Anggota organisasi Raja yang tersisa kini sudah tidak punya keberanian untuk melancarkan serangan kedua lagi. Hanya satu dua Raja yang masih bersikukuh ingin melakukan serangan kedua.
"Namun pemilik perkebunan tetap menolak keras. Sebelumnya saat Kapal Hantu merapat dan para pangeran berkumpul dengan jumlah yang lebih unggul pun tak berhasil mengalahkan lawan. Dalam situasi sekarang ini mustahil untuk menang. Hasil terbaik hanyalah menghabisi beberapa komandan tim lawan saja, tapi pengorbanannya mungkin akan membuat kelompok kita dihabisi semua."
"Begitu Kapal Hantu mendarat kembali, kita akan melancarkan serangan kedua. Saat itulah kita akan menghabisi semua komandan tim itu. Ini satu-satunya kesempatan. Jika menyerah, balas dendam mereka akan membuat kita celaka. Jadi sekarang kita tidak punya jalan mundur."
Yang berbicara adalah seorang tua kurus bernama kode Juguanren (Pengangkat Peti Mati). Anehnya dia justru mendukung serangan kedua kali ini.
Dan pandangannya sepertinya tidak salah juga.
Sudah sampai tahap ini, tidak bisa mundur semudah itu. Dendam dan utang darah harus diselesaikan satu per satu. Bahkan jika anggota organisasi Raja ingin pergi, harus dilihat apakah komandan markas besar menyetujui atau tidak.
"Bekerja sama dengan Kapal Hantu sekali lagi?" Pemilik perkebunan kini merenung serius: "Meski begitu peluang menang tetap kecil. Sekarang jumlah pasukan kita sudah sangat berkurang."
Matanya menyapu seluruh ruangan.
Para pangeran yang tersisa di lokasi adalah: Pelukis, Penggali Kubur, Pengangkat Peti Mati, Bankir, dan Kepala Penjara.
Ditambah pemilik perkebunan sendiri, total hanya enam pangeran. Selain itu, Kebaikan masih dalam status hilang kontak dengan nasib tidak diketahui. Menurut Penggali Kubur, sebelum menghilang dia diawasi oleh si Zhang Xianguang. Dari situasi sekarang, kemungkinan besar sudah dihabisi.
“Jumlah komandan tim lawan sudah tidak banyak lagi, dan dalam serangan berikutnya kita harus lebih sabar. Mereka sudah kehilangan bus itu, tidak ada cara lagi untuk menghalangi Kapal Hantu. Asalkan Kapal Hantu datang sekali lagi, pasti mereka akan kalah.” Pengangkat Peti berkata.
“Selain itu, aksi kita harus cepat. Kemungkinan besar pihak lawan sudah mulai bergerak saat ini. Mereka tidak akan membiarkan kita keluar hidup-hidup dari Kota Dahai.”
Ekspresi muram terpancar di wajah berkerut Tuan Perkebunan.
Perkataan ini memang benar. Tim yang dipimpin Yang Jian jelas tidak akan melepaskan mereka. Karakternya sangat jelas, dia adalah orang yang sangat pendendam.
Setelah merenung sejenak, Tuan Perkebunan berkata dengan suara berat: "Dengan hilangnya kapten dan peta navigasi, kita tidak tahu kapan Kapal Hantu berikutnya akan merapat. Jika tetap tinggal di Kota Dahai, kita akan cepat ketahuan. Begitu bentrok terjadi, kita tidak punya keunggulan sama sekali."
“Jadi sekarang masih ada waktu untuk mundur. Begitu pilihan yang salah diambil, akhir kita akan sangat mengerikan.”
Penggali Kubur mengusulkan: “Sebagian besar bisa mengungsi dulu dari Kota Dahai, tinggalkan satu orang untuk mengamati Kapal Hantu. Jika kapal itu muncul lagi di sini, kita bisa kembali untuk melancarkan serangan kedua.”
