Saat Yang Jian keluar lagi dari toko ini, di belakangnya kini ada tiga manusia kertas dan satu mayat perempuan, dengan pengorbanan enam yuan uang hantu.
Empat puluh yuan sekarang tersisa tiga puluh empat yuan.
"Uang hantu ini semakin sedikit jika digunakan, dan tidak ada pengisian ulang. Yang Jian sekarang sedang memikirkan cara mengumpulkan 100 yuan untuk mengembalikan utangnya ke Kak Merah. Lagipula, utang itu tidak boleh diingkari karena itu adalah uang tebusan nyawa empat pangeran."
"Setelah kembali ke jalan hantu, Yang Jian merasa tidak nyaman dengan dua manusia kertas hitam-putih yang terus mengikutinya. Akhirnya dia menenggelamkan kedua boneka kertas itu ke dalam Danau Hantu, berencana mengambilnya kembali setelah meninggalkan tempat ini."
"Alasan membeli dua boneka kertas ini karena dia merasa mungkin membutuhkan benda penjaga pintu."
"Saat di depan toko kertas, kedua boneka ini terlihat bagus sehingga dia memutuskan membelinya untuk dicoba. Lagipula diskon yang diberikan tadi cukup besar, membuatnya tertarik."
"Dan mencobanya pun kerugian tidak terlalu besar."
"Setelah mengirimkan kedua boneka itu, Yang Jian tiba-tiba menyadari boneka cantik di samping mayat perempuan itu mengeluarkan asap hitam. Kemudian nyala api muncul di tubuh boneka tersebut."
"Tak lama kemudian."
"Api membesar dan boneka itu pun terbakar."
"Hm? Kau sedang apa?" Yang Jian bertanya pada mayat itu.
"Boneka kertas tidak mungkin terbakar tanpa sebab. Jelas penyebab kebakaran ini tidak bisa lepas dari kaitannya dengan mayat perempuan ini."
"Mayat itu tidak menjawab, malah langsung mendekati boneka yang terbakar."
"Api yang membakar boneka itu begitu besar, dengan cepat menelan seluruh tubuh mayat perempuan."
Yang Jian tiba-tiba melihat, dalam kobaran api terdapat siluet seorang wanita yang sedang menggeliat kesakitan dan merintih, seolah menanggung penderitaan dahsyat. Namun setelah beberapa saat, ternyata muncul lagi siluet wanita lain dalam api. Tapi siluet kedua ini terlihat sangat tenang, berdiri tak bergerak sama sekali.
Tapi tak lama kemudian, siluet wanita yang menggeliat dalam api itu perlahan menjadi tenang. Akhirnya kedua siluet mulai menyatu perlahan, hingga benar-benar menjadi satu entitas yang tak bisa dibedakan lagi.
Api yang berkobar dahsyat ternyata cepat padam. Hanya dalam beberapa saat, kobaran api itu mulai meredup dengan cepat.
Tapi bersamaan dengan itu, siluet dalam api justru semakin jelas terlihat.
Saat api benar-benar padam, di lantai tersisa tumpukan abu hitam. Di tengah-tengah abu itu berdiri seorang wanita.
Wanita ini ternyata adalah mayat perempuan tadi.
Tapi mayat perempuan yang muncul kembali dari kobaran api ini menunjukkan perubahan signifikan. Meski wajah dan posturnya sama, kini ada aura berbeda yang menyertainya... itu adalah kehadiran orang hidup.
Mayat dingin yang awalnya tak bernyawa ini, setelah dibakar api dari Manusia Kertas, seolah memiliki sensasi kebangkitan.
"Dari tampaknya, boneka kertas cantik itu adalah salah satu bagian yang hilang dari mayat perempuan ini. Dan membakar boneka kertas adalah cara untuk melepaskan kekuatan gaib di dalamnya. Sebelumnya saya pernah membeli perahu kertas di toko kertas, juga dengan cara dibakar untuk melepaskan kapal kayu asli ke Danau Hantu." Tatapan Yang Jian bergetar lemah, tak lama kemudian ia memahami intensi mayat perempuan ini.
Hanya saja Yang Jian agak bingung, mengapa mayat perempuan ini bisa mengetahui dengan begitu akurat bahwa separuh bagian puzzle-nya yang lain berada di Jalan Hantu Kota Taiping?
Ia bahkan samar-samar merasa, mayat perempuan ini sengaja menaruh separuh puzzle-nya di toko kertas, hanya untuk mengambilnya kembali ketika suatu hari nanti dirinya bangkit dari tidur panjang.
Saat merenung sejenak, mayat perempuan itu telah membuka matanya.
Pada saat ini, tatapan mayat perempuan tidak lagi kosong dan hampa, melainkan memancarkan vitalitas layaknya orang hidup.
Seolah-olah sesuatu yang kurang telah ditambal, membuat seluruh tubuhnya menjadi lebih utuh.
"Aku... benar-benar hidup kembali." Mayat perempuan itu bergumam pelan, nada bicaranya menyiratkan keheranan.
