"Gemerincing!"
Bersamaan dengan cipratan air di permukaan danau yang dingin, seorang pria basah kuyup muncul dari dasar air.
Yang Jian kembali muncul saat ini. Dia berhasil kabur dari belenggu kapten kapal dengan selamat, namun harus mengorbankan sebagian kekuatan gaib miliknya yang tertinggal di tubuh sebelumnya. Jika tidak mengambilnya kembali, kemampuannya akan sangat melemah.
"Tapi dibandingkan mati di tangan hantu gentayangan, pengorbanan ini masih jauh lebih ringan."
"Dalam kondisiku sekarang, mustahil aku bisa melawan hantu ini. Ia tidak hanya memiliki kekuatan gaib yang mengerikan, tapi juga kesadaran manusia hidup. Strategi biasa sama sekali tidak mempan, bahkan trik licik pun mudah terbaca. Ini hantu tersulit yang pernah kuhadapi."
Yang Jian berdiri di permukaan air, matanya membelalak menatap kapten kapal di kejauhan.
Saat ini, sang kapten menyadarinya. Ia menghentikan langkah, lalu memutar lehernya dengan kaku untuk menoleh ke arah sini.
Kapten melihat Yang Jian, kemudian ia langsung menyadari bahwa Yang Jian yang dipegangnya hanyalah mayat tak berguna.
Yang Jian sengaja menampilkan diri karena tak ingin kapten benar-benar membawa pergi tubuh lamanya. Ia harus meyakinkan kapten bahwa dirinya masih hidup dan telah kabur, agar kapten membuang mayat yang dipegangnya.
"Konfrontasi antara kita belum berakhir. Kau belum menang, aku juga belum kalah."
Menatap tajam kapten, Yang Jian sama sekali tidak gentar. Di hatinya, ia terus merenungkan cara menghadapi situasi selanjutnya.
Leher kaku sang kapten bergerak-gerak perlahan. Matanya menatap mayat tak bernyawa di tangannya. Entah mengapa, alih-alih membuangnya, ia malah terus menggenggam mayat itu. Seolah berat melepas, atau mungkin ia melihat sisa kekuatan gaib pada mayat tersebut yang tak ingin dikembalikan ke Yang Jian.
Namun konsekuensinya, kapten kini harus satu tangan mencengkeram tombak merah panjang, tangan lain menggenggam mayat Yang Jian.
Melihat ini, sorot mata Yang Jian langsung suram. Ia membaca intensi kapten.
"Kau benar-benar berniat membunuhku. Dengan segala cara ingin melemahkanku, tak memberi sedikit pun kesempatan untuk bernapas."
“Berdasarkan situasi seperti ini, hari ini keinginan saya untuk mengurung kapten di sini hampir mustahil terlaksana. Sekarang harus mengubah strategi... Kapal Hantu yang berhenti di dunia nyata memiliki batas waktu. Asalkan saya bisa bertahan melewati periode ini, maka kapten ini akan terpaksa pergi. Tapi jika melakukan ini, Kapal Hantu masih memiliki kesempatan untuk mendarat ketiga kalinya, bahkan keempat kalinya. Saat itu, saya yang akan kembali terpojok.”
Saat ini, Yang Jian merasakan pusing yang luar biasa.
Bukan karena dia tak ingin mempertaruhkan nyawa, tapi meski dia sudah bertarung habis-habisan, tetap tak ada gunanya. Inilah puncak keputusasaan.
Tunggu.
Begitu menyebut kata "mempertaruhkan nyawa", Yang Jian teringat pengalamannya di rumah kuno dulu. Saat itu, dia juga baru bisa selamat dengan mempertaruhkan nyawa secara nekat.
Rumah kuno itu terletak di wilayah gaib Kota Dazhou.
Sekarang Kapal Hantu juga berada di Kota Dazhou.
Jika bisa menghancurkan batas antara dunia nyata dan gaib, lalu memancing kapten ini masuk ke rumah kuno? Mungkinkah memanfaatkan Zhang Dong yang telah dibangkitkan sebagai hantu gentayangan di dalam rumah kuno untuk menghadapi kapten ini?
Meski risikonya besar, tapi jika berhasil, kapten benar-benar bisa dikurung selamanya di rumah kuno. Selain itu, peristiwa Kapal Hantu juga bisa diakhiri sepenuhnya.
Menggunakan hantu untuk melawan hantu, menaklukkan teror dengan teror.
"Metode ini layak dicoba. Dalam situasi seperti sekarang, satu-satunya kesempatan untuk membalikkan keadaan memang hanya ini. Tak bisa menaruh harapan pada Tong Qian, atau Pak Qin yang tak jelas hidup-matinya. Lagipula ini tentang mempertaruhkan nyawa, lebih baik bertarung sampai titik darah penghabisan." Tatapan Yang Jian berkelip-kelip, sebuah rencana mulai terbentuk di benaknya.
