Meski Yang Jian tidak berhasil mencegat anggota organisasi Raja di Kota Dafu, dia berhasil menyelamatkan penanggung jawab Ma Jun. Bisa dibilang tidak pulang dengan tangan kosong.
“Tidak seharusnya membuang waktu untuk menyelidiki pelaku kejahatan yang menyerang Ma Jun. Ada firasat, malam ini banyak hal akan terjadi. Anggota organisasi Raja bertindak terencana. Tampaknya mereka tak sabar, tak ingin menggantungkan semua harapan pada Kapal Hantu. Mereka ingin mempercepat aksi untuk melemahkan kekuatan kita.”
"Tapi mereka tak menyangka kami para komandan tim telah berkumpul di Kota Dadong untuk mengantisipasi serangan. Andai mereka tahu kami telah mengaktifkan rapat komandan tim kedua, pasti anggota organisasi Raja tak berani menyentuh Ma Jun di depan mata kami. Ini adalah krisis sekaligus kesempatan."
“Jika menghadapi dengan baik, gelombang ini bisa membuat anggota organisasi Raja menderita kerugian besar.”
Yang Jian saat ini berdiri di lantai teratas sebuah gedung di Kota Dadong, ia merenung sendirian. Seiring berlalunya waktu, penilaiannya terhadap situasi terkini semakin jelas.
Ia berpikir serangan terhadap Ma Jun bukanlah hal buruk, malah merupakan tindakan baik. Tindakan lawan ini membuktikan Rencana Banjir Besar telah berhasil, membuat organisasi Raja tak berani menggunakan strategi mutual destruction, mereka juga takut tempat tinggal mereka dipenuhi peristiwa supranatural.
Kini dengan aksi mereka, kesempatan markas besar tiba.
Memikirkan ini, ia langsung kembali ke lantai paling atas Gedung Ning'an.
Semua komandan tim yang tersisa berkumpul di sini. Mereka tidak bergerak sembarangan, tapi telah mempersiapkan diri untuk memberikan bantuan kapan saja.
"Yang Jian, bagaimana situasi di Kota Dafu?" Lu Zhiwen langsung bertanya.
He Yiner juga berkata: "Apakah berhasil menangkap anggota organisasi Raja? Sudahkah kalian membunuh mereka?"
Yang Jian tidak ragu-ragu, segera menjelaskan situasi Kota Dafu secara singkat: "Fakta bahwa lawan berani menyerang penanggung jawab Kota Dafu Ma Jun membuktikan mereka sama sekali tidak tahu para komandan tim kami telah berkumpul dengan sukses dan menyiapkan pertahanan. Hanya saja aksi mereka lebih cepat selangkah, membuat kami mengalami kerugian. Malam ini kami wajib melakukan pembelaan diri karena pihak lawan pasti akan bertindak lagi."
"Pihak lawan sedang panik," kata Wang Chaling sambil menyentuh kacamatanya dan berdiri, "Organisasi Raja tak ingin mempertaruhkan segalanya di pertarungan akhir. Dengan sebelas komandan tim berkumpul melawan empat belas pangeran, hasilnya belum pasti. Apalagi kita punya Rencana Banjir Besar sebagai senjata balasan. Tindakan Yang Jian membunuh seorang pangeran sebelumnya juga meluluhkan kepercayaan diri mereka."
"Mereka menganggap transaksi ini sebagai kesempatan karena kita pasti akan mengirim banyak komandan. Ini sama saja memecah kekuatan yang susah payah kita kumpulkan. Kondisi ideal mereka adalah menipu kau juga, Yang Jian, dalam transaksi ini. Makanya kesimpulan Lu Zhiwen sebelumnya benar."
"Transaksi hanyalah kedok untuk menutupi aksi malam ini. Serangan Ma Jun baru permulaan. Penanggung jawab kota-kota lain juga dalam bahaya."
"Benar."
Lu Zhiwen mengangguk, "Inilah niat sebenarnya lawan. Karena kita belum terbongkar, hari ini adalah kesempatan terbaik untuk membalas."
"Yang Jian, tunggu apa lagi? Saatnya bertindak!" desak He Yiner sambil menatap tajam, tak sabar menunggu.
Yang Jian berkata, "Mereka ingin menghancurkan semua penanggung jawab kota dalam satu malam sebelum kita sempat bereaksi. Pasti setiap aksi akan dipimpin pangeran. Kita harus berkelompok dua orang. He Yiner dengan Zhou Deng, Wang Chaling dengan Lu Zhiwen. Saya dan He Yue Lian akan bertindak sendirian."
"Kau sendiri masih bisa kumengerti. Tapi dia?" He Yiner memicingkan mata ragu, "Meski kekuatan gaib Lukisan Hantu mengerikan, tapi dia masih pendatang baru."
“Bisa atau tidak, lewat malam ini kita akan tahu.” Yang Jian berkata.
Lu Zhiwen kali ini mengeluarkan sebuah peta, lalu menunjuk ke atasnya: "Saya tidak keberatan dengan pengaturan Yang Jian, malam ini lebih baik semua komandan tim disebar untuk mencari anggota organisasi Raja. Asal kita bisa menghabisi satu raja mereka, hari ini kita tidak akan merugi. Saya dan Wang Chaling akan berangkat dari Kota Dadong, bergerak mengikuti rute ini."
