Pagi hari di Kota Dahai seolah pulih tatanannya. Pejalan kaki mulai memadati jalanan, kendaraan berlalu-lalang, seakan peristiwa kemarin benar-benar telah berlalu tanpa meninggalkan jejak.
Namun beberapa wilayah di Kota Dahai hingga kini masih dikunci. Selain itu, unsur gaib telah meresap ke dalam kota ini.
Di balik permukaan yang tampak tenang, sesungguhnya bahaya telah menyebar luas.
Mulai saat ini, Kota Dahai bisa saja dilanda peristiwa supranatural kapan saja. Maka sebelum situasi memburuk, para komandan tim sisa markas wajib segera menangani potensi masalah ini.
Pekerjaan penutupan sama sekali tidak ringan, bahkan mengandung risiko besar.
Tapi semua ini tak ada hubungannya dengan Wang Chaling.
Wang Chaling yang telah pensiun dini kini kembali ke Kota Dadong. Karena dia mengabaikan status sebagai orang biasa dan menjadi Pengendali Hantu, ini memaksanya menghadapi masalah pelik: kebangkitan Hantu Gentayangan.
“Waktu saya menjadi Pengendali Hantu begitu singkat, hanya bertarung langsung dengan tiga raja, sekarang kondisi sudah memburuk sampai tahap ini. Jadi pilihan saya sebelumnya untuk mempertahankan status sebagai orang biasa memang benar, hanya karena situasi memaksa, akhirnya saya harus menempuh jalan sebagai Pengendali Hantu.”
Wajah Wang Chaling saat ini pucat luar biasa, tanpa setetes darah, bahkan tubuhnya mengeluarkan bau busuk layaknya mayat yang sedang membusuk.
Sekarang hanya dengan berjalan beberapa langkah, potongan kulit dan daging bisa mengelupas dari tubuhnya.
Tapi luka itu akan segera pulih berkat hantu pemelihara mayat yang dia kendalikan.
Jika tubuhnya rusak atau tidak utuh, hanya perlu istirahat beberapa waktu, mayatnya akan pulih seperti semula. Tapi Wang Chaling sekarang sama sekali tak butuh istirahat – kekuatan gaib hantu pemelihara mayat langsung memulihkan tubuhnya yang rusak. Ini membuktikan kekuatan gaib ini mulai lepas kendali.
Ini pertanda awal kebangkitan Hantu Gentayangan.
“Saya belum bisa mati saat ini, setidaknya harus bertahan satu tahun lagi. Tapi urusan gaib tak ada yang bisa memastikan, saya harus mempersiapkan beberapa hal.” Pikiran Wang Chaling mengeras dengan tekad baja.
Menyeret tubuhnya yang berbau busuk, dia tiba di Gedung Ning'an di Kota Dadong.
Tempat ini sudah kosong melompong. Seluruh gedung diblokir, hanya komandan tim dan petugas markas yang boleh masuk-keluar.
Wang Chaling menuju lantai kantor yang familier. Dia duduk di kursi, mengangkat telepon di meja dan memutar suatu nomor.
Tak lama kemudian, sambungan terjalin. Dari seberang garis terdengar suara seorang wanita.
“A Zhen, datang ke perusahaan, ada beberapa hal yang ingin kubicarakan denganmu.” Suara Wang Chaling terdengar dingin, bernada perintah.
Sebagai penanggung jawab Kota Dadong dan komandan tim markas, meski pengaruhnya di markas biasa-biasa saja, di kota ini otoritasnya mutlak tak terbantahkan. Tak seorang pun berani melawan perintahnya.
Tak berapa lama kemudian.
Seorang wanita seksi berbaju gaun memasuki Gedung Ning'an, lalu dengan lancar menuju lantai yang dimaksud.
Namanya A Zhen, mantan sekretaris Wang Chaling yang pernah memiliki hubungan dekat dengannya. Namun karena berbagai alasan, dia akhirnya dipindahkan dari Gedung Ning'an.
"Pangeran Wang." Suara A Zhen lembut penuh hormat.
Wang Chaling menatapnya sesaat, lalu mengalihkan pandangan ke perutnya. Meski tertutup rapi oleh gaun, tetap terlihat kandungannya yang sudah mulai menonjol.
"Sudah tiga bulan, kan? Anak lelaki."
A Zhen langsung panik: "P-Pangeran, bagaimana... Bagaimana Anda bisa tahu?"
"Jangan meremehkan jaringan intelijen seorang komandan. Jika kumau, tak ada yang bisa kusembunyikan di Dadong. Sudah kuperingatkan dulu - jangan sampai hamil. Kalau tidak, kau akan kuhapus sepenuhnya dari dunia ini. Rupanya kau anggap remeh ucapanku." Wang Chaling berkata dingin.
"Pangeran, ini... ini kecelakaan! Aku benar-benar tidak sengaja!" A Zhen gemetar ketakutan.
Karena dia tahu strategi Wang Chaling, dan juga tahu bahwa membuat seseorang menghilang adalah hal yang sangat mudah baginya.
Wang Chaling berdiri, menatapnya dan berkata: "Jangan kira aku tidak tahu apa yang kau pikirkan. Kau sedang bertaruh nyawa denganku, berharap aku tidak akan bertindak tegas. Asalkan anak itu lahir, kau bisa mendapatkan uang banyak sekaligus naik tahta, memperoleh status dan posisi yang kau inginkan."
"Tapi aku juga pernah bilang, hal paling dipantang dalam hidup adalah berjudi, karena selama tidak bertaruh, kau tidak akan kalah."
Dia mendekati A Zhen, mengulurkan satu tangan untuk mencekik leher panjangnya yang ramping.
