“Ketemu! Aku menemukan petunjuk penting! Benar ada hantu di dunia ini!”
He Feng yang baru pulang dinas dari Kota Dadong langsung berbagi informasi penting ini dengan istrinya Zhou Mei begitu tiba di rumah, tidak bisa menahan kegembiraan di hatinya.
“Istri He Feng, Zhou Mei, juga seorang wartawan. Tentu saja dia tahu suaminya terus meneliti kisah hantu dan menyelidiki peristiwa supranatural yang disebut-sebut. Jadi dia tidak terlalu terkejut, hanya bertanya: ‘Apa yang kau temukan? Kok bersemangat sekali.’”
“Kali ini aku mewawancarai seorang lansia bernama Zhang Zhidong di panti jompo Kota Dadong. Orang tua itu bercerita pernah melihat hantu sejati. Tidak hanya itu, aku juga mendapat kejutan tak terduga. Ternyata di dunia ini selain ada hantu, ada juga sekelompok orang yang melawan hantu gentayangan. Enam puluh tahun lalu, orang seperti mereka disebut Pengendali Hantu.”
“Lihat, ini catatan wawancaraku.”
He Feng mengeluarkan recorder, foto, serta arsip catatan medis tua dari tasnya.
Awalnya Zhou Mei masih tersenyum sinis. Tapi saat melihat bukti-bukti ini, raut wajahnya berubah serius. Dia membuka recorder sambil mendengarkan sambil melihat-lihat foto.
“Ini foto kaki Zhang Zhidong. Katanya kakinya nekrosis karena terkontaminasi hal gaib. Ini laporan medisnya, sudah kuperiksa, bukan palsu. Dulu memang ada tumor di otaknya, tapi laporan esok harinya menyebut tumornya menghilang secara misterius... Dengarkan deskripsinya.”
Sambil bicara, He Feng mengeluarkan buku catatan lalu buru-buru mulai menyelidiki: “Selain itu aku menemukan petunjuk lain, sebuah nama. Menurut penuturan Zhang Zhidong, orang ini kemungkinan besar adalah personel khusus yang melawan hantu gentayangan, yaitu yang disebut sebagai Pengendali Hantu.”
“Siapa nama orang itu? Aku akan membantumu menyelidiki bersama.” Zhou Mei yang sudah membaca semua dokumen itu mulai menunjukkan ketertarikan.
Ini berita besar, kalau sampai dipublikasikan pasti akan menimbulkan kegemparan besar.
Ternyata di dunia ini masih tersembunyi kejadian yang tidak diketahui orang seperti ini.
"Nama orang itu Yang Jian." kata He Feng.
"Yang Jian? Aku akan mencari informasinya."
Zhou Mei langsung mengeluarkan komputernya dan mulai menyelidiki.
Mereka berdua asyik mencari berbagai informasi di internet.
Sekitar setengah jam kemudian.
"Ketemu, ada sedikit petunjuk." Tiba-tiba Zhou Mei berteriak.
He Feng segera mendekat.
Zhou Mei menunjuk layar komputer: "Nama Yang Jian muncul dalam buku karya penulis luar negeri. Buku ini menceritakan kisah aneh tentang kota yang tiba-tiba menghilang dari dunia, masuk ke neraka. Penghuni kota mulai dibunuh satu per satu oleh arwah jahat, sampai akhirnya penyintas diselamatkan oleh pria misterius."
"Kota yang hilang? Arwah jahat? Yang Jian sang penyelamat misterius... Kisahnya mirip dengan cerita orang tua Zhang Zhidong itu." Mata He Feng berbinar.
"Lihat, di akhir buku ini ada lukisan tangan karya penulisnya sendiri." tambah Zhou Mei.
He Feng memperhatikan ilustrasi itu. Meski agak kacau, tapi terasa sangat nyata.
Kota mati, jalanan sepi, siluet-siluet aneh berkeliaran di wilayah yang remang-remang.