Dia menggoreskan garis rute di peta dengan jarinya. Rute ini melewati beberapa kota kecil dan menengah, setiap kota berpotensi bertemu anggota organisasi Raja.
“Saya akan mengambil jalur dari sini.” He Yiner mengulurkan tangan menggambar garis di peta.
He Yue Lian berkata: “Kalau begitu saya bertanggung jawab di area Kota Da Ao. Wilayah Hantu saya sangat luas, wilayah ini serahkan saja pada saya, tidak masalah.”
“Saya akan menuju ke arah Kota Dahai. Di sekitar Kota Dafu ada Li Jun dan Liu San, saya yakin wilayah itu juga aman.” Yang Jian melanjutkan: “Jika butuh bantuan segera hubungi saya atau He Yue Lian. Kecepatan respons kami yang tercepat, bisa tiba dalam waktu singkat.”
“Semua sudah disebar, bagaimana dengan Cao Yang dan Lin Bei? Apa mereka tidak apa-apa?” He Yiner bertanya lagi.
Yang Jian menjawab: “Kalau ada masalah mereka harus tanggung sendiri. Tindakan tiga komandan tim lebih aman daripada kita di sini. Jangan ragu-ragu, segera bertindak. Setiap menit keterlambatan bisa berarti satu nyawa penanggung jawab melayang.”
“Lu Zhiwen, ikut saya.” Wang Chaling segera menggunakan kekuatan gaib. Di belakangnya muncul bayangan hitam-putih seorang orang tua mengerikan.
Wilayah Hantu menyelimuti, Wang Chaling dan Lu Zhiwen menghilang tanpa bekas.
“Aku juga pergi.” Sosok He Yue Lian menghilang dari pandangan. Dia sangat familiar dengan situasi di Kota Da Ao dan memilih rute yang cukup baik.
He Yiner melirik Zhou Deng: "Kau punya Wilayah Hantu?"
"Tentu ada, kau meremehkan siapa ini." Kata Zhou Deng.
"Bagus, mari berangkat." Ucap He Yiner.
Yang Jian tiba-tiba berkata: "Zhou Deng, tunggu sebentar."
"Ada apa?" Zhou Deng menghentikan langkahnya lalu bertanya.
Yang Jian menjelaskan: "Dalam kondisi apapun kau harus melindungi keselamatan He Yiner. Dia adalah Sang Pemanggil Arwah yang sangat penting bagi markas. Jika mayat Zhang Jun berhasil dibawa pulang oleh Cao Yang, He Yiner bisa memanggil arwahnya kembali. Begitu juga jika komandan tim lain mati, barang peninggalan mereka akan menjadi media He Yiner. Dengan begitu tim kita akan tetap utuh dan situasi tidak akan terlalu buruk."
"Aku paham. Tenang saja, aku tak akan biarkan dia mengalami musibah." Zhou Deng mengangguk khidmat.
Yang Jian berkata: "Aku percaya padamu, makanya kusuruh He Yiner membentuk tim denganmu."
Zhou Deng tertegun mendengar ini, seolah tak menyangka Yang Jian memberinya kepercayaan sebesar ini. Mungkinkah karena pengalaman hidup-mati bersama di rumah kuno dulu?
Tapi waktu itu dirinya justru sering menimbulkan masalah.
"Aku juga harus berangkat lagi." Setelah mengingatkan beberapa hal, Yang Jian membelalakkan mata hantunya dan menghilang tanpa bekas.
He Yiner melihat Yang Jian pergi, lalu melirik dan berkata, "Kau lebih baik merawat diri sendiri dulu. Jangan kira aku tidak tahu, jabatan komandan timmu itu hasil nepotisme. Tapi kuingatkan, jangan sampai kau menghambatku, kalau tidak, aku tak akan sungkan padamu."
"Ya, ya, kau benar. Ayo kita pergi. Jangan ragu-ragu lagi." Zhou Deng tak ingin berdebat dengan wanita itu. Ia buru-buru membawa He Yiner menghilang di dalam Gedung Ning'an.
Saat ini, semua komandan tim bergerak untuk mencegat aksi organisasi Raja malam ini.
Meskipun anggota organisasi Raja tidak mengetahui rencana ini, para komandan tim sangat menyadari bahwa kali ini mungkin akan terjadi pertarungan sengit.
Yang Jian mengambil inisiatif. Wilayah Hantu-nya bergerak cepat, langsung menuju kota kecil tak mencolok sesuai rute yang telah ditetapkan.
Kota kecil ini bahkan tidak memiliki penanggung jawab yang dikirim, namun Mata Hantu-nya berhasil mendeteksi Pengendali Hantu yang terselubung.
Tidak banyak, hanya tiga orang.
Ketiganya berkumpul di sebuah atap, menyalakan api unggun, sedang mendiskusikan sesuatu yang tidak jelas.
"Anggota organisasi Raja ini gila, berani memulai serangan ke penanggung jawab kota malam ini. Aku bergabung hanya untuk mencari pelindung, bukan ingin terlibat dalam kekacauan ini."
