Pagi hari kedua.
Lantai teratas Gedung Ning'an.
Seluruh barang di lantai ini telah dikosongkan, tidak ada yang tersisa. Hanya ada meja bundar kosong, di sekelilingnya hanya ditempatkan dua belas kursi yang sesuai untuk dua belas komandan tim.
Yang Jian, He Yue Lian, dan Lin Bei yang bertiga telah duduk.
Sebenarnya ini bukan lantai teratas Gedung Ning'an yang sebenarnya, melainkan berada dalam dunia cermin Lin Bei.
Realitas dan dunia gaib tumpang tindih. Lantai teratas yang sebenarnya tetap eksis di dunia nyata, itu adalah lantai kantor khusus Wang Chaling. Namun di lantai itu, kehadiran Yang Jian dan yang lain tidak terlihat.
Rapat penting seperti ini mustahil diadakan di dunia nyata, karena sekarang adalah masa-masa khusus. Informasi tentang perkumpulan dua belas komandan tim mutlak tidak boleh bocor. Meski pada akhirnya mungkin tidak bisa disembunyikan, tetapi menyembunyikannya selama satu dua hari tetap bisa memberikan pengaruh besar pada situasi.
Saat ini, Gedung Ning'an belum diblokir, masih mengizinkan orang masuk dan keluar. Namun orang yang masuk-keluar Gedung Ning'an selamanya tidak mungkin mencapai dunia cermin.
Hanya orang tertentu yang akan disaring oleh Lin Bei untuk masuk.
"Yang Jian, Wang Chaling datang. Dia mungkin sudah menjadi Pengendali Hantu, aroma di tubuhnya tidak normal." Lin Bei menggerakkan tatapannya, merasakan kehadiran orang yang familiar memasuki gedung ini.
He Yue Lian bertanya, "Di sini masih bisa mencium aroma di tubuhnya?"
"Orang dengan kekuatan gaib dan orang biasa sangat mudah dibedakan bagi Pengendali Hantu. Ini bukan masalah. Kalau kau lebih sering kontak, pasti bisa langsung melihat."
"Lin Bei berkata, dia tahu He Yue Lian tidak sengaja mengejeknya. Karena He Yue Lian benar-benar anggota baru yang belum tahu banyak hal. Meski sebelumnya Sun Rui pernah mengajari, tapi kemampuan Sun Rui biasa saja, tak sebanding dengan pengalaman komandan tim yang lebih mumpuni."
"Aku kira dia menyetujui dengan cepat pasti ada pertimbangan lain di hatinya. Tak disangka benar-benar mengambil langkah ini, membuatku agak heran." Tatapan Yang Jian tenang saat berbicara.
"Wang Chaling memang menyetujui dengan cepat. Aku juga curiga ada tipu daya. Tampaknya dia telah membuat keputusan yang tepat." Lin Bei juga mengakui.
Saat ini.
Wang Chaling dan orang lain memasuki Gedung Ning'an. Tapi begitu masuk, dia langsung menyadari pemandangan di aula utama telah berubah total. Semua orang di sekitar menghilang. Seluruh gedung terasa sepi secara mengerikan. Bahkan tata letak gedung pun berubah, banyak area yang terasa asing.
Namun yang paling mencolok adalah lift dengan lampu menyala dan pintu terbuka. Lift ini langsung menuju lantai teratas tanpa berhenti di tengah jalan.
"Ini bukan dunia nyata lagi." Wang Chaling menyipitkan mata, menengadah ke arah ubun-ubun.
Seperti memandang langit, di ketinggian yang hampir tak terlihat, ada satu lantai yang sangat mencolok. Diselimuti cahaya lentera, terang berkilauan.
"Ulah tangan Yang Jian?" Dengan pertanyaan itu, dia memasuki lift di depannya.
Begitu masuk, pintu lift menutup. Kemudian dengan kecepatan luar biasa, lift melesat naik.
Hanya beberapa detik, ketika pintu lift terbuka kembali, mereka sudah tiba di lantai tertinggi gedung ini.
