas olehnya.
Sebab kastil ini adalah kerajaannya, istana pangerannya. Di sini dialah penguasa sejati yang tak boleh ditentang.
Siapapun yang berani melecehkan kewibawaannya di wilayah ini akan berakhir menjadi arwah penurut yang selamanya mengikuti di belakangnya.
Sesaat kemudian.
Tubuh pria paruh baya itu menghilang dari tempatnya, lalu muncul kembali di sudut lain kastil.
Begitu dia pergi, sebuah tombak merah melesat dari ujung koridor - namun hanya mengenai udara kosong. Senjata itu terhenti sejenak sebelum berbelok arah menuju lokasi baru.
Api hantu yang seram terus menjilat ke bagian dalam kastil. Genangan air merayap pelan, menyelimuti seluruh area dengan aura gaib.
Bahkan sang pemilik perkebunan pun tak bisa lagi bersembunyi. Akhirnya dia menampakkan diri.
"Berhenti mencari. Aku di sini." Begitu kobaran api hantu terhenti mendadak, siluetnya muncul menghadang di depan Yang Jian yang sedang melanjutkan perjalanan.
Langkah Yang Jian yang mengejar tiba-tiba terhenti. Hampir tanpa ragu, mata hantunya membelalakkan Wilayah Hantu enam lapisan untuk menyelimuti area itu, langsung menghentikan dan memblokir semuanya di tempat.
Menghadapi orang seperti ini, sama sekali tidak ada kemungkinan untuk menahan kekuatan.
"Wilayah hantumu tak berguna bagiku." Suara parau Pemilik Perkebunan itu memancarkan keyakinan dan keangkuhan.
Wilayah hantu merah yang menyebar tiba-tiba diblokir langsung seperti api hantu. Di bawah selimut cahaya merah, siluet-siluet berbentuk manusia saling bertautan, membentuk tembok tebal yang tak bisa ditembus siapapun. Bahkan hal gaib pun terhalangi.
Sesaat setelah Yang Jian bertindak, tombak merah panjang meluncur dari belakang Pemilik Perkebunan ini. Di bawah pengaruh permohonan gaib, tombak itu langsung menusuk ke arah punggungnya.
Namun demikian...
Sebelum sempat mendekati Pemilik Perkebunan, tombak panjang Yang Jian sudah terhenti di udara, tak bisa bergerak atau jatuh, seolah terkunci di tempat.
Meski demikian tombak terus bergetar. Perlawanan gaib masih berlangsung, sesekali tombak bisa melepaskan diri dan maju beberapa senti. Tapi proses ini terlalu lambat.
Setidaknya sampai pertarungan usai, tombak Yang Jian takkan bisa menembus orang ini.
"Jika hanya ini trikmu, maka sangat disayangkan. Kau akan mati dengan sangat mengerikan nanti."
Senyum dingin mengembang di sudut bibir Pemilik Perkebunan, menyiratkan kekejaman di baliknya.
“Wilayah Hantu enam lapisan dan tombak setelah mengucapkan permohonan semuanya bisa dengan mudah dihalangi?”
Mata Yang Jian sedikit memicing: "Meski tidak meremehkan para Raja di organisasi Raja kalian, tapi aku sudah menggunakan sebagian kemampuanku. Awalnya kukira ini akan memberi efek tertentu, ternyata sekarang jelas aku yang salah. Ingin menghabisi seorang Raja dalam waktu sesingkat mungkin memang tidak realistis."
"Tapi perlawanan ini baru saja dimulai."
Begitu ucapannya selesai, genangan air di sekeliling mengalir deras dari segala penjuru, lalu berkumpul dengan cepat dan langsung menenggelamkan segala sesuatu di sekitar.
Namun Yang Jian melihat pemilik perkebunan saat ini justru berdiri di atas genangan air tanpa tenggelam. Apakah karena kekuatan gaib di tubuhnya terlalu mengerikan sampai Danau Hantu pun tak bisa menenggelamkannya? Ataukah karena sebelumnya menenggelamkan 20 lebih "tukang kebun" membuat 40% Danau Hantu yang ia kuasai sudah mencapai titik jenuh?
Tapi meski Danau Hantu gagal menenggelamkannya, muncul pemandangan mengerikan.