Seketika itu juga.
Di Danau Hantu yang tenang, riak-riak kecil mulai muncul, kemudian membesar dan berubah menjadi ombak.
Ombak bergulung-gulung, Yang Jian yang berdiri di permukaan air bagaikan perahu kecil tanpa jangkar, diterpa aliran air hingga sosoknya mulai menjauh dengan cepat.
Kapten yang melihat sosok Yang Jian semakin menjauh tak ragu-ragu melangkah dengan langkah kaku, menelusuri jejaknya.
Begitu kapten bergerak,
Kapal Hantu di belakangnya pun ikut bergerak, mengarah ke tujuan Yang Jian.
Gerakan ini jelas membuktikan dugaan sebelumnya: yang mengendalikan Kapal Hantu ini adalah hantu ini sendiri, sama sekali bukan raja mana pun dari organisasi Raja.
"Mengikuti? Bagus."
Yang Jian melihat gerakan kapten, dia merasa rencana ini punya peluang sukses.
Masalahnya sekarang, meski dia sudah mencapai lokasi akurat yang sesuai dengan rumah kuno itu, bagaimana cara menghancurkan batas antara dunia nyata dan gaib untuk menarik kapten ini masuk ke dalam rumah kuno?
Dengan Wilayah Hantu lima lapisan?
Mustahil. Wilayah Hantu lima lapisan tak bisa memecah batas realitas dan supranatural.
Dulu dia ke rumah kuno menggunakan bus gaib, tapi sekarang bus gaib itu sudah hancur akibat tabrakan.
"Tidak, meski bus gaib sudah hancur, kekuatan gaibnya tidak lenyap. Lagipula hantu tak bisa dibunuh. Tapi saat membersihkan Kota Dahai dulu, hantu dari bus gaib itu tidak ditemukan. Jadi satu-satunya kemungkinan adalah saat bus gaib dan Kapal Hantu bertabrakan, hantunya terlempar masuk ke dalam Kapal Hantu."
Yang Jian kembali menatap Kapal Hantu.
Di bagian depan kapal hantu itu, terdapat lubang besar yang gelap pekat, seolah menghunjam ke jurang tak berdasar yang tak dikenal.
Berdasarkan penilaian Yang Jian, hantu dari bus gaib kemungkinan besar sedang meredup di dalamnya.
Jika bisa masuk ke dalam, menemukan hantu di bus gaib, membawanya keluar, lalu mengendalikan kekuatan gaib tersebut, maka Yang Jian akan mampu menghancurkan batas antara dunia nyata dan gaib, bebas berkeliling di kedua dimensi. Dengan begitu, menarik kapten ini ke rumah kuno tak lagi menjadi masalah.
Meski rencana ini mengerikan, tapi tetap layak dijalankan. Bukan tanpa harapan sama sekali.
"Skema sudah ada, tapi cara implementasinya masih jadi masalah. Kapten terus-menerus mengawasiku. Ke mana pun aku pergi, dia akan mengikuti. Jika aku langsung masuk ke Kapal Hantu, itu sama saja masuk ke dalam perangkap sendiri. Kapten pasti tak akan membiarkanku kembali hidup-hidup. Tapi kalau tidak masuk, mustahil bisa membawa pulang hantu dari bus gaib."
"Jadi perlu ada seseorang yang bisa menahan kapten, memberiku kesempatan untuk memasuki Kapal Hantu dan mengeluarkan hantu bus gaib."
Tatapan Yang Jian beralih ke arah lain.
Tak banyak Pengendali Hantu yang memenuhi syarat untuk menahan kapten. He Yue Lian mungkin satu-satunya. Jika riasannya berhasil, Tong Qian mungkin juga bisa diandalkan.
Tapi He Yue Lian tak bisa digunakan. Lukisan Hantu-nya terkait dengan nyawa seluruh penduduk Kota Dazhou.
Tong Qian... sepertinya ada masalah dengannya.
Mata Hantu Yang Jian berputar perlahan, melihat Tong Qian terjatuh di tanah. Salah satu wajah hantunya kehilangan fitur, berubah menjadi manusia tanpa wajah. Wajah hantu satunya lagi menutup matanya, seolah terlelap dalam tidur pulas. Dari sisa cat di wajah hantu itu, terlihat bahwa Tong Qian telah menggunakan Rias Hantu selama Yang Jian tenggelam di Danau Hantu.
"Dari tampaknya, setelah saya dicekap hantu gentayangan, Tong Qian memilih untuk bertindak. Tapi sepertinya metode meminjam kekuatan gaib Pengendali Hantu era Republik melalui Rias Hantu-nya gagal. Ternyata, Zhang Dong itu memang sosok terlarang. Bahkan rias hantu pun tak sanggup menanggung kekuatan gaib mengerikan itu."
