Tombak merah panjang melesat seperti kilat.
Tindakan menyerang dari jarak seperti ini, ditambah dengan selimutan api hantu, sama sekali tidak mungkin ada ruang untuk kesalahan. Kecuali hantu di depan mata ini seperti kapten Kapal Hantu yang tidak takut pada paku peti mati, tapi hantu seperti itu sangat langka. Yang Jian tidak merasa dirinya cukup beruntung untuk bertemu dua hantu sekaligus.
Sesaat kemudian.
Tombak panjang menusuk siluet di tengah kobaran api hantu itu, menampakkan kekuatan mencekam yang mengerikan dari paku peti mati.
Hanya dalam sekejap mata, tombak merah panjang itu sudah memakukan hantu gentayangan ini ke dinding di belakangnya.
Dan ini bukan halusinasi, melainkan tertusuk sepenuhnya secara nyata.
"Apa semudah ini berhasil?" Yang Jian justru tertegun saat ini.
Karena dia tahu hantu di depan matanya ini sangat tidak biasa. Makhluk yang bisa menghindari penyelidikan Anjing Jahat, memasuki dunia Hantu Mimpi, bahkan di dunia nyata bisa mengabaikan pengintaian Mata Hantu.
Secara logika, hantu dengan tingkat seperti ini seharusnya tidak bisa diselesaikan dengan mudah.
Dengan penuh tanya, Yang Jian berjalan mendekati mayat perempuan yang tertancap di tembok itu. Saat ini dia merasakan ilusi, seolah-olah kemunculan hantu ini bukan untuk menyerangnya, melainkan untuk menarik perhatiannya. Karena waktu kemunculan hantu ini terlalu kebetulan, tepat saat dia hendak mengambil payung hitam itu.
Jika menghubungkan dua hal ini, apakah niat sebenarnya mayat perempuan ini adalah untuk menghalanginya mengambil payung hitam tersebut?
Tapi mengapa mayat perempuan ini ingin menghalangi tindakannya?
Apakah khawatir dirinya juga akan ikut masuk ke lapisan keenam payung hantu lalu terjebak di dalamnya tidak bisa pergi, atau merasa kontak Yang Jian dengan payung itu berbahaya, ingin menyelamatkan Yang Jian?
Tapi kedua dugaan ini memiliki satu syarat dasar yang sama.
Yaitu mayat perempuan ini memiliki kesadaran, bukan hantu dalam arti sebenarnya.
Dengan pertanyaan ini, Yang Jian berdiri di depan mayat perempuan yang terpaku ini.
Paku peti mati memang berguna, sekarang mayat perempuan ini meredup sama sekali tidak bergerak, dan bagian yang tertusuk paku peti mati juga mengeluarkan bekas darah.
Yang Jian mengulurkan jarinya, menyentuh sedikit bekas darah lalu melihatnya.
Darahnya dingin, tanpa kehangatan, tapi terlihat segar, sama sekali tidak seperti mayat yang sudah meredup bertahun-tahun, malah mirip orang hidup yang baru saja mati.
Saat ini Yang Jian kembali menoleh melihat payung hitam yang tidak jauh.
Karena urusan mayat perempuan ini, justru sekarang dia menjadi ragu-ragu, berpikir apakah sekarang harus mengambil payung hitam itu dan masuk ke lapisan keenam.
Peringatan mayat perempuan ini mungkin mengandung niat baik.
Yang Jian tidak berani sembarangan mempertaruhkan nyawanya, bagaimana jika langkah ini salah, dia terjebak di lapisan keenam payung hitam, kemungkinan besar akan kehabisan waktu dan akhirnya tewas di tangan kebangkitan hantu gentayangan.
"Untuk memahami situasi sebenarnya, harus dicari dari jenazah perempuan di depan mata ini. Tapi saat ini jenazah ini dipakukan oleh paku peti mati, meredup, tidak bisa memberikan informasi apapun. Kecuali saya mencabut paku peti mati secara aktif dan melepaskannya, mungkin bisa mendapatkan beberapa informasi berguna. Tapi melakukan ini memiliki risiko."
