Meski tahu kekuatan gaib di Kapal Hantu sangat menakutkan, tak disangka Ye Zhen ternyata tumbang dengan mudah, langsung diseret hantu ke dalam ruangan, bahkan tanpa sempat melawan.
"Seharusnya tidak apa-apa." Yang Jian mengerutkan kening sambil menunggu di luar ruangan.
Menurut pemahamannya tentang Ye Zhen, hantu di kamar pertama ini seharusnya belum mampu membunuhnya. Tapi segala sesuatu ada pengecualian, apalagi di kapal ini semua kekuatan gaib dibatasi sangat ketat. Gangguan gaib seperti ini memang bisa menimbulkan masalah.
Tapi Yang Jian tidak buru-buru turun tangan. Ia berencana mengamati situasi dulu.
Setelah belasan detik, tiba-tiba terdengar suara Ye Zhen dari ruangan gelap itu. Ia berteriak marah: "Menyergap saat lengah, keterlaluan!"
Kegelapan dalam ruangan mulai cepat menghilang, memperlihatkan kondisi aslinya.
Tampak sebuah ruangan yang telah lama ditinggalkan. Di lantainya berserakan anggota badan yang sangat membusuk, masih berkedut-kedut. Tapi permukaannya penuh retakan, seolah menerima pukulan berat. Beberapa lengan yang tidak utuh bahkan sudah lenyap.
Akhirnya di dalam ruangan hanya tersisa seonggok mayat yang membusuk, tidak utuh, dan remuk. Saat ini, Ye Zhen berdiri di sana sambil terengah-engah memegang pedang panjang yang melengkung, berlumuran tanah makam, serta kotor dan usang. Matanya memancarkan kemarahan.
"Sepertinya kau baik-baik saja. Dengan begini saya tak perlu membantumu. Jangan buang waktu, mari periksa kamar kedua." Kata Yang Jian sambil tampak lega.
"Ini tidak bisa! Amarah di hatiku belum mereda. Bagaimana mungkin saya melepaskan hantu ini dengan mudah?" Ujar Ye Zhen sambil terus menatap mayat yang sudah remuk di lantai.
Meski hantu sudah dibongkar, tapi makhluk itu tidak akan mati. Hanya butuh waktu sampai arwah itu terbangun kembali, dan ruangan ini akan kembali diselimuti kegelapan.
"Kecuali kau ingin mengendalikannya, kalau tidak mustahil kau bisa membunuh hantu ini. Membuang waktu di sini tidak ada gunanya." Kata Yang Jian.
Dengan serius Ye Zhen menjawab: "Kalau begitu bawa saja pergi. Nanti saat saya bosan akan saya pakai untuk latihan tinju. Sang Ye tidak akan membiarkan penghinaan ini begitu saja! Saya akan menyiksanya selama dua puluh tahun!"
Sambil bicara, dia mengeluarkan sesuatu dari tubuhnya - sebuah guci tanah liat. Tidak jelas sebelumnya berisi apa, permukaannya masih ada bekas darah pekat kehitaman. Dari dalam guci terdengar suara-suara ganjil, dan saat dibuka sedikit, helai-helai rambut hitam mulai merembes keluar.
"Ini barang gaib... Dan di dalamnya ada hantu gentayangan? Seperti kantung kulit manusia yang melekat pada Cao Yang itu?" Tatapan Yang Jian tertuju pada guci tanah liat itu.
Ye Zhen saat ini dengan serius memasukkan hantu di ruangan ini sedikit demi sedikit ke dalam guci keramik ini. Meski guci ini tidak besar, namun memiliki beberapa karakteristik barang gaib. Tak peduli seberapa banyak diisi, guci kecil ini tak bisa terisi penuh.
"Selesai."
Tak lama kemudian, setelah memasukkan potongan mayat terakhir, Ye Zhen menepuk tangan dengan puas sambil mengangguk.
"Dari mana kau dapat benda ini? Sepertinya cocok untuk menyimpan hantu," tanya Yang Jian.