Sepertinya ia sendiri juga tidak menyangka bisa bangkit kembali dan muncul lagi di dunia ini suatu hari nanti.
"Dari tampaknya, yang sekarang ini adalah dirimu yang sejati." Kata Yang Jian.
Mayat perempuan itu menatap Yang Jian sambil mengerutkan kening halus, seolah sedang mengingat-ingat sesuatu sambil memeriksanya.
"Apa yang kau lihat?" Tanya Yang Jian dengan tenang.
“Tak disangka, kau ternyata masih sangat muda.” Mayat perempuan itu kemudian mengeluarkan decak kagum: “Dan aku ternyata bisa begitu mempercayai seorang pemuda. Harus kau ketahui bahwa menghidupkanku kembali adalah hal yang sangat sulit, bahkan di lingkaran gaib masa lalu pun ini sangat sulit dilakukan, apalagi di era sekarang ini.”
“Mungkin ini memang keberuntunganku.”
“Aku masih punya urusan lain. Tak ada waktu untuk mendengar decak kagummu.” Yang Jian tak ingin berlama-lama. Melihat potongan tubuh mayat perempuan telah kembali dan kondisinya pulih, ia langsung berbalik badan menuju area yang lebih dalam di jalan hantu.
Sementara mayat perempuan yang telah terbangun itu tetap berdiri di tempatnya tanpa bergerak.
“Ada apa? Ingin melanggar perjanjian setelah hidup kembali?” Kata Yang Jian sambil menoleh.
“Tidak, aku tak bermaksud melanggar. Aku ingin kau memberikanku baju baru. Pakaian di tubuhku sudah rusak.”
Mayat perempuan itu perlahan mengangkat tangannya. Hanya dengan getaran ringan, pakaian lusuh di tubuhnya langsung mengalami pelapukan, berubah menjadi serpihan debu.
Jelas terlihat, seiring dengan penyatuan kembali semua potongan tubuhnya dan perubahan gaib yang terjadi, benda-benda eksternal di sekitarnya juga terpengaruh dan tak bisa mempertahankan bentuk aslinya.
“Ini untukmu.”
Yang Jian menggerakkan tangannya. Disertai kemunculan kekuatan gaib Hantu Penipu, sehelai baju tiba-tiba muncul di udara. Ia lalu melemparkannya ke arah mayat itu.
“Terima kasih.” Mayat perempuan itu menerima baju tersebut dan segera mengenakan pakaian barunya.
"Tidak perlu berterima kasih padaku, aku tetap dengan prinsipku - hubungan kita saling menguntungkan. Aku membantumu bangkit dan menyusun semua potongan teka-teki, setelah ini kau harus membantuku menangani peristiwa supranatural." Yang Jian kembali mengingatkan: "Jika kau melanggar perjanjian, sejak saat itu kita akan menjadi musuh. Meski aku tahu kau bukan orang sembarangan, tapi menghabisimu seharusnya bukan masalah."
"Ini bukan ancaman, melainkan peringatan."
Setelah berkata demikian, Yang Jian membuka mata hantunya dan meliriknya sekali lagi.
"Aku mengerti. Tenang saja, aku tidak akan ingkar janji. Perjanjian yang kusetujui saat kesadaranku belum pulih tetap berlaku." Mayat perempuan itu berkata dengan sungguh-sungguh.
Yang Jian mengangguk, lalu melanjutkan perjalanannya.
Mayat perempuan itu kini mengikuti langkahnya dari belakang.
Baru saja terbangun dari tidur panjang, banyak hal yang belum diketahuinya. Terhadap era ini pun ia merasa asing, sehingga tenggelam dalam perenungan yang mendalam.
Namun semakin ia merenung, semakin kabur pemahamannya.
Ia menyadari waktu kebangkitannya tampak terlalu terlambat... Terlambat sampai ia telah melewatkan satu era. Lingkaran gaib sekarang sudah berubah total, sama sekali berbeda dengan masa yang dikenalnya. Keluarga dan teman-temannya pasti sudah tiada, paling-paling hanya tersisa beberapa keturunan yang masih hidup.
"Omong-omong, siapa namamu? Dalam ingatanku tidak ada informasi tentangmu." Setelah lama merenung, wanita itu memutuskan untuk segera beradaptasi dengan era baru ini. Ia menatap Yang Jian yang berjalan di depan.
"Aku Yang Jian. Kalau kamu?" Yang Jian pun mulai mengobrol santai.
“Saya?” Wanita itu kembali terdiam: “Nama asliku dulu adalah... Lin Yunhui, tapi sepertinya nama ini sekarang sudah tidak ada artinya lagi. Aku tertidur selama satu era, aku ingin mengganti nama yang baru.”
Dia ingin memulai yang baru, karena bagaimanapun dirinya sudah hidup kembali, tak ingin lagi menanggung segala beban masa lalu.
“Nama hanyalah sebutan, mengganti atau tidak tidak terlalu berarti. Kau seharusnya aktif di era Republik, tapi orang-orang dari zaman itu hampir punah semua, siapa lagi yang mengenal Lin Yunhui-mu ini?” Yang Jian berkata.