"Begitu saya melepaskan hantu gentayangan ini kembali, mungkin dia akan seperti sebelumnya, hantunya terus mengikuti saya ke mana saja. Saat itu datang, mungkin tidak akan ada kesempatan sebaik ini untuk mengurungnya lagi."
Yang Jian merenung dalam hati.
Namun tak lama kemudian dia menemukan jawabannya.
Tanpa berpikir panjang, Yang Jian langsung meraih tombak merah panjang, lalu mencabutnya dari tubuh mayat perempuan, membuat paku peti mati tidak lagi membatasinya.
Alasan melakukan ini karena Yang Jian telah menilai kemampuan antara dirinya dan mayat perempuan ini.
Saat ini Yang Jian merasa percaya diri bisa menghadapi jenazah ini, meskipun sudah dilepaskan tetap yakin bisa mengatasinya.
Tanpa tekanan dari paku peti mati, esensi gaib mayat perempuan itu segera terlihat.
Luka tembus dari paku peti mati itu pulih dengan kecepatan yang terlihat jelas, darah yang mengalir juga berhenti. Tapi berbeda dengan sebelumnya, jenazah di depan mata tetap tidak menghilang, masih berdiri tegak di hadapan Yang Jian.
Yang Jian tidak berbicara, hanya berdiri di samping mengamati dengan waspada.
Asal ada keanehan sedikit saja, dia akan segera memakukan jenazah itu sampai mati tanpa ragu.
“Saya tidak bisa menilai apakah kau sekarang ini orang hidup, hantu gentayangan, atau makhluk luar biasa yang memiliki kesadaran. Tapi jika kau bisa berkomunikasi denganku, kuharap kau memberikan respons. Kau hanya punya satu kesempatan. Jika tidak merespons, aku akan langsung mengurungmu.”
Yang Jian membuka mulut berbicara, mencoba berkomunikasi dengan mayat perempuan ini.
Jika mayat ini benar-benar arwah penasaran sejati, tentu tidak akan bereaksi terhadap perkataan Yang Jian. Tapi jika mayat ini benar-benar memiliki kesadaran, situasinya akan berbeda.
Hasil apa yang akan muncul?
Yang Jian menatap mayat itu, dalam hati berharap ada reaksi dari mayat perempuan tersebut.
Seiring kebangkitan kembali kekuatan gaib mayat itu, tubuhnya mulai bergerak lagi.
Tubuh yang agak kaku itu mulai melangkah perlahan ke depan, seakan sedang menelusuri sumber suara Yang Jian.
Tapi tombak panjang di tangan Yang Jian menghantam lantai dengan keras, mengeluarkan suara berat yang menggema.
Ini adalah bentuk peringatan yang keras.
Mayat itu sepertinya mendengar ketukan peringatan dari Yang Jian, langsung menghentikan langkahnya dan tidak melanjutkan perjalanan.
Reaksi seperti ini jelas menunjukkan bahwa mayat ini memiliki tingkat kesadaran tertentu, bukan hantu gentayangan murni. Karena hantu murni tidak akan menghiraukan peringatan Yang Jian.
Setelah berhenti, mayat itu malah perlahan mengangkat salah satu telapak tangannya.
Telapak tangan itu pucat tanpa warna darah sama sekali.
Melihat tangan yang terhenti di udara tanpa gerakan, Yang Jian mengerutkan kening, tidak memahami maksud mayat tersebut.
Dia mengamati, posisi mayat itu tetap tidak berubah.
Jelas Yang Jian belum memahami maksud mayat perempuan ini. Bagaimanapun, wajah mayat tersebut masih tertutup lapisan kapur yang tebal, menandakan ia tidak bisa melihat atau berbicara. Mungkin satu-satunya yang bisa dilakukan adalah telinganya yang belum tertutup kapur, sehingga mayat ini mungkin masih bisa mendengar sesuatu.