“Wang Chaling berjalan keluar, baru ia menyadari ini adalah lantai yang kosong, seharusnya terlihat redup, tapi sinar matahari di sekeliling bagaikan lampu sorot berkumpul ke sini, membuat aula rapat ini terlihat sangat gemerlap.”
“Selamat datang di dunia saya.”
“Lin Bei mengusap kepala botaknya sambil tersenyum lebar: ‘Bagaimana? Puas dengan tempat rapat yang katurunkan ini? Awalnya aku ingin lebih norak, menempatkannya di atas awan, tapi Yang Jian merasa itu terlalu berlebihan, akhirnya kubatalkan niat itu.’”
“Bagus, meski tampaknya berlokasi di Gedung Ning'an, sebenarnya sudah tidak berada di dunia nyata lagi. Kerahasiaannya cukup kuat.” Wang Chaling menyesuaikan kacamatanya sambil berkata.
“Topimu agak jelek.” He Yue Lian menatap tajam topi bulat hitam di kepalanya.
Yang Jian juga memeriksa: “Mengendalikan seekor hantu ditambah menggunakan barang gaib, terlalu ekstrim. Beban untuk tubuhmu sangat besar. Jika tidak mencapai keseimbangan, kecepatan kebangkitan hantu akan sangat cepat.”
Sekilas ia bisa melihat: topi yang dikenakan Wang Chaling di kepala, satu untuk melindungi tubuh, satu lagi untuk menjaga kesadarannya.
Tapi dua hal ini sama sekali tidak bisa mempertahankan keseimbangan. Di bawah kebangkitan hantu, kesadaran dan tubuhnya akan menerima erosi ganda.
Dengan kata paling sederhana: Wang Chaling yang melakukan ini tidak akan bisa bertahan lama.
"Wang Chaling tetap berwajah datar: "Serangan gelombang ini dari organisasi Raja tidak bisa kita lewati, kami semua tidak ada masa depan. Jika begitu, untuk apa saya mempertahankan nyawa? Jika bisa selamat melewati kali ini, saya yakin markas pasti akan mencari cara memperpanjang nyawa saya, membuat saya bertahan hidup. Yang Jian, kau setuju?"
Karena dia telah memihak markas, maka posisinya harus benar-benar lurus, tidak ada lagi pemikiran lain.
Tatapan Yang Jian bergetar lemah: "Kau komandan tim, markas juga tidak akan membiarkanmu tewas di tangan kebangkitan hantu gentayangan. Tentu saja, syaratnya kau harus membuktikan nilai dirimu, membuat markas merasa pantas berkorban untukmu."
"Tenang, saya akan melakukannya."
Wang Chaling mengangguk, mencari tempat lalu duduk.
Yang Jian melihat sekilas, tidak berkata lagi. Ia menarik kembali pandangannya, menghilangkan permusuhan.
Jika Wang Chaling benar-benar bersedia mempertaruhkan nyawa melawan organisasi Raja kali ini, atau bahkan berhasil menghabisi seorang pangeran, Yang Jian tidak akan pelit memberi kesempatan bertahan hidup. Lagipula, di tangannya masih ada dua ramuan obat herbal khusus dari pemberian pemilik toko obat terakhir kali.
Dia sudah mengujinya pada Liu Qi, sangat efektif. Benar bisa memperlambat waktu kebangkitan hantu gentayangan, menjadi penyelamat di saat kritis.
“Dalam situasi bisa menyelamatkan nyawanya sendiri, Wang Chaling yang mampu mengendalikan empat hantu baru dianggap benar-benar memasuki jajaran Pengendali Hantu papan atas. Bahkan di antara para komandan tim, dia termasuk yang termasyhur. Asalkan dia mengabaikan perlindungan hantu gentayangan untuk diri sendiri dan fokus membunuh musuh, kengerian dua hantu gentayangan era Republik itu akan sepenuhnya terungkap. Hasilnya pasti sangat mengejutkan.” Yang Jian berbisik dalam hati.
Setelah empat komandan tim mengambil tempat duduk, seiring berjalannya waktu, komandan tim baru lainnya mulai memasuki Gedung Ning'an.
