Saat Yang Jian berhadapan dengan raja yang berkode nama kapten tersebut, situasi para komandan tim lainnya juga tak kalah genting karena yang menjadi target bukan hanya He Yiner, target kedua yang diawasi adalah Wang Chaling.
Seperti yang diprediksi Yang Jian, tiga generasi keluarga Wang ini memang menjadi target serangan pertama organisasi Raja karena kelemahan dan keistimewaan yang melekat pada dirinya.
Wang Chaling sendiri sangat menyadari kondisinya, sehingga dia telah lama mengantisipasi hal ini dengan selalu waspada terhadap bahaya di sekitarnya, berusaha semaksimal mungkin untuk tidak memberi celah lawan menyerangnya.
"Saat ini, Wang Chaling berjalan sendirian di jalanan wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. Empat arwah berkeliaran di sekitarnya, menolak kedekatan siapa pun."
"Raja dari pihak lawan belum muncul. Dari tampaknya mereka tidak berencana menyerangku. Mungkin target mereka dialihkan ke orang lain. Memang benar, dibandingkan denganku, kemampuan komandan tim lainnya masih ada jarak. Wajar saja jika mereka mengabaikanku dan beralih menyerang komandan yang lebih mudah dikalahkan."
Wang Chaling saat ini sangat percaya diri, terutama setelah menjadi Pengendali Hantu dan bertemu kembali dengan orangtuanya melalui ritual pemanggilan arwah, serta mengetahui rahasia Keluarga Wang.
Kini dia bukan lagi seorang amatiran, melainkan tiga generasi keluarga Wang yang asli.
Siapapun yang meremehkannya akan membayar dengan pengorbanan mengerikan.
Namun tepat di saat itu...
Senyuman di sudut bibir Wang Chaling tiba-tiba membeku. Dia menyesuaikan kacamatanya, meragukan apakah matanya salah melihat. Tanpa disadari, langkahnya telah membawanya ke depan sebuah gedung tua, sementara area sekitarnya gelap gulita tanpa jejak arsitektur Kota Dahai.
Ketika menoleh ke belakang...
Jalan yang dilaluinya pun telah menghilang tanpa bekas.
Seluruh dunia seakan hanya menyisakan gedung tua di depan matanya.
"Apakah ini peristiwa supranatural dari Danau Hantu, atau aku sedang diawasi oleh anggota organisasi Raja?" Tatapan Wang Chaling tiba-tiba menyempit tajam, menyadari posisinya yang terjepit.
Tanpa disadarinya, dia telah melintasi batas antara dunia nyata dan alam gaib, memasuki tempat ini.
Kasus serupa sebenarnya sudah pernah dia ketahui, contohnya Kantor Pos Hantu yang juga memiliki karakteristik serupa.
Melalui koneksi gaib yang menyambungkan realitas dan mengaburkan batas antara keduanya, jangankan orang biasa, bahkan seorang Pengendali Hantu termasyhur pun bisa tanpa sadar melewati batas itu dan memasuki wilayah gaib. Saat menyadarinya, sudah terlambat untuk mundur.
Karena itu, Wang Chaling tidak langsung mundur, melainkan segera memfokuskan perhatian pada gedung tua di hadapannya.
Meski tua, bangunan ini kokoh dengan dinding tebal dan jendela sempit, memberikan kesan seperti masuk ke sel penjara.
Namun gedung ini bukan penjara, melainkan apartemen yang masih beroperasi. Pintu gerbangnya terbuka dengan penerangan temaram di dalam, bahkan terlihat siluet orang bergerak di jendela lantai atas.
Di kota luar negeri, apartemen seperti ini tidak akan mencurigakan.
Tapi ini adalah Kota Dahai dalam periode khusus, tujuan keberadaan gedung ini sudah jelas.
Saat Wang Chaling mengamati, tiga siluet muncul di lantai satu apartemen dan berjalan keluar satu per satu.
Ketiganya aneh: satu memegang buku bergaya misionaris, seorang pria berjanggut pendek beruban dengan setelan jas dan kacamata monocle bergaya retro, serta seorang gadis menyerupai boneka bule yang terlihat ganjil.
Gadis ini berusia sekitar sepuluh tahun, wajahnya pucat, matanya besar tapi pupilnya terlihat redup tanpa cahaya.
"Misionaris, pemilik kos, si kembar, ini adalah beberapa anggota paling merepotkan dari organisasi Raja. Terlalu berlebihan memusatkan perhatian padaku. Muncul bersama-sama hanya untuk menghadapi saya seorang diri. Sepertinya kalian benar-benar bertekad membunuhku di sini." Wang Chaling tersenyum dingin. Berkat informasi dari Liu San, dia langsung mengenali ketiga orang ini.
"Tapi yang membuatku heran, kalian ternyata tidak menyergap diam-diam, malah menunggu sampai aku masuk ke ruang dimensi gaib ini baru muncul."
Misionaris menatap tajam Wang Chaling: "Kau terlalu hati-hati, membuat kami tak mendapat kesempatan bertindak. Kami tidak ingin mengulur waktu sampai timmu datang membantu. Jadi cara terbaik adalah mengisolasimu sendirian. Meski kami tidak bisa menghabisi secepatnya, setidaknya bisa menghabiskan waktumu di sini."
