Sejak fenomena gaib terjadi di Kota Dachang, seluruh dunia berubah. Berbagai fenomena aneh yang sulit dipahami mulai bermunculan di berbagai tempat.
Contohnya, di wilayah Kota Dahai, tiba-tiba muncul tanah pemakaman ganjil dalam semalam.
Atau di sudut sebuah kota, muncul rumah tua seram yang menyeramkan.
Bersamaan dengan itu, banyak kasus kematian misterius terjadi di berbagai kota.
……
Enam puluh tahun telah berlalu. Blokade Yang Jian dulu mulai gagal berfungsi. Beberapa wilayah gaib mengerikan mulai muncul diam-diam di dunia nyata.
Bersamaan dengan kemunculan hal-hal gaib ini, beberapa figur yang lama menghilang mulai bergerak lagi.
Waktu tidak berhasil mengubur mereka.
Ada yang melihat di jalanan Kota Dahai, seseorang berambut acak-acakan tanpa alas kaki, dengan pedang tergantung di pinggangnya berkeliaran, sepertinya sedang mencari sesuatu.
Ada juga yang melihat di malam hari, sosok ganjil mondar-mandir di setiap sudut kota, namun wajahnya sudah terlupakan, tak bisa dideskripsikan secara spesifik.
Ada orang yang tiba-tiba mengalami pemadaman listrik di rumah sakit mendengar langkah kaki datang dari kegelapan. Dia tidak melihat siluet itu, hanya melihat seutas tali jerami hitam yang diseret di lantai.
……
Beberapa arsip tersembunyi mulai terbuka.
Sebuah departemen penanganan peristiwa misterius kembali didirikan secara darurat.
Banyak penyelidik langsung menuju berbagai daerah di seluruh negeri, sekaligus satu tim kecil penyelidik ditempatkan di Kota Dachang.
Dunia yang tenang telah hancur, tapi kabar tentang manifestasi dewa justru menyebar cepat di masyarakat.
Tapi semua ini tidak ada hubungannya dengan Yang Jian yang baru saja terbangun.
Karena keputusasaan belum muncul, dunia belum memanggil namanya.
Hanya saja, benih sudah ditanam.
He Feng, sang wartawan, sedang menerima interogasi dari penyelidik. Banyak hal tak akan lagi menjadi rahasia. Asal ada momentum yang tepat, nama Yang Jian akan mulai tersiar tak lama lagi, hingga akhirnya diketahui semua orang.
Selama beberapa hari ini Yang Jian mempelajari berbagai peristiwa yang terjadi dalam enam puluh tahun terakhir.
Seperti yang dia perkirakan sebelum meredup: fenomena gaib menghilang, dunia ini kembali damai. Kemudian negara-negara mulai memblokir arsip paranormal, menggunakan berbagai strategi untuk membuat orang melupakan sejarah kelam itu, dan mencegah penggalian informasi tentang hal gaib.
Karena peristiwa gaib adalah akar gejolak, awal malapetaka. Sebagian besar penghuni tak ingin barang ini muncul lagi. Menguburnya dalam waktu adalah pilihan terbaik.
Yang Jian juga memahami beberapa pengalaman orang lain.
Contohnya, Li Yang yang pernah berbaring di peti mati hantu sempat menemukan keseimbangan sementara, lalu keluar dari peti mati itu untuk beberapa waktu menangani sisa-sisa peristiwa supranatural, namun akhirnya tidak sanggup bertahan. Ia menguburkan dirinya sendiri dalam peti mati dan terpaksa meninggal.
Nasib orang lain juga kurang lebih sama.
Bagi para Pengendali Hantu, waktu tetaplah musuh terbesar. Mereka memang tidak berumur panjang. Enam puluh tahun cukup untuk menghabisi hampir semua Pengendali Hantu di lingkaran gaib masa lalu. Hanya segelintir orang yang bisa bertahan sampai sekarang.