Ye Zhen menjawab santai: "Kudapat dari penggalian di Taman Fushou. Kau juga tertarik? Gampang, kapan-kapan datang ke Kota Dahai-ku, akan kubawa ke Taman Fushou berburu harta. Pasti bisa kau temukan barang yang kau suka."
"Taman Fushou? Lebih baik tidak. Aku tidak terlalu suka tempat itu, biar kau saja yang terus menggali." Wajah Yang Jian langsung merah padam.
Tempat itu dipenuhi makam-makam kuno tak berujung, diduga berkaitan dengan Tuan Pemakaman Luo Qian. Banyak makam tua berisi hantu gentayangan. Begitu digali, arwah-arwah itu akan bebas, langsung bangkit dan membunuh. Sangat berbahaya. Mencari barang gaib di sana ibarat masuk toilet bawa lentera - cari mati.
"Hanya karena kukanggap kau partner yang bisa jadi lawan maupun kawan, kau kuiundang ke Taman Fushou. Orang lain takkan kuperbolehkan masuk. Tempat itu adalah harta karun, dan aku Sang Ye adalah pemburu harta. Jarang-jarang kubagikan ini padamu, tapi kau malah tak menghargai. Sungguh mengecewakan." Ye Zhen menggelengkan kepala tak bisa menahan decak kagum.
"Kau setiap hari berburu harta di Taman Fushou?" Ekspresi Yang Jian aneh saat menatapnya.
Ye Zhen berkata: "Juga tidak setiap hari pergi, seminggu total tiga empat hari menggali harta di sana."
"……" Yang Jian saat ini tidak tahu harus mengatakan apa.
Untunglah Ye Zhen memiliki kemampuan tumbal yang tidak takut mati, dengan ribuan kesempatan trial and error, sama sekali tidak khawatir menggali hantu gentayangan mengerikan yang akan membunuhnya. Jika diganti dengan Pengendali Hantu lain yang berhadapan dengan lahan pemakaman Taman Fushou, mungkin mati tanpa tahu bagaimana caranya.
Tapi ini juga keunggulan Ye Zhen, iri pun tak berguna.
"Sudah, jalan." Yang Jian tak ingin bicara lagi. Dia berbalik menuju kamar kedua.
Pintu kamar kedua terbuka, di dalamnya juga telah ditinggalkan bertahun-tahun. Tapi melalui beberapa fasilitas terlihat sejak dini hari sepertinya ada yang pernah tinggal di sini. Yang Jian melihat ranjang, cangkir teh dan barang sejenisnya di dalam ruangan. Barang sehari-hari ini cukup menunjukkan bahwa kapal ini awalnya bukan Kapal Hantu. Sebelumnya mungkin juga kapal biasa dengan awak yang tinggal, akhirnya hanya tak diketahui alasan apa menjadi tersimpan hal gaib sehingga berubah menjadi Kapal Hantu.
Yang Jian dengan serius menyapu seluruh pandangan, akhirnya matanya menyempit tajam. Di atas ranjang tua itu terlihat sebuah benda.
Sebuah mangkuk porselen biru-putih bergaya kuno tapi sangat baru. Mangkuk itu diletakkan di sana terlihat tak selaras dengan lingkungan sekitar.
"Ini bukan mangkuk, tapi seekor hantu. Karakteristik Kapal Hantu membatasi hantu gentayangan, membuat banyak arwah penasaran tertidur pulas. Mangkuk ini adalah wadah penyimpanan hantu gentayangan. Hanya saja aku dan Ye Zhen tidak memicu aturan membunuhnya, jadi hantu ini belum muncul." Yang Jian segera menilai situasi.
"Tapi di sini tidak ada kemudi kapal, harus lanjut ke ruangan berikutnya untuk mencari."
Setelah mengamati dengan serius di depan pintu tanpa hasil, dia akhirnya memutuskan pergi.
"Langsung pergi? Tidak mau masuk lihat-lihat?" Ye Zhen tampak bingung, tapi dengan keberanian dan keahliannya, dia memasuki kamar kedua.