"Gambar ini juga dari buku itu?" tiba-tiba He Feng menunjuk lukisan berwarna di halaman terakhir.
"Halaman lukisan berwarna itu adalah sebuah lukisan minyak, latar belakang lukisan minyak tersebut adalah sebuah kota yang redup, namun di bagian tengah ilustrasi justru berdiri seorang wanita. Wanita ini mengenakan baju merah, wajahnya buram, namun sepasang telapak tangan yang terlihat di luar terlihat pucat bersih secara mencolok."
"Gaya lukisan minyak itu sangat aneh, agak campuran antara Tiongkok dan luar negeri, terlihat tidak karuan."
"Tapi jika dilihat lebih seksama, wanita dalam lukisan itu terlihat sangat ganjil, seolah sedang menatap dirinya sendiri."
"Penulis ini pasti mengetahui sesuatu, mungkin di masa mudanya dia juga pernah mengalami peristiwa supranatural. Bisakah kita menemukannya? Aku ingin mewawancarainya," kata He Feng.
"Tidak bisa, penulis luar negeri ini sudah meninggal di usia 40-an, penyebab kematiannya adalah bunuh diri."
"Bunuh diri?" He Feng merasa sangat menyesal: "Dari tampaknya petunjuk dari penulis ini terputus. Lanjutkan pencarian, aku yakin pasti masih ada petunjuk lain."
Zhou Mei mengangguk.
Mereka berdua melanjutkan pencarian petunjuk.
Nama Yang Jian tidak terlalu umum, jadi bisa menghilangkan banyak informasi sampah.
Tapi hal yang mereka cari sudah terlalu lama, berita-berita lama di internet sama sekali tidak tersimpan, sehingga tingkat kesulitannya sangat tinggi.
Sampai malam.
Zhou Mei akhirnya menemukan petunjuk penting lagi: "Sayang, cepat lihat! Aku menemukan petunjuk penting!"
"Ini dia," He Feng yang baru saja membawa makanan yang dibuatnya berjalan tergesa-gesa mendekat.
Zhou Mei menerima semangkuk nasi, langsung menyantapnya, kemudian menunjuk layar sambil berkata: "Ini adalah program wawancara dengan seorang profesor ternama. Di masa muda, profesor ini adalah seorang wanita berbakat. Dengarkan baik-baik."
Dalam video tersebut, pembawa acara sedang mewawancarai Profesor Miao yang berusia sekitar 70-an tahun. Meski sudah sepuh, Profesor Miao tetap memancarkan keanggunan dan keramahan yang memberikan kesan hangat.
"Sebagaimana diketahui, Profesor Miao telah menulis banyak buku dan menciptakan puisi indah sepanjang hidupnya. Kira-kira karya mana yang paling beliau sukai? Bisakah berbagi dengan kami?" tanya pembawa acara.
Profesor Miao tersenyum tipis, lalu dengan nada bernostalgia menjawab: "Karya favorit saya adalah buku pertama yang pernah terbit. Kalian bisa membacanya jika tertarik. Saya yakin buku itu akan memberi banyak manfaat."
"Setiap orang pasti mengingat pengalaman pertama: liburan pertama, nonton bioskop pertama, pacaran pertama. Ternyata Profesor Miao juga tak terkecuali, masih mengingat jelas buku pertamanya. Ngomong-ngomong soal percintaan, kita semua tahu di masa muda Profesor Miao adalah wanita berbakat berparas cantik. Mari kita lihat foto masa mudanya di layar ini."
Pembawa acara di video memberi isyarat, lalu sebuah foto muncul di layar.
Tampak foto seorang wanita muda dengan wajah manis beraura lembut dan polos, membuktikan kecantikannya yang luar biasa.
“Jadi yang ingin kami ketahui adalah, Profesor Miao yang begitu luar biasa, pasti punya banyak yang mengejar di masa muda. Mengapa memilih tetap lajang sampai sekarang? Mungkinkah di masa muda Profesor tidak pernah menyukai siapa pun?” tanya pembawa acara.