Namun Yang Jian bisa memastikan bahwa He Yiner dari Kota Taiping Baru masih hidup.
Perempuan berusia 80-an tahun ini tidak terlihat terlalu tua, hanya berubah menjadi wanita paruh baya.
Di Kota Dadong, keturunan keempat keluarga Wang masih belum meninggal.
Saat pertama kali Yang Jian bertemu dengannya dulu, dia masih bayi. Meski terkena kutukan keluarga Wang, sebagai orang biasa yang tidak mengendalikan hantu, dia bisa hidup cukup lama. Kini tepat berusia 60 tahun dengan kondisi kesehatan baik, sudah menikah dan punya anak. Hanya saja pernikahannya terlambat - keturunan kelima keluarga Wang baru berusia awal 20-an dan masih kuliah.
Saat ini seluruh keluarga mengelola Restoran Wang di Kota Dadong dengan bisnis yang berkembang pesat.
Memori Liu Xiaoyu yang hilang selama 60 tahun mengungkapkan bahwa boneka kertas Liu San diduga masih hidup, namun informasi terakhir tentang manusia kertas ganjil itu berasal dari 30 tahun silam.
Kantor Pos Hantu di Kota Dahan masih tetap berdiri.
Enam puluh tahun tidak membuat Sun Rui mati, hanya saja setelah tidak ada peristiwa supranatural, Kantor Pos Hantu kembali menghilang. Dia seperti orang tua yang tinggal di rumah kosong, tetap di tempat itu, waspada akan kebangkitan berikutnya hal gaib.
"Aku ingin berkeliling dan melihat-lihat dalam beberapa hari." Saat ini Yang Jian berada di vila tua itu, di seberangnya duduk seorang nenek.
Lima lantai vila itu sunyi sepi, hanya Jiang Yan seorang diri.
Di dinding salah satu ruangan, masih tergantung beberapa gambar almarhum.
Ada orangtua Yang Jian, Zhang Liqin, dan beberapa keluarga Jiang Yan.
Gambar-gambar almarhum ini membuktikan kekejaman waktu dan kerapuhan nyawa.
"Aku akan menemanimu, aku sudah memutuskan."
Jiang Yan akhirnya membuat keputusan: "Aku tak bisa menyandang memori enam puluh tahun untuk terus bersamamu. Biarkan aku seperti Liu Xiaoyu, melupakan semua yang dialami selama enam puluh tahun ini, biarkan aku tetap di sisimu seperti dulu."
Usianya sudah terlalu tua. Dalam hidupnya, bukan hanya ada Yang Jian, tapi juga pengalaman lain yang membuatnya penuh luka, tak lagi selincah dulu. Dia tak ingin hidup dengan sikap seperti itu.
Karena itu dia tak bisa melepaskan kegigihan maupun kenangan masa lalu.
Untuk mendapatkan kehidupan baru, satu-satunya cara adalah memutus hubungan antara keduanya, hidup dengan identitas masa lalu.
Tapi Jiang Yan tidak yakin, apakah ini masih disebut hidup atau sudah mati.
Tapi sekarang dia sudah menerima.
Lagipula dirinya yang sekarang sudah tak bisa bertahan lama. Jika demikian, lebih baik mulai sekarang menguburkan enam puluh tahun itu sepenuhnya, menyambut kehidupan baru.
"Baik." Yang Jian memenuhi permintaan Jiang Yan.
Dia menyimpan memori 60 tahun Jiang Yan, lalu mengembalikan wanita itu ke masa mudanya.
Hanya beberapa detik.
Mertua beruban itu menghilang tanpa bekas, digantikan oleh wanita muda cantik.
Jiang Yan dari 60 tahun yang lalu telah kembali.
"Yang Jian." Jiang Yan memandangi Yang Jian, tatapannya berubah - tak lagi penuh luka, hanya kekaguman dan kejutan.
Yang Jian mengangguk: "Ini 60 tahun kemudian, banyak hal telah berubah. Kau sebaiknya cepat beradaptasi."