Di permukaan genangan air tampak bergelombang siluet-siluet hantu yang tak terhitung jumlahnya. Makhluk-makhluk ini tak bisa menampakkan diri, bayangan mereka hanya terpantul karena pengaruh Danau Hantu.
Siluet-siluet hantu gentayangan yang menakutkan ini mengelilingi sang pemilik perkebunan, menghalangi segala sesuatu yang berusaha mendekat.
Adapun tombak merah yang tertahan di udara itu terjadi karena bilah tombak telah menembus tubuh belasan hantu gentayangan, sementara puluhan hantu lainnya mencengkeram tubuh tombak. Kombinasi ini membuat tombak mendapat pembatasan besar. Gerakannya yang sesekali maju beberapa inci pun hanya karena tombak itu membawa kutukan "kehilangan keseimbangan berarti kematian".
Demikian pula, Wilayah Hantu dari api hantu dan mata hantu terhalang karena adanya siluet-siluet mengerikan ini.
Meski hantu tak terlihat, hal-hal gaib yang melilit tuan perkebunan ini benar-benar asli.
"Seorang Pengendali Hantu bisa mengendalikan begitu banyak hantu gentayangan?" Mata Yang Jian menyipit tajam melihat ini.
Namun tuan perkebunan tak memberi kesempatan Yang Jian untuk berspekulasi. Dia melangkah ke arah Yang Jian, gemuruh langkah kaki padat bergema di sekelilingnya. Seluruh kastil bergetar saat ini, seolah ribuan arwah dan hantu gentayangan membanjir keluar, memblokir segala sesuatu di sini.
Refleks Yang Jian ingin maju selangkah, tapi mendapati tubuhnya seolah terhambat. Dinding tak kasat mata menghadang arah langkahnya.
Saat mencoba mencari jalan lain dari sisi berbeda, hasilnya tetap sama.
Ketika hendak mengaktifkan Wilayah Hantu, pandangan mata hantu-nya justru terdistorsi. Hanya siluet-siluet mengerikan yang tampak samar berkumpul, karena kepadatan hal-hal gaib menutupi seluruh pandangan.
Segala penjuru dipagari tembok, bahkan area atas kepala dan bawah kaki pun demikian.
Yang Jian seperti terjebak dalam kurungan yang semakin mengecil. Ia terikat erat, tak bisa bergerak.
"Biarkan kepalamu kukepruk sampai remuk."
"Tuan Perkebunan saat ini tiba-tiba memegang tongkat hitam yang entah dari mana muncul. Pada tongkat itu terukir banyak lekuk wajah orang yang mengerikan. Tongkat ini terasa sangat berat, bahkan hanya dengan menyentuh lantai, permukaannya langsung hancur berkeping-keping."
Jelas terlihat, ini adalah senjata gaib yang mengerikan.
Tuan Perkebunan tidak mendekati Yang Jian. Mungkin dia merasakan Yang Jian masih menyimpan strategi lain, atau mungkin mengira ini adalah jebakan.
Seorang komandan tim tidak akan mudah dibatasi seperti itu.
Karena itu dia hanya melemparkan tongkat hitam itu begitu saja ke arah Yang Jian.
"Coba saja, bisakah kau menghindar sekarang?" Suara parau Tuan Perkebunan menggema.
Tongkat hitam itu meluncur dengan lintasan yang mudah ditebak. Asalkan Yang Jian bisa bergerak, pasti bisa menghindar dengan mudah.
Tapi ketika tongkat itu benar-benar mendekat, Yang Jian hanya memaksakan diri menyamping. Meski melakukan gerakan menghindar, tidak sepenuhnya berhasil.
Bahunya terkena hantaman.
Begitu tersentuh ringan, bagian bahunya langsung menghilang berubah menjadi debu. Fenomena ini terus menyebar sepanjang lukanya. Tubuhnya mengalami pelapukan dengan kecepatan yang tak terbayangkan. Dalam belasan detik, seluruh tubuhnya akan menjadi tumpukan debu tanpa sisa.
"Tampaknya ini bukan aktingmu. Kalau begitu, hilanhlah begitu saja." Tuan Perkebunan tetap berdiri dingin di tempatnya, masih tidak mendekat, hanya menunggu Yang Jian musnah.