“Jika seperti itu, saya bisa setuju dengan cara ini.” Tuan Perkebunan berpikir sejenak lalu menjawab.
Pengangkat Peti bertanya: “Siapa yang mau mempertaruhkan nyawa tinggal di Kota Dahai?”
Kerumunan kembali terdiam.
Sekarang Kota Dahai bukan lagi wilayah mereka, tapi menjadi daerah kekuasaan para komandan tim. Siapa pun yang tertinggal dan ketahuan harus menghadapi pengepungan dari beberapa komandan tim, hampir mustahil bisa selamat.
Tapi tepat di saat ini, sebuah siluet yang tiba-tiba muncul terlihat di sekitar.
Itu adalah seorang wanita berbaju kebaya merah dengan tubuh yang anggun, wajahnya yang pucat bersih dihiasi bibir merah menyala yang terlihat sangat memesona.
"Maaf, kalian yang di depan, bisa bantu saya? Saya tersesat, di mana ini?" Wanita berbaju kebaya ini menatap penuh rasa ingin tahu, layaknya turis yang kehilangan arah.
Seketika.
Semua pangeran serentak menatap tajam ke arah wanita berbaju kebaya ini, langsung siaga dengan pandangan penuh niat membunuh.
"Nanya jalan? Jangan coba-coba menipu di sini. Dari jarak jauh saja aku sudah bisa mencium aura gaib yang dingin dan menyeramkan darimu. Jadi kau ini Pengendali Hantu. Tapi hari ini siapapun yang muncul di sini harus mati." Pemilik perkebunan berkata dingin.
"Wanita ini ada yang tidak biasa, mari kita habisi bersama." Penggali kubur juga merasakan keanehan, ia membuka mulut dengan hati-hati.
"Aduh, kenapa harus seganas ini? Saya cuma menyapa dan nanya jalan, kalian langsung mau membunuhku. Ini jelas-jelas perlakuan buruk!" Kak Merah menutupi dadanya, berpura-pura ketakutan.
Tapi para pangeran ini tidak mau berdebat. Mereka hanya ingin segera menghabisi wanita yang muncul tiba-tiba ini. Bagaimana jika posisi mereka terbongkar dan menarik kedatangan komandan tim markas besar? Itu akan sangat berbahaya.
Namun di saat yang sama, para pangeran yang sedang bersiap bertindak tiba-tiba terhenti langkahnya.
“Suatu perasaan krisis yang sangat kuat tiba-tiba muncul, membuat orang merasakan aura mengerikan. Seolah-olah jika maju selangkah lagi, diri sendiri pasti akan mati tanpa ampun.”
“Apakah ini ilusi? Padahal lawanku hanya sendirian, tapi memberi kesan ancaman yang begitu mengerikan. Bahkan Yang Jian pun tak pernah memberiku perasaan seperti ini,” wajah pemilik perkebunan terlihat sangat muram. Ia pun menghentikan langkahnya, tak berani sembarangan bertindak.
Namun tak lama kemudian, pemilik perkebunan menyadari bahwa perasaan sebelumnya bukanlah ilusi. Perasaan krisis itu benar-benar nyata.
Saat ini, mereka melihat di belakang wanita berkebaya merah itu tiba-tiba muncul beberapa sosok dingin yang perlahan melangkah keluar dari bayang-bayang, secara bertahap menampakkan diri di hadapan para pangeran.
Seorang pria dengan wajah penuh bercak mayat yang tak bernyawa, seorang dengan seluruh tubuhnya yang busuk seperti mayat dari dalam makam, seorang membawa keranjang layaknya ibu rumah tangga desa, seorang bertubuh tinggi besar yang terselubung bayang-bayang... Keempat orang ini berbaris rapi di belakang Kak Merah, bagaikan tim Pengendali Hantu termasyhur.
“Untunglah anggota timku juga banyak, kalau tidak pasti kami akan diperlakukan buruk oleh kalian,” senyum memikat kembali mengembang di wajah Kak Merah.