Dia memberitahu Jiang Yan situasi saat ini, sekaligus membuatnya memahami posisinya.
"Ini bagus. Aku seperti hidup kedua kalinya, dan mulai sekarang hanya kau yang ada di hidupku." Jiang Yan gembira. Dia tak sedih kehilangan 60 tahun waktunya, karena ini pilihannya sendiri.
"Jika suatu hari kau berubah pikiran, mintalah padaku untuk mengambil kembali memori 60 tahun itu." Yang Jian tidak menghapus memori tersebut, tetap menyimpannya.
Jiang Yan berkata: "Tidak, aku tak mau. Pasti aku tidak bahagia selama 60 tahun itu. Jangan ceritakan masa laluku, aku ingin memulai hidup baru."
"Sesuai keinginanmu." Kata Yang Jian.
"Kakak Kaki, ada di dalam?" Suara Zhang Wei terdengar dari luar pintu. Meski berwajah kakek tua, suaranya masih lantang seperti pemuda.
"Aku di sini." Yang Jian membuka pintu dan keluar.
Zhang Wei berkata: "Temani aku jalan?"
Yang Jian mengangguk: "Baik."
Zhang Wei melihat Jiang Yan di dalam rumah, yang tidak lagi terlihat tua, melainkan menjadi muda dan cantik. Ia berdecak kagum, "Terkadang aku benar-benar iri pada Liu Xiaoyu dan Jiang Yan yang memiliki tekad begitu besar untuk melepaskan masa lalu. Tidak seperti aku, saya tidak bisa melepaskannya."
Dia sudah berkeluarga dan memiliki ikatan, mustahil benar-benar kembali seperti dulu.
"Aku hanya menghormati pilihan setiap orang," kata Yang Jian.
Zhang Wei tersenyum, "Aku akan mengajakmu melihat hadiah yang telah kusiapkan selama enam puluh tahun untukmu."
Sambil berkata demikian, dia membawa Yang Jian ke ruang aman nomor dua di rumahnya.
"Aku tidak punya bakat berbisnis. Setelah ayahku pensiun, aku tidak berani lagi menghambur-hamburkan harta keluarga. Jadi kukumpulkan semua kekayaan seumur hidup keluarga kami dan menukarnya dengan emas. Lagipula, ini akan berguna saat kau kembali nanti untuk memburu hantu. Percayalah, uang di sini tidak kusentuh sedikitpun."
Zhang Wei meraba emas batangan yang dingin itu, tak kuasa menahan decak kagum, "Kakak Kaki, kau tahu dulu waktu di sekolah, kondisi keluargamu kurang baik. Jadi setiap kali ada urusan yang butuh uang, selalu aku yang mentraktir. Seumur hidup aku mentraktir, semoga kali ini tidak terkecuali. Nanti kau tangkap hantu, aku yang bayar."
"A Wei ini tidak punya keahlian. Kebanggaan terbesarku dalam hidup adalah mengenalmu. Nanti saat aku sudah tiada, kau harus hidup dengan bahagia."
Yang Jian diam seribu bahasa, hanya mendengarkan.
"Sudahlah, jangan bahas ini. Tiba-tiba ingin main game. Kakak Kaki, temani aku main satu ronde, ya?" Tiba-tiba Zhang Wei mengubah topik.
"Baik," Yang Jian mengangguk.
Keduanya meninggalkan ruang aman.
Zhang Wei membawa Yang Jian ke depan sebuah toko di sekitar kompleks perumahan.
Dia mengeluarkan kunci dan membuka pintu gerbang toko.
Toko yang telah tersegel lama ini dipenuhi debu. Setelah dibuka, ternyata adalah warnet tua yang sudah sangat lawas.