Itu adalah He Yiner yang baru turun dari pesawat.
Dia memanggil taksi ke pintu gedung, saat ini mengerutkan kening dengan sedikit keraguan di hati: "Mengapa rapat penting ini diadakan di tempat yang begitu mencolok? Semua orang tahu Gedung Ning'an adalah kantor Wang Chaling. Pasti banyak mata-mata yang menyusup di dalamnya."
Meski ragu, He Yiner tetap memasuki Gedung Ning'an.
Tapi begitu masuk, dia langsung menyadari ini bukan lagi Gedung Ning'an yang sebenarnya. Dia telah memasuki dunia gaib asing yang membuatnya refleks waspada dan siaga.
"He Yiner, jangan panik. Ini adalah dunia gaibku. Naik lift ke atas, banyak yang sudah datang." Suara Lin Bei bergema dari lantai paling atas gedung, memenuhi aula lantai satu.
Memandangi aula yang kosong melompong, He Yiner pun paham. Dia mengangguk pelan dan menaiki lift.
Tak lama kemudian.
Pintu lift terbuka. He Yiner tiba di aula rapat.
“Sambil menyapu seluruh pandangan, semua adalah orang-orang yang terlihat familiar,” dia berkata, “Kapan perang dimulai? Aku sudah terlalu lama menahan diri terhadap mereka. Karena situasi ini, ada keluarga di sekitarku yang menerima pukulan berat. Dendam ini pasti akan kubalas.”
“Kau masih tetap pendendam. Tapi masalah ini tidak bisa terburu-buru, kalau tidak akan menyesal. Rapat komandan tim diadakan untuk mengatur aksi selanjutnya. Silakan duduk dulu,” kata Yang Jian dengan tenang.
He Yiner juga tahu ketergesaan tidak menyelesaikan masalah. Dia mencari tempat duduk dan melanjutkan, “Sejujurnya, jika kau tidak berhasil memburu seorang pangeran, aku sama sekali tidak akan ikut rapat ini. Aku akan mencari cara sendiri untuk balas dendam. Jika markas tidak setuju, bahkan aku akan mengundurkan diri dari jabatan komandan tim.”
“Dendam yang membara bisa dimengerti. Karena kau datang, artinya kau mau kooperatif dengan aksi ini. Aku akan memberimu sesuatu. Lagipula barang ini hanya berguna bagimu, tidak untuk siapa pun.”
Yang Jian mengangguk, lalu melemparkan sebuah cangkir teh tua.
He Yiner tertegun, setelah memastikan tidak ada masalah, langsung menangkapnya. Kemudian identitasnya sebagai Sang Pemanggil Arwah memberitahu bahwa cangkir tua ini adalah perantara untuk memanggil arwah pemiliknya.
Perantara seperti inilah yang sangat dia butuhkan saat ini, karena setiap perantara adalah peningkatan kemampuan.
“Cangkir ini milik siapa semasa hidupnya?” tanya He Yiner penuh rasa ingin tahu.
Sebab perantara biasa sama sekali tidak akan dianggap penting oleh Yang Jian, apalagi sengaja dikumpulkan untuk diberikan padanya.
Yang Jian berkata dengan tenang: "Di era Republik, pernah ada tujuh Pengendali Hantu termasyhur di lingkaran gaib. Ketujuh orang itu membentuk tim kecil yang bekerja sama menenangkan semua fenomena gaib di era itu, meninggalkan banyak kisah dan legenda. Cangkir teh ini pernah digunakan salah satu dari mereka, namanya Luo Qian. Aku lebih suka memanggilnya Tuan Pemakaman."
"Tuan Pemakaman Luo Qian, kurasa kau tidak asing dengannya. Orang tua mengerikan yang Zhang Xianguang panggil melalui ritual arwah saat bentrok terakhir kali itu adalah Luo Qian."
He Yiner menyempitkan matanya tajam: "Aslinya dia?"