Profesor Miao terdiam sejenak, lalu tersenyum: “Di masa muda, penampilanku biasa saja, tidak tergolong cantik, juga tidak ada yang mengejar. Seperti kebanyakan perempuan muda, aku pun pernah suka pada seseorang. Dia teman SMP-ku, lalu kami masuk SMA yang sama. Bisa dibilang kami tumbuh bersama sejak kecil... Sayangnya, mendekati ujian masuk perguruan tinggi, terjadi suatu peristiwa pada dirinya yang memaksanya berhenti sekolah. Sejak itu kami jarang bertemu.”
“Izinkan saya ber-gosip sedikit. Kami ingin tahu seperti apa cowok yang bisa membuat Profesor Miao muda jatuh hati. Bisakah Profesor ceritakan secara detail tentang teman masa kecil itu? Agar masyarakat luas bisa belajar darinya - bagaimana cara membuat perempuan muda cantik dan berbakat seperti Profesor tergila-gila, bahkan sampai sekarang masih terkenang.” wawancara pembawa acara terus berlanjut.
“Dia orang yang sangat baik hati, berani mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan orang. Kemampuannya luar biasa, bisa melakukan hal-hal yang mustahil bagi orang biasa. Dia juga sangat dermawan, benar-benar menganggap uang seperti kotoran. Rumah yang kutinggali sekarang ini adalah hadiah darinya...”
Profesor Miao terus memuji, kata-kata pujian mengalir deras dari mulutnya, matanya berbinar seolah memancarkan cahaya.
“Cowok kompeten seperti ini, pantas saja Profesor Miao tidak bisa melupakannya. Bisakah kamu memberitahu nama cowok ini?” pembawa acara bertanya lagi.
“Namanya sangat unik, dia bernama... Yang Jian.”
He Feng yang melihat bagian ini kembali bersemangat: “Bagus! Profesor Miao ini mengenal Yang Jian. Asalkan kita bisa mewawancarai profesor ini, saya yakin banyak pertanyaan bisa terjawab. Selidiki informasi Profesor Miao ini, profesor terkenal seperti ini pasti punya arsip online.”
Tak lama kemudian.
Zhou Mei menemukan informasi Profesor Miao: “Profesor Miao, nama asli Miao Xiaoshan, lahir pada... tahun ini berusia 79 tahun... pernah bersekolah di Sekolah Menengah 7 Kota Dachang.”
“Kota Dachang? Dari tampaknya orang bernama Yang Jian dulu adalah murid Kota Dachang. Jika pergi ke Kota Dachang pasti bisa menyelidiki beberapa hal. Tapi saya harus ke ibu kota dulu, saya ingin mewawancarai profesor ini. Setelah wawancara selesai baru terbang ke Kota Dachang. Saya yakin kali ini pasti bisa menemukan berita besar.”
“Jangan ditunda lagi, hari ini juga kita pesan tiket dan berangkat.”
Hari kedua.
He Feng dan Zhou Mei berdua naik pesawat menuju ibu kota.
Setelah turun dari pesawat, mereka langsung mencari hubungan ke sana kemari untuk mencari tahu tentang Profesor Miao. Kira-kira butuh beberapa hari, akhirnya mereka mendapat hasil, mengetahui tempat tinggal Profesor Miao. Kemudian mereka mengangkat bingkisan bersiap mengunjunginya langsung.
“Kompleks perumahan ini sudah ada sejarah 70-80 tahun ya.”
He Feng dan Zhou Mei berjalan di dalam kompleks.
Kompleks ini dipayungi pepohonan hijau, berkicau burung dan harum bunga. Bangunan bergaya lama memancarkan kesan kokohnya sejarah.