"Batuk-batuk, warnet ini dulu kubuka. Saat itu ramai sekali, aku dan anak buahku setiap hari main ke sini. Belakangan sudah tua tak kuat main lagi, warnet ini pun ditutup. Tapi dulu sesekali masih kugunakan. Sepuluh tahun lalu kunaikkan speknya. Sekarang mungkin belum rusak, bisa dinyalakan."
Zhang Wei menghidupkan daya listrik, berusaha mengoperasikan kembali warnet ini.
Tapi Kompleks Perumahan Guanjiang sudah direlokasi dan dibangun ulang. Listrik dan jaringan di sini sudah lama terputus.
Zhang Wei mencoba beberapa kali lalu gusar: "Sialan, kok tidak bisa nyala? Setengah tahun lalu masih kuperiksa."
"Biar aku."
Mata Hantu Yang Jian tiba-tiba membelalak.
Sesaat kemudian.
Lampu di langit-langit berdecit-decit lalu semua menyala terang. Debu abu-abu di lantai menghilang tanpa bekas, berubah bersih mengilap. Komputer tua kembali menyalakan layarnya dan beroperasi. Kursi-kursi kosong tiba-tiba dipenuhi orang tak dikenal.
Bahkan di depan bar sudah tersaji aneka jajan... Semua seolah kembali ke masa lalu.
Mata Zhang Wei berbinar, buru-buru menunjuk ke depan: "Kakak Kaki, cepat duduk sini! Masih ada dua kursi."
Keduanya seperti masa sekolah dulu, cepat-cepat duduk lalu membuka komputer.
Permainan di dalamnya masih sama legendarisnya.
“Saya buat ruangan, dual account main PUBG, ada yang mau ikut? Siapa yang ranking satu, A Wei kasih hadiah seribu yuan.” Zhang Wei berteriak ke seluruh warnet, tetap arogan seperti dulu.
“Aku ikut.”
“Tambahkan aku.”
Seketika, berbagai suara memenuhi warnet, ramai dan hiruk-pikuk.
“Haha, Kakak Kaki, aku ajak kau main PUBG.” Zhang Wei terkekeh keras.
Permainan segera dimulai.
Meski terlihat tua, gerakan tangan-kaki dan refleks Zhang Wei masih gesit, skill-nya tak kalah dari masa jayanya.
“Sial, sehebat ini? Ini aja bisa mati.”
“Kau pakai cheat ya? Gak percaya nih duel tembak-tembakan kalah.”
“1 vs 6, dihabisin semua, kalian bisa main gak sih?”
Berbagai protes bergema di warnet.
Zhang Wei semakin bersemangat, membantai musuh tanpa ampun. Meski anggota timnya "Kakak Kaki" sampah, mati tujuh kali beruntun, tapi berkat skill-nya, semua musuh terbunuh dan Kakak Kaki selamat.
Akhirnya, di tengah kepungan tiga tim, dia sukses merebut posisi pertama.
“Menang.” Zhang Wei tertawa ngakak.
“Gak terima, rematch!”
“Iya, satu round lagi!” Banyak pengunjung warnet yang ngotot.
“Rematch ya rematch! Takut sama kalian? Meski A Wei sudah 80 tahun, ngebully kalian tetap semudah balik telapak tangan.” Zhang Wei penuh vitalitas, arogannya bikin pengen ditonjok.
Tapi kebanyakan orang menahan diri.
Permainan dilanjutkan.
Meski setiap kali nyaris kalah, akhirnya Zhang Wei selalu sukses membawa Yang Jian menang, memuaskan egonya.
Hingga setelah empat jam berlalu.
"Kakak Kaki, lihat aku dashyat? Kami menang lagi." Zhang Wei sangat bersemangat, wajahnya memerah.
"Luar biasa." Yang Jian tidak ragu memberikan pujian.
Zhang Wei semakin girang. Saat hendak melanjutkan permainan, tubuhnya tiba-tiba membeku, lalu seluruh badannya limbung terjatuh ke lantai.
Yang Jian di sampingnya seolah sudah bersiap, segera menyangga tubuhnya.