“Mereka semua bukan orang hidup, tapi kekuatan gaib yang sangat mengerikan.” Wajah penggali makam berubah drastis. Ia merasakan aura gaib yang membuat sesak napas dari keempat sosok ini.
Di lingkaran gaib saat ini, belum pernah ia temui orang hidup yang membawa kekuatan supernatural mengerikan seperti ini.
“Saat ini bukan ide bagus untuk bertarung dengan tim ini.” Pemilik perkebunan kini tak berani bertindak. Dia khawatir jika bertarung bahkan mungkin akan memancing kedatangan komandan tim, yang akan menjadi bencana.
Pelukis di samping juga menunjukkan ekspresi serius, tetap diam sambil memegang erat lukisan minyak yang telah disiapkan sebelumnya di tangannya, siap digunakan kapan saja.
Kak Merah menggerakkan matanya dan melanjutkan: "Meski saya punya teman, tapi kalian lebih banyak personel. Lima lawan enam, saya yang akan merugi. Saya tak mau diperlakukan buruk, jadi mari kita buat sembilan lawan enam."
Begitu selesai bicara, siluet orang muncul kembali di belakang keempat orang yang berdiri di sebelah Kak Merah.
Empat orang lagi muncul dari belakang.
Keempat orang ini memiliki wajah dan postur tubuh yang identik dengan empat orang sebelumnya, persis seperti hasil cetakan. Tapi yang lebih mengkhawatirkan adalah aura gaib mengerikan yang terpancar dari mereka juga sama persis.
Empat tambah empat, ditambah Kak Merah, total tepat sembilan orang.
"Sialan!" Pemilik perkebunan tak bisa menahan sumpah serapah, tubuhnya spontan mundur beberapa langkah.
Keinginan awalnya untuk bertarung langsung sirna seiring bertambahnya jumlah lawan. Kini malah ingin segera kabur dari sini.
"Sembilan orang mungkin masih kurang. Bagaimana jika kalian memanggil bala bantuan lain?" Kak Merah menopang dagunya sambil merenung: "Lebih baik kita tambah lagi personelnya sebagai jaminan."
Kemudian, siluet orang muncul kembali di belakang kedelapan orang tersebut.
Bersamaan dengan siluet orang itu keluar, jumlah yang semula bertambah delapan orang tiba-tiba menjadi enam belas orang, ditambah Kak Merah total menjadi tujuh belas orang.
Jumlah seperti ini sudah cukup membuat para pangeran yang tersisa merasa putus asa.
"Penarikan diri."
Pemilik perkebunan mendidih dalam kemarahan, pada saat ini sekalipun seekor babi akan menyadari: strategi gaib lawan dalam menambah jumlah anggota tampaknya tak ada batasnya. Jika diteruskan, pasti tim kita yang akan dihabisi semua. Bahkan andai menang pun sia-sia, karena komandan tim markas belum menyumbangkan strateginya.
Tanpa keraguan sedikit pun, dia berbalik badan dan kabur.
Penggali kubur langsung menyergap menyelam ke dalam lubang besar tak berdasar di bawah kakinya.
Para pangeran lain juga menggunakan berbagai metode gaib untuk mundur secara drastis.
"Sekarang mau kabur, sudah terlambat." Senyum di wajah Kak Merah tiba-tiba menghilang, berubah menjadi keanehan yang dingin.
Meski datang terlambat, sebagai Pengendali Hantu termasyhur dari era Republik, di medan perang era baru ini mana mungkin dia rela diam saja perlahan tersingkir oleh zaman.
Seketika, enam belas boneka santet segera menyerang.
Teror gaib milik era Republik akhirnya menyebar.
Para pangeran yang tersisa tak pernah menyangka - alih-alih serangan komandan tim, mereka justru menghadapi gempuran tim kecil Pengendali Hantu papan atas era Republik.