“Harus diakui Profesor Miao ini benar-benar kaya. Meski lokasinya tidak termasuk wilayah pusat kota, tapi memiliki vila pribadi di ibu kota sejak 60 tahun yang lalu jelas menunjukkan statusnya yang bukan orang biasa. Di zaman sekarang ini nilainya semakin luar biasa, orang biasa bahkan mustahil membelinya meski bekerja sejak era Manusia Yuanmou.” He Feng menghela napas kagum.
“Jangan berdecak kagum terus. Sudah kuketahui, Profesor Miao tinggal di vila nomor delapan di sini. Sebentar lagi kita sampai.” Kata Zhou Mei di sampingnya.
Keduanya berjalan beberapa langkah dan segera tiba di kediaman Profesor Miao.
Bangunan bergaya Eropa yang sarat nuansa era 70-80 tahun lalu ini terawat sangat baik. Meski berusia tua, tidak terlihat kusam sama sekali. Pintu gerbang emasnya masih berkilau seperti baru, sama sekali tidak pudar atau menua, entah bagaimana cara perawatannya.
He Feng maju menekan bel pintu.
Denging bel yang nyaring bergema, disusul suara langkah kaki dari dalam.
Pintu terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya sekitar 50 tahun. Berbalut gaun panjang sederhana namun elegan, aura wajahnya memancarkan kewibawaan yang membuat orang langsung merasa nyaman.
“Ada yang bisa saya bantu?” tanya wanita itu.
“Maaf mengganggu tiba-tiba seperti ini. Kami wartawan yang ingin mewawancarai Profesor Miao. Apakah beliau sedang di rumah?” Zhou Mei segera menjelaskan sambil tersenyum ramah.
Wanita paruh baya itu berkata: "Ternyata begitu, kalian datang di waktu yang kurang tepat. Profesor Miao tidak sedang di rumah. Beliau baru saja bepergian beberapa hari ini dan mungkin tidak akan kembali dalam waktu dekat."
"Sesial itu? Sungguh disayangkan." He Feng langsung terlihat kecewa.
"Jenis konsultasi seperti apa yang kalian butuhkan? Saya adalah keponakan Profesor Miao. Saya tahu cukup banyak tentang urusan beliau, mungkin bisa membantu sedikit." Wanita itu menjelaskan.
Zhou Mei mengatakan: "Begini, kami ingin berkonsultasi dengan Profesor Miao tentang seseorang bernama Yang Jian. Apakah Anda mengetahui sesuatu tentang Yang Jian?"
"Yang Jian?"
Mendengar nama itu, ekspresi wanita paruh baya itu langsung berubah serius: "Apakah kalian sedang menyelidiki hal-hal terkait Yang Jian?"
"Benar." He Feng mengangguk.
"Silakan masuk dulu." Wanita itu tidak menolak permintaan wawancara mereka.
"Maaf merepotkan."
Keduanya memasuki vila megah itu.
Segera mereka terpana oleh kemewahan dekorasi interior vila.
Penerangan yang terang benderang, dinding dan lantai yang berlapis emas, membuat seluruh bangunan terlihat megah bak istana.
Aura kemewahan langsung menyergap mereka.
He Feng memandang sekeliling dengan penuh rasa ingin tahu.
"Hei."
Zhou Mei menarik lengan He Feng dengan hati-hati: "Lihat, logam emas di atas itu sepertinya emas asli."
Sambil berkata demikian, dia mengangkat pergelangan tangannya yang mengenakan gelang emas.
Setelah membandingkan warna gelangnya dengan logam di sekitarnya, ternyata warnanya benar-benar identik.
“Apa leluconnya？Emas, bagaimana mungkin, kau pasti salah lihat.” He Feng terkejut dengan pemikiran istrinya itu, kemudian langsung merasa itu mustahil.
Kalau semua logam kuning di rumah ini adalah emas, berapa banyak emas yang dibutuhkan untuk mengisi area seluas ini.