Lewat pengamatan singkat, meski boneka kertas Liu San tak menjelaskan secara gamblang, Yang Jian sudah bisa menebak sebagian besar kebenarannya.
Namun kegagalan aksi Tong Qian membuat tekanan Yang Jian semakin berat saat ini.
Karena tak ada lagi anggota yang bisa dimanfaatkan di sekitarnya.
Tapi persis ketika Yang Jian pusing tujuh keliling...
Tiba-tiba, langit suram itu terbelah membentuk celah. Sinar matahari terang menyembur dari retakan itu. Sebuah siluet manusia perlahan turun, seolah dimandikan cahaya mentari yang menyorot dari celah langit.
"Hahaha..." Derai tawa arogan bergema di wilayah ini.
Begitu mendengar suara itu, Yang Jian langsung tahu siapa yang muncul.
"Ye Zhen yang berangkat dari Kota Dahai akhirnya tiba. Dia tertawa terbahak-bahak, 'Yang Jian, bagaimana mungkin aku absen dalam perlawanan melawan Kapal Hantu? Mari bersatu! Biarkan anggota lingkaran gaib menyaksikan, kolaborasi kita pasti mampu meredakan zaman kacau dan membuka era baru. Anggota tim sampah itu hanya akan menjadi beban, tak sepadan denganmu.'"
"Ye Zhen? Lebih baik terlambat daripada tak datang di saat tepat." Mata Yang Jian berkelip-kelip menatapnya.
Tanpa ragu, Yang Jian langsung berkata, "Ye Zhen, bantu aku menahan kapten itu beberapa menit. Jangan biarkan dia mengikutiku. Ada sesuatu yang harus kulakukan."
"Hm?" Ye Zhen yang baru saja turun dari sinar matahari memiringkan kepalanya dengan curiga.
Tapi Yang Jian sudah bergerak. Dia langsung tenggelam ke dalam Danau Hantu dan menghilang.
Tak lama kemudian, tubuhnya muncul kembali dari air.
Kali ini, posisinya sudah berada sangat, sangat dekat dengan Kapal Hantu.
Yang Jian tahu betul bahwa kapten akan mengawasinya. Tanpa berpikir panjang, dia langsung melesat ke arah kapal itu.
Melihat gerakan Yang Jian, sang kapten segera bereaksi. Tubuh kaku-nya berputar pelan lalu mulai mengejar. Meski langkahnya berat, gerakannya mengandung kesan ganjil. Hanya dalam beberapa langkah, jarak antara mereka dengan kapal menyusut drastis.
"Jika tidak dihalangi, Kapten bisa saja mencegat Yang Jian sebelum dia memasuki Kapal Hantu."
"Mau pergi, sudah minta izin saya belum?"
Saat itu, Ye Zhen turun dari langit sambil memegang pedang panjang yang melengkung dan retak, menghadang Kapten.
Langkah Kapten langsung terhenti.
"Hati-hati, senjata gaib saya direbutnya. Sekarang ada paku peti mati menancap di tubuhnya."
Suara Yang Jian terdengar memperingatkan Ye Zhen, lalu tanpa menoleh sedikitpun ia menerobos masuk ke kabin kapal yang rusak itu. Sosoknya segera ditelan kegelapan.
"Apa?!" Ye Zhen kaget.
Benar saja, di tubuh Kapten terlihat paku peti mati itu.
"Makhluk apa ini? Sudah dipaku masih bisa bergerak?" Ye Zhen curiga. Ia sendiri pernah merasakan efek paku peti mati.
"Bahkan kekuatanku saja tak bisa melawan benda itu. Kok hantu ini bisa mengabaikan paku peti mati?"
Hantu ini tampak sangat mengerikan, mungkin musuh besar yang belum pernah dihadapi sebelumnya.
Ye Zhen merenung dalam hati. Ia mencium aura bahaya.
Mata Kapten yang mati rasa itu kini menatap tajam ke Ye Zhen, seolah ingin segera menyingkirkan penghalang ini. Telapak tangannya perlahan melepaskan mayat Yang Jian yang jatuh ke Danau Hantu dan segera tenggelam.
Dengan tangan yang bebas, Kapten dengan raut wajah hampa perlahan mencabut paku peti mati dari tubuhnya.
Paku peti mati yang tercabut tidak terkontaminasi setetes darah pun, tidak seperti benda yang telah menembus tubuhnya sepenuhnya.
"Bukankah ini melanggar aturan?" Ye Zhen membelalakkan matanya saat melihat hantu gentayangan menggenggam paku peti mati.