“Ada benarnya. Kalau begitu aku tidak akan ganti nama.” Lin Yunhui merenung sejenak, akhirnya mengangguk, tidak mempermasalahkan pergantian nama.
Yang Jian terus berjalan sambil mengobrol dengan wanita bernama Lin Yunhui ini.
“Mengapa mayatmu muncul di Kapal Hantu, sedangkan separuh puzzlenya tertinggal di Toko Kertas?” Tiba-tiba, Yang Jian mengajukan pertanyaan penting.
Lin Yunhui menjawab: “Aku tidak tahu mengapa mayatku ada di Kapal Hantu. Yang kuketahui saat itu aku hampir mengalami kebangkitan Hantu Gentayangan. Untuk mengatasi masalah kebangkitan hantu ini, sama sekali tidak ada cara. Aku memohon bantuan banyak orang, akhirnya mendapat kabar tentang Jalan Hantu Kota Taiping ini. Katanya di sini mungkin ada metode untuk mengatasi kebangkitan hantu.”
“Setelah sampai di Jalan Hantu Kota Taiping, memang kutemukan beberapa cara mengatasi kebangkitan hantu. Di dekat Toko Kertas tadi, ingat masih ada satu apotek herbal. Pemilik toko obat itu bisa menjual ramuan herbal untuk memperlambat kebangkitan Hantu Gentayangan.”
“Obat herbal?” Ekspresi Yang Jian berubah, di tangannya saat ini masih ada sekantong obat herbal yang diberikan oleh pria tua era Republik itu kepada dirinya.
Apakah pemilik toko obat yang ditemui Lin Yunhui adalah orang yang sama?
“Lalu mengapa kau tidak mengonsumsi obat herbal itu?” tanya Yang Jian.
Lin Yunhui berkata: “Karena pemilik toko obat menolak menjualnya padaku. Dia bilang aku tidak punya potensi dan tak layak minum obat.”
Dengan tenang Yang Jian berkomentar: “Sepertinya di masa mudanya, sikap bos toko itu cukup tegas.”
Dari pernyataan ini, dia bisa memastikan bahwa pemilik toko obat yang disebut Lin Yunhui adalah pria tua era Republik yang dikenalnya.
Pria tua era Republik itu telah menghabiskan seumur hidupnya menunggu kemunculan sebuah variabel.
Alasan dia berani memberikan tiga bungkus obat herbal kepada Yang Jian pasti bukan tanpa alasan—pasti ada potensi tertentu pada Yang Jian yang menarik perhatiannya. Jika bos toko obat ini memberi obat ke semua orang, persediaan sebanyak apapun akan habis. Jadi kemungkinan besar dia hanya akan memberikan atau menjual obat kepada Pengendali Hantu yang dianggapnya berbakat.
Lagipula, variabel langka ‘satu dari sepuluh ribu’ itu kecil kemungkinan muncul pada orang biasa tanpa potensi.
Jadi kemampuan Lin Yunhui di lingkaran gaib era Republik tidak termasuk golongan termasyhur, hanya level menengah.
Tapi setelah tidur pulas puluhan tahun dan menyelesaikan masalah kebangkitan Hantu Gentayangan, Lin Yunhui sekarang mungkin berbeda.
“Karena tidak bisa beli obat, akhirnya kau memilih peti mati di toko itu? Memang tidur di peti mati bisa menekan kebangkitan hantu gentayangan,” kata Yang Jian.
Lin Yunhui berkata: “Benar, itu adalah metode ketiga yang saya temukan… satu-satunya kekurangan adalah harga peti mati yang terlalu mahal. Saat itu, saya tidak punya cukup uang di badan. Akhirnya saya terpaksa pergi ke toko boneka kertas untuk menjual diri saya sendiri, tepatnya menjual setengah dari diri saya.”
“Menjual setengah diri sendiri?” Ekspresi Yang Jian berubah sedikit.
“Ya, ini adalah cara mengorbankan nyawa untuk memperoleh kehidupan baru. Jika saya berhasil menyelesaikan masalah kebangkitan Hantu Gentayangan dan hidup kembali, saya bisa mencari cara mengambil separuh bagian saya yang lain dari toko boneka kertas. Saat itu masih ada beberapa teman di lingkaran gaib, meski harus mengumpulkan uang untuk membeli kembali boneka kertas saya, itu bukan hal sulit. Hanya saja situasi saat itu sangat darurat sehingga saya harus melakukan ini.”
“Jika saya gagal menyelesaikan masalah kebangkitan Hantu Gentayangan dalam diri, semua ini tidak ada artinya.”
“Resikonya besar, tapi logikanya benar.” Yang Jian mengangguk, merasa keputusan Lin Yunhui saat itu tepat.
Hidup saja tidak bisa dipertahankan, percuma membicarakan hal lain.
Lagipula saat menghadapi kebangkitan hantu gentayangan, punya solusi saja sudah bagus, tidak sempat memilih-milih.