Lagipula menggunakan emas untuk dekorasi, meskipun kaya tidak boleh seenaknya membuang-buang seperti ini.
“Aku tidak salah lihat, barusan aku meraba teksturnya, persis seperti emas asli.” Zhou Mei berbisik pelan.
Hati He Feng mendadak dingin, dia tidak banyak berpikir, hanya berusaha menahan keterkejutannya.
Bersamaan itu, otaknya teringat video wawancara kemarin.
Rumah ini dihadiahkan Yang Jian kepada Miao Xiaoshan. Asumsinya semua perhiasan disini adalah emas, lalu seberapa kayanya Yang Jian sampai bisa dengan mudah menghadiahkan rumah semewah ini?
Mungkin bukan sekadar uang, tapi butuh status khusus.
Jika benar Yang Jian adalah Pengendali Hantu yang memiliki kemampuan khusus, wajar saja dia memiliki kekuasaan dan kekayaan sepadan.
Tampaknya dirinya sudah semakin mendekati kebenaran yang sebenarnya.
He Feng tidak bisa menahan gejolak hatinya yang semakin menjadi.
“Silakan duduk.” Wanita paruh baya itu mempersilakan mereka berdua.
Keduanya tersenyum kaku, merasakan tekanan tak terduga karena menyadari Profesor Miao ini mungkin lebih rumit dari perkiraan mereka.
"Wanita dewasa menuangkan secangkir teh untuk keduanya, baru kemudian duduk dan berkata perlahan: 'Saya tidak tahu mengapa kalian menyelidiki tentang orang bernama Yang Jian ini. Tapi di keluarga kami, nama ini adalah pantangan yang tidak boleh diucapkan sembarangan. Bahkan sekadar menyebutnya pun harus disertai rasa segan dan hormat yang mendalam.'"
"Apa alasannya? Yang Jian seharusnya hanya nama biasa. Mengapa di sini menjadi pantangan? Bisakah Anda jelaskan?" He Feng mengeluarkan recorder dan bertanya.
Wanita itu menjawab: "Ini peraturan yang ditetapkan bibiku. Semua generasi tua di keluarga kami mematuhinya dengan ketat. Tapi alasan pastinya tidak saya ketahui. Saya hanya tahu, jika hati tidak tulus jangan panggil namanya, kalau tidak akan mendatangkan malapetaka."
"Begitu rupanya." Wajah He Feng berubah pucat.
Kini rasa penasarannya pada Yang Jian semakin membara. Bahkan keturunannya yang pernah kontak dengannya saja menganggap namanya pantangan - ini benar-benar di luar akal sehat.
"Omong-omong, dari mana kalian mendengar nama ini? Bisa ceritakan?" tanya wanita itu.
"Sebelumnya saya mewawancarai seorang tua bernama Zhang Zhidong di Kota Dadong..." He Feng menceritakan kejadian sebelumnya secara detail.
Setelah mendengar penjelasannya, wanita itu berkata: "Ternyata begitu. Kalian sedang menyelidiki peristiwa supranatural sehingga menemukan nama ini. Tunggu sebentar, saya akan ambil sesuatu."
Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Ia berdiri dan berbalik menuju rak buku besar di ruang tamu.
Tak lama, ia kembali membawa sebuah buku.
"Ini buku pertama karya bibiku. Mungkin isinya akan menarik bagi kalian."
“Terima kasih.” He Feng menerima buku itu, lalu melirik sampulnya yang bertuliskan empat huruf besar——《Saya Punya Satu Strategi》.
Saat membuka halaman secara acak, matanya tertuju pada deskripsi berikut:
『Orang hanya tahu menyalakan lilin merah saat acara bahagia, tapi tak paham asal-usulnya. Lilin adalah api hantu. Lilin merah yang menyala bisa mengusir roh jahat, melindungi keselamatan.