Seorang pemuda dengan wajah suram berwarna abu-abu kematian menggelengkan kepala, mengeluarkan keluh kesah.
“Sejak zaman dulu, yang pertama mati dalam perang pasti tentara yang dikorbankan. Kami bersembunyi di kota kecil ini yakin tidak akan ada bahaya. Di sini bahkan tidak ada penanggung jawab kota. Asal tetap rendah profil, tidak ada yang akan mengawasi kami. Orang-orang organisasi Raja juga tidak sempat mengurus apakah kami malas-malasan atau tidak.” Seorang rekan di sebelah ikut bicara.
“Benar, kami semua cuma makhluk rendahan. Asal bisa bersembunyi dengan baik, pasti tidak masalah.” Pengendali Hantu terakhir itu juga menyetujui pemikiran kedua rekannya.
Orang seperti mereka adalah contoh klasik 'tembok samping' di lingkaran gaib. Melihat organisasi Raja begitu kuat, langsung bergabung untuk mendapatkan lingkungan bertahan hidup. Tapi di dunia ini tidak ada makan siang gratis. Sebagai pengorbanan bergabung dengan organisasi Raja, hari ini mereka punya misi: menghabisi seorang penanggung jawab kota atau menciptakan peristiwa supranatural.
Tapi kemampuan mereka tidak cukup kuat untuk membunuh penanggung jawab, jadi mereka datang ke kota kecil ini mencoba membuat peristiwa gaib.
Tapi mereka tidak berencana membuat kekacauan sekarang. Berencana bersembunyi dulu, mengamati situasi. Jika terlalu polos, baru bertindak di akhir.
Namun tepat ketika ketiganya sedang berdiskusi dan bersiap menipu malam ini...
Api unggun yang menyala di depan mata tiba-tiba berubah warna, memancarkan cahaya hijau muda yang ganjil.
Api itu tidak lagi memancarkan panas, tapi mengeluarkan aura dingin yang menyeramkan.
Cahaya dingin ini ketika menyinari wajah ketiganya, terasa sakit menusuk seolah ingin membakar tubuh mereka.
“Ini... api hantu?” Pemuda dengan wajah suram itu tiba-tiba menyadari sesuatu yang tidak beres, mengingat kekuatan gaib yang cukup dikenal di lingkaran gaib.
Alasan familiaritas ini karena pengendali api hantu adalah Li Jun, yang juga seorang komandan tim.
Namun informasi mereka sudah ketinggalan zaman. Sekarang pengendali api hantu bukan Li Jun melainkan Yang Jian.
“Mungkinkah Li Jun yang datang? Cepat kita pergi.”
Ketiganya ingin segera melarikan diri.
Tapi sesaat kemudian, api hantu dalam api unggun tiba-tiba mengembang, seluruh atap terbungkus cahaya api hijau muda, langsung menelan ketiganya.
“Jangan bunuh saya! Saya bisa berikan informasi organisasi Raja! Kami juga tidak membuat masalah di sini, demi sesama anak bangsa...” Seseorang menjerit kesakitan, tubuhnya cepat menghitam, namun hingga akhir masih mencoba merayu.
Karena api hantu seperti ini sama sekali tidak bisa mereka lawan.
Namun dalam gelapnya malam, sekitar sunyi senyap. Tak ada yang menanggapi rayuan itu.
Ketiganya akhirnya menjadi tiga mayat hangus, lalu ditelan genangan air yang muncul dari lantai.
Setelah menelan tiga mayat...
Di suatu sungai dekat kota luar negeri, tiga hantu gentayangan melepaskan diri dari belenggu air sungai yang dingin dan muncul ke daratan.
“Danau Hantu sudah penuh. Sebanyak hantu yang ditenggelamkan sekarang, sebanyak itu pula harus dilepaskan.” Dengan pemikiran ini, Yang Jian pergi dari sini untuk terus mencari anggota organisasi Raja.
Bahkan anggota biasa pun tidak rencananya dia lepaskan.
"Jika melewatkan malam ini, bahkan Yang Jian sendiri tidak jelas apakah masih ada kesempatan untuk menghantam telak organisasi Raja."
"Sebaiknya menangkap seorang pangeran lalu menghabisi mereka, kalau tidak aku yang akan merugi." Pikiran Yang Jian berputar cepat.
Di saat yang bersamaan.
Li Jun membawa Manusia Kertas milik Liu San melakukan pelacakan. Dengan persepsinya, akhirnya di sebuah kota kecil mereka berhasil mencegat beberapa orang.
"Tidak, mereka sudah menemukan kita. Mereka sengaja menunggu di sini. Li Jun, kau harus hati-hati." Liu San berbisik dengan suara rendah.
Di tengah jalan raya sepi kota kecil itu.
Seorang pria asing berkumis tidak terurus dengan topi koboi berdiri tak bergerak, sudut bibirnya menyungging senyum mengerikan.
"Pelayan, kau seharusnya tidak mengejar kemari. Lagipula sesuai rencana, aku tidak bermain melawan komandan tim hari ini."