Dia jelas juga punya sedikit pengetahuan tentang orang-orang era sebelumnya. Lagipula, ritual pemanggilan arwah terakhir adalah salah satu kartu truf Kota Taiping. Sekarang dengan mendapatkan cangkir teh ini, kartu truf yang habis terpakai itu telah ditambal kembali.
"Begitu ritual pemanggilan arwah Luo Qian berhasil, meski hanya bertahan sepuluh detik atau dua puluh detik, dia akan langsung mengubah jalannya pertempuran. Syaratnya kau harus menggunakannya, jangan pelit," kata Yang Jian dengan serius. "Kuharap cangkir teh yang kuberikan hari ini bisa menjatuhkan seorang pangeran nanti. Jika tidak, terlalu merugi."
"Tenang, akan kumaksimalkan nilai barang ini," He Yiner mengangguk. "Terima kasih banyak."
Yang Jian melambaikan tangan: "Di saat seperti ini, meningkatkan kemampuan tim di sisi kita yang paling penting. Tak perlu berterima kasih. Sekarang ini perang hidup-mati. Kita sama sekali tidak boleh kalah."
"Tentu saja," jawab He Yiner penuh keyakinan.
Tapi dengan kode nama Sang Pemanggil Arwah, dia memang punya keyakinan ini. Bisa jadi kartu as di tangannya cukup untuk membentuk tim Pengendali Hantu era Republik. Meski durasinya sangat singkat, begitu strategi ini digunakan, musuh pasti akan hancur.
Karena itu, Yang Jian tetap merasa tenang dengannya.
Tak lama kemudian.
Bersamaan dengan kedatangan lift, komandan keenam pun muncul.
Ini adalah orang asing yang berpenampilan biasa. Kerumunan hanya meliriknya tapi langsung lupa siapa dia. Secara refleks mereka waspada, bahkan situasinya mulai tegang seperti pedang terhunus.
"Saya Li Leping, penanggung jawab Kota Dachuan sekaligus komandan tim." Pria asing itu segera memperkenalkan diri.
Orang lain baru teringat: Benar ada komandan bernama Li Leping. Tapi mereka hanya mengingat namanya, tidak bisa mengingat wajahnya.
"Jangan panik, ini memang Li Leping." Yang Jian membuka mulut untuk memastikan, menghilangkan keraguan semua orang.
"Orang yang tak bisa diingat, inikah mengerikannya Hantu Lupa?" Wang Chaling berkata lembut.
Li Leping menjawab: "Dilupakan bukan hal baik. Karena dilupakan sama dengan kematian terbesar. Kalian tak akan pernah paham perasaan ini."
"Saya mengerti." He Yiner mengangguk pelan.
"Eh, siapa namamu tadi?" Lin Bei mengusap kepala botaknya bertanya lagi.
Li Leping: "......"
Beberapa saat kemudian, Liu San datang.
"Maaf, Kapten Yang, agak terlambat. Tapi syukurlah belum." Liu San menyapa Yang Jian dengan senyum kaku.
He Yiner melirik ke arahnya, mendengus dingin perlahan menunjukkan ketidakpuasan.
"Hubungan bermusuhan antara mereka berdua sudah diketahui semua orang. Liu San pun tidak marah, hanya menyapa dengan senyum kaku lalu duduk."
"Tak terlambat. Tapi yang datang kali ini wujud asli atau Manusia Kertas?" tanya Yang Jian langsung.
Liu San menjawab terus terang: "Jujur saja, yang datang kali ini Manusia Kertas. Kapten Yang, jangan salah paham. Bukan aku tak mau datang, tapi sedang menyelidiki sesuatu di Kota Dadong terkait organisasi Raja. Jadi sementara kuutus Manusia Kertas agar rapat tak tertunda. Jika Kapten Yang keberatan, wujud asliku bisa segera datang."
"Tak perlu. Manusia Kertas pun tak masalah bagimu. Yang penting rapat, bukan berkelahi. Jika ada informasi penting dari penyelidikanmu, segera laporkan." Yang Jian melambaikan tangan memberi isyarat.
"Terima kasih atas pengertiannya. Penyelidikan ini sangat krusial. Percaya akan ada hasil memuaskan." kata Liu San dengan sungguh-sungguh.