Begitu masuk, Ye Zhen mengayunkan kakinya menendang-nendang seenaknya bagai bandit masuk desa: "Kalau tidak mengobrak-abrik dengan teliti, mana mungkin menemukan kemudi yang hilang? Yang Wudi, meski jago berkelahi, soal otak, jujur kau kalah dengan Sang Ye."
Sambil berbicara, Ye Zhen langsung mengangkat ranjang berdebu puluhan tahun, ingin melihat isinya. Hasilnya nihil, malah membuat mangkuk porselen biru-putih di ranjang itu jatuh.
Ye Zhen tentu melihat mangkuk itu, lalu menyambarnya: "Aku tak tertarik dengan mangkuk jelek ini. Kau mau? Bisa kuberikan."
"Tidak perlu. Ini benda tak bersih. Jangan sembarangan disentuh atau dibawa-bawa. Jangan cari masalah selama ini." Yang Jian menatap tajam mangkuk di tangan Ye Zhen.
“Sang Ye tidak mencari masalah, tapi juga tidak takut masalah. Benda ini berani menggangguku, langsung kuhancurkan.” Ye Zhen melempar mangkuk keramik itu dengan santai setelah bicara.
Mangkuk keramik jatuh ke lantai mengeluarkan suara nyaring, namun benda yang tampak rapuh ini tidak pecah. Kekuatan gaib yang tersimpan di dalamnya memberi karakteristik di luar nalar.
Melihat ini, Yang Jian berpikir dalam hati: Dengan karakter seperti Ye Zhen, jika bukan karena kemampuan tumbalnya, mungkin sudah lama mati. Mustahil bisa hidup sampai sekarang.
Ia menggelengkan kepala, lalu melanjutkan penjelajahan ke kabin kapal untuk mencari kamar ketiga.
Persis saat Ye Zhen baru saja melangkah keluar dari ruangan ini.
Mangkuk keramik yang terbalik di lantai perlahan terangkat sedikit, memperlihatkan celah. Dari balik celah itu, sepasang mata suram menatap punggung Ye Zhen yang semakin menjauh, seolah ingin mengukir sosok ini selamanya.
Tapi tak lama kemudian, mangkuk itu kembali tertutup. Pengaruh gaib Kapal Hantu membatasi gerak hantu, hanya memungkinkannya muncul sesaat.
Namun pembatasan ini tidak abadi. Karena Kapal Hantu kini dikendalikan anggota organisasi Raja, mereka akan membuka batasan ini setelah kapal merapat.
Saat itu, seluruh hantu gentayangan di kapal akan bangkit, membawa teror yang tak terbayangkan.
Tiba di kamar ketiga.
Ruangan ini pintunya tertutup rapat, tetapi kondisinya masih terawat baik tanpa tanda-tanda peretasan.
"Aku yang buka pintu."
Yang Jian melirik Ye Zhen dengan wajah khawatir berkata.
"Tidak apa-apa, aku tidak keberatan." Ye Zhen menjawab.
Yang Jian hanya tidak ingin Ye Zhen membuka pintu secara kasar yang mungkin memicu serangan hantu dan masalah tak diinginkan.
Dia memegang gagang berkarat lalu mengerahkan kekuatan gaib Bayangan Hantu.
Dorongan perlahan.
Sesaat kemudian, pintu yang terkunci rapat itu perlahan terbuka.
Terlihatlah sosok mumi tergeletak di meja dekat jendela, tangan kirinya masih memegang kuas seolah sedang menulis sesuatu sebelum akhirnya tewas dalam serangan gaib.
"Ini mayat biasa, bukan hantu." Mata Hantu Yang Jian berkedip sebentar, memindai ruangan dengan heran.
Ruangan ini langka karena bebas dari entitas kotor, termasuk area relatif aman di Kapal Hantu. Meski mumi itu menyeramkan, ia hanya bisa menakut-nakuti tanpa bisa bertindak.