Saat ini, semua orang di warnet serentak menghentikan aktivitas, menatap tajam ke arah Zhang Wei. Wajah mereka pucat, raut mati rasa, memancarkan aura dingin yang menyeramkan - sama sekali bukan orang hidup.
"Ka-Kakak, a-aku... tidak bisa... sepertinya aku akan mati." Zhang Wei berkata dengan gugup.
"Aku tahu. Kau terus memaksakan diri." Tatapan Yang Jian tenang menatapnya.
"Sebenarnya sejak kemarin aku sudah tidak bisa turun ranjang. Tapi entah kenapa hari ini tiba-tiba berenergi... Jadi aku ingin terakhir kali main game denganmu. Takut tidak ada kesempatan lagi."
Zhang Wei mengulurkan tangan keriputnya mencengkeram lengan Yang Jian. Telapak tangan kurus itu gemetar tak terkendali.
"Aku menunggumu mengajakku main game." Yang Jian memeluk Zhang Wei, lalu mengangguk.
Dia menghilangkan rasa sakit di tubuh Zhang Wei, mempertajam pendengaran dan penglihatannya, mengembalikan kekuatan fisiknya - tapi sama sekali tidak memperpanjang nyawanya.
Selama periode ini, meski terlihat bugar dan bersemangat, sebenarnya sejak di kuil kecil kondisinya sudah sangat kritis.
“Barusan mainnya benar-benar menyenangkan, tapi, tapi, kita sudah tidak bisa kembali seperti dulu lagi.” Zhang Wei terengah-engah, masih erat menggenggam lengan Yang Jian.
“Kakak Kaki, jangan khawatir, aku sudah mengatur pemakamanku.”
“Sebenarnya, aku bukan tidak pernah berpikir untuk kembali ke masa muda, melanjutkan hidup seperti dulu.”
“Tapi tidak bisa, semuanya sudah tiada, semua orang sudah tiada... Hidup sendirian terlalu membosankan.”
Zhang Wei berbicara sambil meneteskan air mata.
“Sebenarnya, selama enam puluh tahun ini hidupku sangat menderita. Setelah kepergianmu, banyak yang memperlakukan aku buruk. Bukan aku tidak ingin mengelola perusahaan dengan baik, tapi aku tidak bisa menghadapi mereka. Mereka menganggapku sebagai orang bodoh yang mudah ditipu, tidak ada yang benar-benar membantuku... Meski kemampuanku kurang, tapi aku tidak bodoh. Aku tidak ada cara, terpaksa menjual perusahaan, menjual segalanya, lalu menggunakan semua uangnya untuk membeli emas. Ini cara paling bodoh, tapi juga paling berguna.”
“Maaf, Kakak Kaki, aku tidak bisa membantumu mempertahankan semua ini.”
Yang Jian berkata: “Tidak apa, aku masih di sini. Semuanya akan kita ambil kembali.”
“Baguslah, baguslah... Sayangnya aku tidak bisa melihatnya lagi... Maaf, Yang Jian...”
Suara Zhang Wei semakin melemah, tangan yang menggenggam lengan Yang Jian perlahan melepaskan, akhirnya dengan penuh penyesalan dan rasa bersalah menutup matanya untuk selamanya.
Setelah nyawanya gugur.
Penerangan seluruh warnet tiba-tiba meredup, satu per satu orang di kursi lainnya mulai menghilang.
Lantai yang bersih telah pulih seperti semula, dipenuhi lapisan debu abu-abu. Bar yang sebelumnya penuh jajan kini kosong melompong, dipenuhi jaring laba-laba di atasnya.
Layar komputer tua itu pun telah padam, seolah-olah tak pernah menyala dari awal.
Semua ini ilusi, semua ini fatamorgana. Hanya mayat Zhang Wei yang perlahan menjadi dingin yang terasa nyata.
Yang Jian memeluk mayat kurus Zhang Wei tanpa bicara, direndam dalam keheningan.