Seberani apa pun dia bercanda, tak mungkin berani melakukannya di hadapan belasan komandan tim lainnya.
Tak ada satu pun komandan tim yang bisa dianggap remeh. Masing-masing mengerikan.
Dengan kedatangan Liu San, jumlah komandan tim di meja rapat termasuk He Yue Lian sudah mencapai tujuh orang.
Lewat lagi belasan menit.
Tiba-tiba Cao Yang muncul dengan wajah muram dan perasaan tak enak.
"Yang Jian, maaf agak terlambat. Terakhir bentrok dengan organisasi Raja sampai terluka. Jadi akhir-akhir ini menghilang. Tapi rapat komandan tim tetap kuhadiri."
Cao Yang menjelaskan alasan menghilangnya belakangan ini, agar tak disangka tak berkontribusi lagi.
"Tak apa. Bukan hanya kau yang diserang. Banyak komandan tim juga mengalami kerugian tertentu." kata Yang Jian.
Manusia Kertas milik Liu San tersenyum dingin: "Satu anggota tim terpercaya saya dibunuh, aku tidak akan melepaskan satu pun anggota organisasi Raja. Aku akan membunuh mereka sampai menyesal."
"Asistenku Wang Quan juga tewas."
Wajah Cao Yang masih suram. Ia duduk, hatinya terikat dendam—tidak hanya marah karena lukanya sendiri, tapi lebih karena kematian orang di sekitarnya.
"Jadi, inikah kapten pengganti Zhang Jun yang mati?" tanyanya sambil menahan amarah, memandang He Yue Lian dengan tatapan penuh tanya.
Di sini hanya dirinya yang paling asing.
"Pengendali Lukisan Hantu, He Yue Lian. Kalian semua sudah tahu. Benar, dia kapten baru pengganti. Dalam bentrok dengan organisasi Raja ini, kita tak boleh kalah jumlah. Jika ada kapten mati, wajib ada pengganti baru agar tak jadi bahan lelucon."
Yang Jian berkata: "Tapi statusnya dirahasiakan. Organisasi Raja saat ini sama sekali tak tahu keberadaan He Yue Lian. Kerahasiaan ini tak perlu lama-lama. Setelah aksi pertamanya nanti, dia akan terbongkar. Semoga efek kejutannya bisa muncul."
"Aku paham. Tak ada keberatan dengan penunjukannya sebagai kapten," Cao Yang mengangguk.
Ia juga tahu kemampuan organisasi Raja. Saat ini perlu segera menambah personel. Asal Pengendali Hantu yang berada di pihak kita—tak peduli dari markas atau bukan—mau membantu, harus diterima.
Yang lain tak berkeberatan setelah mendengar penjelasan Yang Jian.
"Pengendali kekuatan gaib Lukisan Hantu, sekedar menyebut reputasinya saja sudah cukup membungkam mulut semua orang. Tak ada yang meragukan apakah He Yuelian memiliki kemampuan setara komandan tim, apalagi sebelumnya banyak dari kita yang terlibat dalam peristiwa Zhang Xianguang."
Setelah Cao Yang duduk, jumlah komandan tim mencapai delapan orang.
Masih tersisa Li Jun, Lu Zhiwen, Wei Jing, dan Zhou Deng yang belum datang.
Di antaranya, Wei Jing mustahil muncul lagi. Dia masih terkubur di dalam Kantor Pos Hantu. Secara ketat, hanya tersisa tiga komandan tim.
"Bisakah Li Jun menghadiri rapat kali ini?" He Yiner tak bisa menahan diri untuk bertanya.
"Katanya sudah hidup kembali, tidak tahu apakah bisa pulih sepenuhnya," kata Lin Bei.
Menyelamatkan Li Jun bukan hal sulit. Kesulitannya terletak pada bagaimana membuatnya memiliki kemampuan setara komandan tim. Perlu diketahui, dalam peristiwa terakhir Li Jun telah kehilangan semua kekuatan gaibnya, hanya menyisakan selembar kulit manusia retak.