"Tidak ada kemudi, lanjut ke ruangan berikutnya." Ye Zhen bersandar di pintu sambil melipat lengan.
"Tidak usah buru-buru."
Yang Jian memberi isyarat, mendekati mumi itu dan mengambil buku catatan usang di depannya.
"Ini catatan pelayaran yang ditinggalkan semasa hidupnya. Huruf-hurufnya masih jelas, tidak ada kerusakan sama sekali."
“Dia membuka buku catatan itu secara acak. Dari informasi yang tercatat, kapal ini bernama Splendor, sebuah kapal pesiar yang berlayar seratus tahun lalu. Namun dalam pelayaran terakhirnya, setelah melewati kabut tipis, berbagai peristiwa aneh mulai terjadi di kapal. Penumpang kapal pun satu per satu menemui ajal...”
“Hasil akhirnya jelas. Splendor yang terperangkap dalam peristiwa gaib akhirnya berubah menjadi kapal hantu tanpa awak. Semua penumpang di atasnya tewas mengenaskan.”
“Mumi di ruangan ini dulunya adalah kepala awak kapal. Dia cukup beruntung bisa bersembunyi di sini dan bertahan hidup selama tujuh hari penuh. Tapi di malam ketujuh, nasib malang akhirnya menimpanya.”
“Tidak ada informasi berguna. Orang ini saat masih hidup tidak menyelidiki kapal, hanya bersembunyi saat situasi memburuk lalu menulis catatan ini. Sebagian besar isinya hanya doa dan luapan emosi putus asa.” Yang Jian menggelengkan kepala setelah membaca sebentar, lalu menyimpan buku catatan itu.
“Siapa?”
Tiba-tiba, Ye Zhen yang bersandar di pintu ruangan membentak ke arah lorong gelap, seolah mendeteksi sesuatu.
“Ada apa?” Yang Jian segera tersadar.
“Ada yang mengawasiku. Tatapannya terasa sangat tidak biasa.” Ekspresi Ye Zhen berubah serius, seolah mencium bahaya.
“Yakin itu manusia?” tanya Yang Jian.
Ye Zhen mengerutkan kening, tangan mencengkeram pedang di pinggangnya sambil maju beberapa langkah: “Tidak yakin. Tapi dengan sekali gebrak, akan ketahuan apakah ini manusia atau bukan.”
"Saat ini, di dalam lorong gelap itu, sosok buram berdiri dengan cara ganjil tak bergerak sama sekali. Orang itu bertubuh tinggi besar, hanya dengan berdiri saja hampir memblokir seluruh lorong."
"Yang Jian saat ini juga telah keluar dari ruangan. Di sekelilingnya muncul api-api hantu hijau muda. Kemunculan api hantu ini menghilangkan kegelapan di sekitar, namun tak lama kemudian api-api itu mulai padam dengan kecepatan yang terlihat jelas oleh mata telanjang. Jelas terlihat api hantu juga terkena pembatasan dari Kapal Hantu, tidak bisa bertahan lama."
"Tapi kemunculan api hantu memberikan cahaya di sekitarnya, memungkinkan mereka berdua melihat dengan seadanya lekuk bentuk dalam kegelapan itu."
"Itu adalah mayat dingin yang masih mempertahankan wajahnya saat masih hidup, seorang orang asing. Dari pakaiannya mungkin bukan orang dari zaman dulu, kemungkinan besar adalah hantu gentayangan yang dihadiahkan ke kapal oleh anggota organisasi Raja. Tapi mayat ini sekarang terlihat tidak beres, tiba-tiba menunjukkan senyuman ganjil pada mereka berdua, lalu perlahan mulai melangkah mendekat."
"Hantu yang masih bisa bergerak bebas di Kapal Hantu?" Kelopak mata Yang Jian tak bisa menahan kedutan.
"Pantas saja Ye Zhen bersikap tegas seperti ini."
"Meski norak, dia tidak bodoh. Dia paham betapa mengerikannya hantu di hadapannya ini."