"Dan aku yakin, dalam situasi tiga lawan satu, kau tidak akan bertahan lama. Pertarungan kita akan segera berakhir."
"Sombong sekali, Misionaris." Wang Chaling menyesuaikan kacamatanya: "Ini bukan tiga lawan satu, tapi tiga lawan lima. Aku punya lebih banyak teman di sini."
Di sekelilingnya, arwah orangtua dan kakek neneknya berkumpul, menatap tajam serempak ke arah Misionaris.
“Hanya arwah penasaran. Asal masuk ke gedung ini, mereka akan terjebak selamanya di sini, tak bisa keluar lagi, dan kau juga akan menjadi bagian dari gedung ini.” Kata si tua yang mengenakan setelan jas dan kacamata monocle itu. Kode namanya adalah Pemilik Kos, karena dia mengelola sebuah apartemen mengerikan.
Penghuni apartemen itu bukan orang hidup, melainkan hantu gentayangan.
Hanya saja, seringkali dia perlu menyuruh orang hidup masuk dan tinggal di apartemen untuk beberapa waktu. Sebab jika apartemen terlalu lama mengurung hantu gentayangan, para hantu itu akan menjadi gelisah. Jadi diperlukan beberapa orang yang mengorbankan nyawa untuk menenangkan hantu-hantu gelisah itu, demi mempertahankan operasional normal apartemen.
Maka gedung ini adalah bangunan pembunuh. Tingkat kengeriannya tak kalah dari Kantor Pos Hantu. Setidaknya di Kantor Pos Hantu masih ada ruangan yang aman untuk ditinggali, sementara apartemen ini dipenuhi teror dan bahaya di setiap sudutnya.
Gadis yang seperti boneka porselen itu tidak berbicara. Sepertinya dia sudah tidak bisa bicara lagi, mulutnya seperti direkat. Namun sepasang mata besar yang redup tanpa cahaya terus berputar-putar, memandangi Wang Chaling dengan cara ganjil bak hantu gentayangan.
Wang Chaling tidak bicara. Dia hanya menundukkan kepala sedikit, sudut bibirnya menampakkan senyuman dingin.
Dia tahu sangat berbahaya menjadi target pengawasan kali ini. Tapi apa bedanya? Dirinya sudah memilih menjadi Pengendali Hantu, yang pasti berumur pendek. cepat atau lambat akan mati. Lagipula sebagai Tiga Generasi Keluarga Wang, setelah mati cuma akan berubah menjadi arwah biasa.
"Orang tua berjuluk Pemilik Kos itu harus disingkirkan. Jika tidak, arwah keluarga Wang yang terkunci di gedung ini akan jadi masalah... Tapi dengan sengaja membocorkan informasi padaku, dia pasti punya maksud memancingku menyerang duluan. Jadi ini mungkin jebakan."
"Tapi meski jebakan, harus kuhadapi juga. Arwah keluarga Wang tak boleh binasa di tanganku. Lebih baik langsung kuhabisi ketiga pangeran ini di sini. Paling-paling aku mati di tempat ini juga."
Setelah merenung sejenak, sudut bibir Wang Chaling mengeras. Dia segera melangkah maju. Saat ini, siluetnya menyatu dengan arwah kakeknya.
Manusia dan hantu menyatu. Pada momen ini, keduanya seolah membentuk entitas baru - bukan Wang Chaling maupun kakeknya, tapi memadukan akal sehat manusia dan kengerian hantu.
Strategi ini sebelumnya tidak diketahui Wang Chaling. Orangtuanyalah yang memberitahunya.
Hanya saja metode ini punya kelemahan: mudah terkikis hantu. Semakin lama, akal sehatnya akan hilang perlahan, berubah menjadi arwah baru.
"Karena itu hanya digunakan saat mempertaruhkan nyawa."
"Bertindak sekarang!" Misionaris mencurigai situasi tak beres. Tanpa ragu dia meraung sambil membalik-balik buku di tangannya dengan gemerincing.
Wang Chaling yang menyatu dengan arwah tetap diam. Matanya dingin menatap Pemilik Kos, lalu bergegas menghampirinya.
Sang raja dengan kode nama "pemilik kos" terkekeh sinis, dia hanya mundur beberapa langkah, berada di dalam gedung mengerikan itu, menunggu kedatangan Wang Chaling.
Baginya, gedung ini adalah senjata gaib paling ganas. Asalkan Wang Chaling berani masuk, dia pasti akan membuatnya tewas di dalam gedung.
Sementara gadis yang mirip boneka bule itu tiba-tiba menghilang secara misterius, dan ketika muncul kembali sudah berada di belakang Wang Chaling.
Namun gadis di belakang itu bukan lagi satu orang, melainkan tiba-tiba berubah menjadi dua.
Kedua gadis itu memiliki wajah, tinggi badan, dan pakaian yang identik, tidak bisa dibedakan. Mereka saling menggenggam tangan, membuka sepasang mata kosong, mendekati Wang Chaling dari belakang tanpa suara.
Tiga raja bertindak bersama-sama hanya untuk menghabisi Tiga Generasi Keluarga Wang ini.