Saat mengenang para pendahulu, justru harus menyalakan lilin putih. Lilin putih pembawa kemalangan ini akan memancing hantu. Orang mengira ini bisa memanggil arwah untuk menikmati persembahan dan mengunjungi keturunan, padahal tindakan ini absurd. Hantu adalah makhluk ganas. Memancing hantu dengan lilin putih sama saja dengan memicu kebakaran.』
Setelah membalik beberapa halaman, He Feng baru paham ini adalah novel mitos bernuansa gaib yang bercerita tentang manusia biasa yang memenggal emosi dan keinginan, melewati penderitaan, lalu akhirnya menjadi dewa.
Sekilas terlihat seperti novel inspiratif, tapi sebenarnya kisah tragis.
Teman-teman si tokoh utama mewakili tujuh emosinya. Kematian mereka membuatnya kehilangan emosi. Kemudian melalui serangkaian peristiwa aneh, ia kehilangan satu per satu nafsunya—dalam buku ini enam nafsu merujuk pada cinta, uang, kekuasaan, keserakahan, nafsu, dan ketenaran.
Setelah melewati berbagai kesengsaraan, meski akhirnya menyelamatkan dunia, saat menoleh ke belakang dirinya sendiri justru tak punya apa-apa.
Justru karena kehampaan inilah terbentuk sifat ilahi yang melampaui manusia biasa.
He Feng mulai terpesona. Tak lama kemudian ia sampai di halaman terakhir buku itu.
Di halaman penutup, tertulis sebaris kalimat——
『Bagi saya, ini adalah neraka Avici.』
"Ini adalah kalimat penutup dari penulis."
He Feng memandangi sebaris tulisan ini, merasakan kerinduan mendalam Profesor Miao terhadap seseorang di masa mudanya, sekaligus memahami mengapa buku ini diberi judul "Dunia Manusia Bagaikan Neraka". Rupanya bukan hanya tokoh utama yang terjebak dalam dunia bak neraka, Profesor Miao pun mengalami hal serupa.
"Jika kau suka membacanya, buku ini akan kuhadiahkan untukmu." Wanita paruh baya itu tersenyum sambil berkata.
"Ini agak kurang baik." Zhou Mei terlihat heran.
Wanita itu menjelaskan: "Tidak apa-apa, cuma buku biasa yang tidak berharga. Ini dulu diterbitkan secara mandiri oleh Profesor Miao. Sayangnya orang-orang di era itu kurang menyukai genre cerita seperti ini, jadi banyak eksemplar yang tidak terjual. Selama bertahun-tahun sudah banyak yang dibagikan, tapi di sini masih tersisa banyak."
"Kalau begitu, saya tidak akan sungkan menerimanya." Zhou Mei menjawab sambil tersenyum.
Ketiganya melanjutkan obrolan sambil duduk di sofa.
Setelah teh habis diminum, wanita itu akhirnya berkata: "Wawancara hari ini sampai di sini saja. Hanya ini yang saya ketahui. Jika kalian ingin menggali lebih banyak kisah tentang orang tersebut, saya sarankan kalian pergi ke Kota Dachang. Di sana ada kompleks perumahan bernama Guanjiang, mungkin di tempat itu kalian bisa menemukan cerita-cerita baru."
Keduanya memang sudah berencana ke Kota Dachang. Namun setelah mendengar empat kata "Kompleks Perumahan Guanjiang", mereka secara diam-diam mencatat informasi tersebut.
Setelah bertukar basa-basi, proses wawancara kali ini benar-benar berakhir.
Namun dalam perjalanan pulang, He Feng terbuai dalam buku tersebut hingga tak bisa melepaskannya, terus-menerus membacanya.
"Baru setelah kejadian, dia menyadari bahwa buku yang diterbitkan Profesor Miao dan buku ini meski sama judulnya, tapi konten yang dipotong dalam versi terbitan terlalu banyak. Buku ini sepertinya naskah awal... Ada banyak informasi rahasia di dalamnya."