Seluruh tubuh A Zhen gemetar, matanya membelalak penuh ketakutan, tak berani melawan sedikit pun.
"Sekarang aku ingin bertanya, menurutmu taruhan ini kau menang atau kalah?" Wang Chaling sedikit menekan telapak tangannya, seketika wajah A Zhen langsung memerah.
Sensasi sesak napas dan pusing yang hebat menyergap.
Secara refleks dia berusaha melepaskan diri, tapi seluruh tubuhnya sudah diangkat oleh satu tangan Wang Chaling, menggantung di udara tanpa titik tumpu, sama sekali tidak bisa melawan.
"A-aku tidak berjudi, Pangeran Wang, ini benar-benar kecelakaan, percayalah padaku... batuk-batuk." A Zhen memohon sambil terus berjuang, berharap Wang Chaling mau memaafkannya kali ini.
Wang Chaling tetap datar dengan wajah dingin: "Kau melanggar janji, kehilangan kredibilitas. Kau pikir aku masih akan mempercayaimu?"
A Zhen berusaha memutar lengan Wang Chaling, tapi begitu dia sedikit mengerahkan tenaga, daging di lengan Wang Chaling langsung mengelupas berantakan. Darah pekat kehitaman menetes, bau anyir yang membusuk semakin menyengat. Namun anehnya, luka-luka itu langsung pulih dengan cepat, membuat A Zhen mengira dirinya berhalusinasi.
"Pangeran Wang, kau boleh tidak mempercayaiku, batuk-batuk... Tapi para gadis ini tak bersalah... Tolong lepaskan dia." A Zhen masih merengek-rengek, tapi saat ini otaknya sudah kekurangan oksigen, hampir-hampir tak sadarkan diri.
Pada saat ini, A Zhen mencium aroma kematian.
Kini dia sudah menyerah melawan, bersiap untuk mati di sini.
Namun pada saat itu.
Telapak tangan Wang Chaling tiba-tiba melepaskan cengkeraman. A Zhen yang hampir mati dicekik itu langsung terlepas dari ikatan, jatuh terduduk di lantai.
Dengan masuknya udara dalam jumlah besar, kesadaran A Zhen perlahan pulih sambil terengah-engah.
"Batuk-batuk..." A Zhen yang baru selamat dari maut ini masih gemetaran. Tatapannya pada Wang Chaling dipenuhi ketakutan.
Karena lelaki ini merenggut nyawanya lebih mudah daripada menyembelih seekor ayam.
Wang Chaling saat ini kembali ke kursi dan duduk, wajahnya datar berkata: "Aku bisa memberimu kesempatan untuk bertahan hidup. Sore ini akan kusingkirkanmu dari Kota Dadong. Tujuanmu bukan urusanmu. Setelah sampai, kau wajib tinggal di sana selama setahun. Setelah anak itu lahir, kau akan menerima hadiah. Saat itu juga kau akan mendapatkan kompensasi yang kau inginkan."
"Tapi, jika selama itu kau melanggar perjanjian, aku akan menghapusmu sepenuhnya dari dunia ini, seolah kau tak pernah ada."
"Pergilah. Sekarang masih ada waktu untuk berpamitan pada keluarga dan teman-temanmu."
Setelah itu, Wang Chaling langsung menyuruh A Zhen pergi.
A Zhen tak berani memberontak. Dia tak punya pilihan selain menuruti perintah Wang Chaling.
Setelah A Zhen pergi, wajah pucat Wang Chaling baru menunjukkan kelegaan. Dalam hati dia berbisik: "A Zhen, jangan salahkan aku. Sejak kau mengandung keturunan keempat keluarga Wang, kau sudah terlibat dalam lingkaran gaib. Kota Dadong tempat berbahaya. Kau tak boleh tinggal di sini. Kalau sampai orang lain tahu statusmu, kau akan mati mengenaskan. Banyak yang tak ingin melihat kelahiran keturunan keempat keluarga Wang. Anak itu dianggap ancaman bagi banyak pihak. Sementara aku tak bisa bertahan lama lagi. Karena itu kau harus pergi."
Dia menatap telapak tangannya. Kembali sepotong daging mengelupas, bahkan tulangnya mulai terlihat.
Jika tak segera dicari solusi, seluruh tubuhnya akan buyar.
Nanti meski hantu pemelihara mayat memulihkan tubuhnya, tapi Wang Chaling sendiri mungkin sudah mati saat itu.
Jika pada saat itu keturunan keempat keluarga Wang belum lahir, maka kakek neneknya, ayah ibunya, bahkan dirinya sendiri akan berubah menjadi hantu gentayangan yang tak terkendali.
"Hantu keluarga Wang tidak boleh lepas kendali... Aku harus bertahan sampai kelahiran keturunan keempat keluarga Wang." Wang Chaling kembali berdiri, tubuhnya limbung meninggalkan Gedung Ning'an.
Dia harus menyelesaikan masalah kebangkitan hantu gentayangan dalam dirinya.
Apapun metodenya, setidaknya harus bertahan hidup setengah tahun.
Karenanya, A Zhen yang pergi tak lagi punya kesempatan bertemu Wang Chaling. Saat bertemu kembali, mungkin Wang Chaling sudah bukan manusia hidup lagi, melainkan hantu gentayangan yang mondar-mandir di sekitar keturunan keempat keluarga Wang.
Wang Chaling yang menghabiskan seumur hidup ingin melepaskan takdir keluarga Wang, tiba-tiba memilih untuk melanjutkan takdir keluarga Wang pada saat ini.
Ini merupakan penderitaan yang sangat berat baginya.
Tapi inilah lingkaran gaib.
Semua orang hidup dalam penderitaan, sama sekali tak melihat harapan.
Jalan di depan hanya menyisakan kegelapan.