"Aku tidak terlalu ahli dalam tebak-tebakan. Tapi mengingat mayat ini memiliki kesadaran dan tidak menyerangku, kemunculannya tadi berarti sedang mengingatkanku untuk tidak mengambil payung hitam di lantai lima. Peringatan ini bukanlah niat jahat, melainkan bentuk kebaikan."
Demikian yang terlintas dalam pikiran Yang Jian.
Meski demikian, ia tetap mencoba berkomunikasi dengan mayat tersebut.
Setelah ragu sejenak, Yang Jian pun mengangkat tangannya dan menggenggam telapak tangan mayat perempuan itu.
Mungkin permintaan mayat ini tidak rumit, hanya membutuhkan kontak fisik belaka.
Setelah menggenggam tangan mayat itu, tidak terjadi perubahan apapun. Yang Jian hanya merasakan telapak tangan mayat yang sedingin es tanpa sedikitpun kehangatan, namun tidak kaku malah terasa lembut seperti tangan orang hidup.
Karena percobaan ini tidak membuahkan hasil, Yang Jian berniat menarik kembali tangannya.
Tapi sesaat kemudian...
Telapak tangan pucat dan dingin mayat itu tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangan Yang Jian dengan kekuatan yang sangat besar.
Reaksi mendadak ini membuat Yang Jian secara refleks mengangkat tombak panjangnya, bersiap memenggal kepala mayat tersebut dan membongkar jasadnya seketika.
Tapi Yang Jian belum sempat bertindak, kesadarannya tiba-tiba menjadi buram.
"Perasaan ini... masuk ke mimpi?"
Yang Jian menyadari kesadarannya sedang memasuki dunia mimpi.
Tapi bagaimana mungkin? Sumber Hantu Mimpi adalah anjing jahat, dan anjing itu menuruti perintahku. Asalkan aku tidak menyuruhnya menarikku ke mimpi, pasti aku tidak akan masuk.
Bagaimana mayat perempuan ini bisa mencuri kekuatan gaib anjing itu?
Sungguh tak bisa dipahami.
Dengan pikiran yang dipenuhi pertanyaan itu, Yang Jian berhasil memasuki dunia mimpi.
Dunia mimpinya tidak berubah, masih desa yang familiar itu.
Ini adalah kampung halaman Yang Jian.
Yang Jian berdiri di area kosong di tengah desa, kesadarannya sangat jernih. Langsung ia mencoba memanggil anjing jahatnya.
Sesaat kemudian.
Seekor anjing jahat berpostur besar langsung berlari keluar dari sudut desa.
"Ternyata ini memang dunia Hantu Mimpi yang normal, dan anjing itu juga tidak bermasalah. Kalau begitu semua ini jadi terasa tak masuk akal." Saat ini hati Yang Jian dipenuhi tanda tanya.
Tak lama kemudian.
Yang Jian kembali merasakan sensasi mengintai yang familiar.
Langsung ia menoleh ke suatu arah.
Di bawah sebuah rumah warga yang tua di desa, berdiri seorang wanita berpakaian compang-camping.
Tak perlu diragukan lagi, wanita ini adalah mayat perempuan tadi.
Namun berbeda dengan sebelumnya, di dunia Hantu Mimpi wajah mayat ini tidak tertutup kapur. Penampilannya normal dengan fitur wajah lengkap, tanpa menunjukkan sisi ganjil apapun.
“Siapa kau？ mengikuti saya selama beberapa waktu.” Yang Jian menatapnya dan mulai bertanya.
Anjing jahat di sampingnya akhirnya menyadari adanya pihak ketiga dalam mimpi ini, mata mereka langsung memancarkan cahaya merah, menampakkan taring, terlihat sangat garang.
Hanya perlu satu perintah dari Yang Jian, anjing-anjing itu akan menerjang dan merobek wanita ini berkeping-keping.
